Riauaktual.com - Anji Manji baru saja membuat jagat maya heboh lantaran membuat pernyataan kontroversial. Dalam unggahan di akun Twitter pribadinya, Anji mengajak masyarakat Indonesia yang ingin berolahraga untuk tidak memakai masker.
Pernyataan tersebut dia lontarkan setelah melihat pro dan kontra penyebab meninggalnya pesepeda yang menggunakan masker. “Apapun penyebabnya, tetap JANGAN MEMAKAI MASKER saat kamu olahraga. Cari artikel yang membahas bahaya memakai master terlalu lama atau untuk olahraga,” tulis Anji.
Cuitan Anji pun mendadak viral. Banyak netizen yang menyerangnya karena bersuara yang bukan sesuai dengna kapasitasnya. Seperti yang disampaikan akun @jeulandari.
“Mbok ya jangan komen yang bukan kapasitasmu mas. Nyanyi aja sana lo. Bikin lagu,” tulis akun tersebut.
Lalu ada balasan dari Dokter Dirga Sakti Rambe yang mencoba memberikan penjelasan singkat kepada penyanyi yang kini juga terjun ke dunia YouTube.
“Salah, Mas Anji. Banyak baca lagi. Cari info dari sumber terpercaya dan hati-hati menyimpulkan. 1) Tujuan olahraga adalah utk sehat, bkn utk kumpul2. Pada saat ini, olahraga di rumah paling aman 2) Bila terpaksa di luar rumah, wajib bermasker. Oleh krn itu, hanya bisa olahraga intensitas ringan,” tulis Dirga.
Lantas, apakah benar penggunaan masker saat berolahraga dapat membahayakan kesehatan? Mengutip laman UPMC, Rabu (22/7/2020), kebanyakan atlet profesional memang sering menggunakan masker saat sedang berlatih.
Masker yang mereka kenakan itu dikenal dengan istilah altitude and elevation mask. Produk masker ini dipercaya dapat meningkatkan stamina dan semangat untuk berolahraga. Namun keefektifannya sebagai alat olaharga belum terbukti hingga detik ini.
Manfaat sesungguhnya
Seperti kebanyakan masker, desain elevation atau training mask dibentuk menutupi bagian mulut dan hidung untuk mengurangi jumlah oksigen saat berolahraga. Secara tidak langsung, masker tersebut akan memaksa jantung dan paru-paru bekerja lebih keras.
Namun ketika masker dilepaskan saat para atlet itu hendak bertanding, tubuh mereka diklaim dapat memanfaatkan oksigen lebih efisien. Beberapa pengguna masker ini juga mengaku mengalami peningkatan kecepatan, daya tahan tubuh, dan kekuatan tambahan.
Konsep tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa beberapa atlet, terutama pelari jarak jauh, yang berlatih dengan metode high altitude training (berlatih di dataran tinggi). Metode inilah yang dipercaya dapat meningkatkan jumlah sel darah merah (hemogoblin) di dalam tubuh, sehingga akan meningkatkan performa mereka saat kembali berlari di dataran biasa.
Pertanyaannya sekarang, apakah masker tersebut benar-benar berfungsi?
Hasil penelitian ternyata cukup beragam. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Sports Science Medicine telah melihat efek dari altitude and elevation mask ini kepada 24 atlet. Mereka menemukan bahwa 12 atlet mengalami peningkatan pernapasan dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan masker sama sekali.
Sementara menutu hasil penelitian yang dirilis oleh Journal of Strength and Conditioning Research menjukkan penggunaan masker elevasi saat mengangkat bebat, berkaitan dengan penurunan kewaspadaan dan tingkat konsenstrasi para atlet.
Satu-satunya hal positif yang ditemukan para peneliti bahwa masker ini diklam dapat membantu atlet untuk bernapas lebih efesien, tetapi masih belum jelas apakah hal tersebut dapat meningkatkan kinerja atletik.
Perlu diingat, penggunaan altitude and elevation mask juga dapat menyebabkan kondisi yang disebut hiperventilasi atau bahkan pingsan, karena pernapasan terbatas. Maka dari itu, orang yang memiliki tekanan darah tinggi atau masalah kardiovaskulas lainnya, harus menghindari penggunaan masker ini.
Sumber: Okezone.com
