Pagelaran Tari Indra Yuda

Minang Kabau Semakin Merisau

Minang Kabau Semakin Merisau
Pagelaran Tunggal Seni Tari Indra Yuda. FOTO: rrm

PEKANBARU, RiauAktual.com - Gadih (gadis) Minang Kabau kini semakin membuat riau Minang Kabau. Dulunya si gadis sangat dijaga oleh adat. Tak sembarangan orang bisa membawa dan memegangnya. Sehingga tertoreh pula sejarang Minang Kabau adanya Siti Nurbaya. Dimana, untuk mencarikan pasangan buat Siti, ditunjuk oleh orangtuanya sesuai adat.

Namun kini Siti Nurbaya itu berganti menjadi Siti Nan Bahayo (berbahaya). Gadis Minang zaman kini jauh bertentangan dengan Siti Nurbaya dahulunya. Jika dulu Siti Nurbaya dipasung, tidak dibiarkan berjalan seorang diri, dan dicarikan jodoh untuknya, Siti Nan Bahayo sekarang malah semena-mena memaksa orangtuanya menikahkannya dengan pilihan hati dirinya sendiri.

Kisah ini pula yang ditampilkan Pagelaran Tunggal Karya Tari Indra Yuda yang dipersembahkan Tantra Dance Teater Universitas Negeri Padang, di Gedung Anjung Seni Idrus Tintin Komplek Purna MTQ Pekanbaru, Sabtu (11/1/2013) malam. Dua tari yang berisikan pesan dan kondisi kekinian Minang Kabau mampu memukau 500 pengunjung yang hadir malam itu.

Pagelaran yang berlangsung hanya satu jam lebih, dimulai pukul 20.00 WIB ini menampilkan dua tari, yang pertama mengisahkan tentang Siti Nan Bahayo dan kedua bertajuk Sako di Rumah Gadang. Kedua seni tari ini menceritakan kondisi kekinian Minang Kabau.

"Siti nan bahayo, seni tari ini menceritakan Gadis Minang Kabau yang tak taat terhadap adat. Simbol warna adat tadi yaitu merah, kuning, dan hijau tak dihiraukan lagi oleh gadis minang kini, makanya tadi dilempari bola kertas yang maksudnya adat marah kepada gadis yang tak taat kepada aturan adat," terang koreografer pagelaran tari, Indra Yuda, saat ditemui usai acara.

Sementara kisah yang kedua, yang bertajuk Sako di Rumah Gadang (Gelar di Rumah Gadang), menceritakan bahwa perebutan gelar untuk suatu rumah. Tampak sekelompok wanita dalam tari itu kebingungan untuk mencari laki-laki yang akan menjaga rumah adat, karena ia kakak beradik tidak memiliki saudara laki-laki.

Maka dicari saudara laki-laki dari sanak familinya. Kebetulan ada dua laki-laki, dalam hal ini mamak (saudara laki-laki dari ibu). Namun keduanya memperebutkan rumah tersebut, maka akhirnya yang bisa mengambil keputusan adalah kemanakan (anak gadis pemilik rumah) untuk menentukan siapa yang berhak memilih pemilik gelar rumah tadinya.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa begitu penting peran anak gadis minang dalam Adat Minang Kabau. Namun kondisi itu saat ini diinjak-injak oleh gadis minang, mereka merendahkan dirinya sendiri, lari dari adat yang akhirnya dibuang oleh adat.

"Semua pemain tadi adalah mahasiswa UNP, penarinya itu dari S1 dan pemusiknya S2 yang sama-sama Jurusan Tari dan Musik UNP," terang Indra lagi.

Kota Pekanbaru merupakan daerah kedua pagelaran ini diadakan, sebelumnya di Kota Padang. Setelah di Kota Pekanbaru, terang Indra, pagelaran ini akan dilaksanakan di Kuala Lumpur Malaysia.

"Antusias penonton luar biasa, 500 penonton dari berbagai daerah, bahkan ada yang datang dari Padang juga. Walupun diberlkukan tiket 20 ribu perorang, itu tak menyurutkan semangat penonton," tuturnya.

Melalui pagelaran ini, kata Indra menambahkan, pihaknya berharap agar gadis minang kembali memahami betapa pentingnya mereka di dalam adat minang dan adat pun menjaga gadis ini dengan baik. Maka gadis minang diharapkan tidak menentang adat demi kebaikannya di masa yang akan datang. (rrm)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index