PDP Dimakamkan Secara Protokol COVID-19 di Bungaraya, Punyai Riwayat Sakit Dari Tahun 2004

PDP Dimakamkan Secara Protokol COVID-19 di Bungaraya, Punyai Riwayat Sakit Dari Tahun 2004

Riauaktual.com - Riwayat AA yang dimakamkan secara Protokoler COVID-19 di Kecamatan Bungaraya pada Jum'at (08/05/2020) lalu, ternyata mempunyai riwayat sakit diabetes dan paru sejak tahun 2004 silam.

Anak almarhum B menjelaskan, awalnya AA terluka di jari telunjuk kakinya dan mengalami infeksi, harus diamputasi. Kemudian kata anak almarhum, setelah dibawa berobat ke RSUD Tengku Rafi'an Siak pada tanggal 14 April, AA diketahui mempunyai riwayat lain, yakni saraf tejepit.

Setelah itu kata anak almarhum B, pada tanggal 18 April, keluarganya sepakat, telunjuk kaki AA dioperasi dan juga pengobatan saraf tejepit. 

"Dari hasil pemeriksaan Rontgen, bapak di duga ada penyakit lain yaitu TBC aktif, setelah cek lab negatif. Tidak hanya itu, bapak memang punya penyakit paru dari tahun 2004 lalu bg, bapak pun perokok aktif," kata B berbincang dengan Riauaktual.com melalui Telepon seluler, Ahad (10/05/2020).

Namun, lanjut B lagi, setelah keluarganya sepakat untuk lakukan operasi di RSUD Tengku Rafi'an Siak, nyeri saraf tejepit tidak berkurang  dan AA minta dibawa berobat ke pku. Akhirnya, tanggal 19 April AA dibawak keluarga ke RS Awal Bros Panam.

"Disana dilakukan amputasi jari kaki dan pengobatan saraf tejepit. Hasilnya, ada juga Rontgen Thorax tapi hasilnya tak ada yang mengkhawatirkan, akhirnya dirawat di ruang VIP. Saat itu amputasi berhasil dan luka kering, namun penyakit saraf tejepit bapak belum ada perubahan akhirnya rawat jalan. Kami pulang dari RS tersebut tanggal 23 April dan kontrol kembali tanggal 27 april,"terang B (anak almarhum).

Kata B lagi, setelah kontrol tanggal 27 tersebut, luka kaki yang diamputasi tak ada masalah. Dan untuk pengobatan saraf tejepit, dilakukan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

"Saat MRI papa tak bisa diam dalam waktu sejam karena nyeri saraf tejepit, akhirnya minum obat pereda nyeri dalam kondisi lambung kosong, akhirnya MRI selesai tapi muncul mual karena efek obat karena mungkin bapak belum makan. Akhirnya asam lambung kambuh dalam perjalanan pulang ke Bungaraya. Sampai dirumah, bapak muntah-muntah seharian," jelas B.

Dan pada tanggal 28 April, B dan keluarganya kembali membawa AA ke RSUD Tengku Rafi'an Siak, dan dirawat di ruang Marwa 1 untuk mengatasi asam lambung tadi.

"Namun kondisi bapak lambat laun makin menurun. Sabtu 2 Mei 2020, Kami putuskan kembali membawa bapak berobat ke RS Awal Bros Panam. Disana bapak masuk IGD, dan dilakukan pemeriksaan Rontgen Thorax, dari pemeriksaan tersebut tak ada indikasi mengarah ke covid-19. Dan dilanjutkan pemeriksaan cairan elektrolit bermasalah, cairan elektrolit bapak turun jauh akhirnya dianjurkan dirawat di ruang hcu.

"Namun, di RS tersebut ruangan hcu penuh. Akhirnya kami cari-cari, dan dapat di Ibnu Sina. Sorenya dirujuk ke Ibnu Sina untuk koreksi cairan elktrolit dan dilakukan juga Rontgent Thorax, hasilnya tidak ditemukan indikasi ke wabah Covid 19. Akhirnya, bapak kembali dirawat di ruang VIP(Mina 8) Ibnu Sina.

Selanjutnya kata B, hari ke 1-3 kondisi AA mulai stabil. Dan pada hari ke 4-5 mulai menurun lagi. Penyakit saraf tejepit AA kata B mengalami sakit luar biasa dan tidak tertangani.

"Sampai akhirnya bapak mengalami sesak pada tanggal 6 Mei jam 10 malam. Jadi atas saran keluarga, bapak dirujuk ke RS Santa Maria pada tanggal 07 Mei, jam 1 siang.

Sampainya di RS Santa Maria kata B lagi, AA masuk diruangan IGD karena AA mengalami sesak dan diperiksa Rontgent Thorax.

"Saat itu kondisi bapak agak buruk dan akhirnya mereka (RS Santa Maria) menyimpulkan bapak PDP. Dan selama mencari ruangan isolasi, yang ada bapak di tarok di isolasi IGD kurang lebih 4 jam. Dengan kondisi sesak, sakit saraf tejepit yang hebat dan kondisi umum sudah sangat mengkhawatirkan.

"Sebenarnya kami tidak terima bapak masuk PDP, soalnya bapak tidak ada gejala batuk, sakit kepala, demam maupun riwayat berpergian dari daerah zona merah. Cuma bapak sesak, itupun baru didapat karena menahan sakit hebat saraf tejepit. Namun ditengah kondisi seperti pandemik Covid-19 kami tak dapat menolak,"imbuhnya.

Setelah itu kata B, AA akhirnya dapat ruang isolasi di RS Awal Bros Panam lagi. Sekitar jam 7 malam, kembali dibawak dan masuk ruang isolasi.

"Sekitar pukul 9 malam, kondisi bapak menurun dan dibawa ke ICU ruang isolasi dan dilakukan pemasangan alat bantu nafas, akhirnya mulai stabil lagi. Tetapi, pada hari Jum'at (8/05) jam 15:15 WIB, kami dapat kabar kondisi bapak memburuk dan dilakukan tindakan. Akhirnya, bapak meninggal jam 15.50 WIB. Almarhum akhirnya dimakamkan di TPU Taman Layu dengan prosedur covid-19.

"Tidak hanya itu, sementara menunggu hasil Swab bapak, kami akan ikut aturan Protokol Kesehatan Covid 19, yakni isolasi mandiri dirumah selama 14 hari kedepan. Semoga hasilnya nanti negatif," harapnya.

Sementara Camat Bungaraya Amin Soimin membenarkan adanya PDP di wilayah kerjanya meninggal dunia.

"Almarhum kemaren kita makamkan sesuai Protokol covid-19 di TPU Taman Layu Kampung Bungaraya, dihadiri juga pihak keluarganya. Saat ini, kita masih menunggu hasil Swab Test di RSUD Arifin Ahmad, Pekanbaru,"pungkasnya. (Adv/Baim)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index