Riauaktual.com - Bukan hanya petugas medis yang memegang peran penting dalam mengurus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Positif Corona atau Covid-19 yang meninggal dunia, namun ada campur tangan petugas penggali kubur yang tak boleh dilupakan.
Mereka harus bekerja menyiapkan liang lahat hingga memakamkan jasad pasien yang meninggal dunia karena diduga terinfeksi virus corona.
Zein, petugas penggali kubur di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tengku Mahmud Palas, Rumbai, bahkan harus bekerja lebih keras dari biasanya dalam beberapa minggu belakangan ini.
Awalnya, dia merasa takut mengurus jenazah pasien Covid-19, namun setelah mendapat pemahaman dari pihak terkait dan dinas kesehatan setempat, lambat laun Ia mulai terbiasa menghadapi situasi seperti ini.
"Satu hingga tiga kali menggali dan teribat dalam memakamkan kepikiran terus. Mau pulang ke rumah juga ada rasa takut. Takut ketularan apa gimana," katanya saat berbincang bersama Riauaktual.com, Ahad (26/4/2020) malam.
Namun akhirnya, perasaan takut itu berlahan hilang. Zein paham betul, menggali kubur untuk jenazah pasien Corona merupakan tugas yang tidak semua orang berani melakukannya. Terlebih ada rasa iba melihat para korban meninggal yang mendapat perspektif buruk di masyarakat.
"Jujur saya sedih setiap kali menguburkan jenazah pasien Corona. Perspektif kepada jenazah seolah ada memiliki aib sehingga ditakuti dan diasingkan. Padahal kan tidak seperti itu, inikan wabah. Dan gak ada yang mau terkena seperti ini," tuturnya.
Zein juga menyebut sudah ada 37 jenazah yang dikebumikan di lokasi khusus perkuburan yang sengaja disiapkan oleh pemerintah kota Pekanbaru untuk pasien PDP dan Positif Covid-19, namun ia tak mengetahui pasti apakah semua yang dimakamkan merupakan warga Pekanbaru.
"Ada 37 jenazah yang sudah kita makamkan, dan yang terakhir hari ini (Ahad) pukul 21.00 WIB," jelasnya.
Zein dan Aprianto usai melakukan pemakaman, Ahad (26/4/2020) Pukul 21.00 WIB
Sementara petugas lainnya, Aprianto juga memiliki rasa yang sama dengan rekannya, Zein. Namun, ketenangan nya bertambah karena mereka bekerja dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD). langkah prosedur keamanan juga kembali diterapkan setelah proses pemakaman selesai.
"Habis memakamkan kita langsung lepas APD seperti baju hazmat, sarung tangan, pelindung wajah lalu mencuci badan. Itu biasa kita juga pakai baju dua lapis. Kalau sudah beres langsung disemprot lagi," ungkapnya.
Dikatakan Aprianto, dalam satu kali proses pemakaman, ada lima sampai enam orang yang terlibat. Terdiri dari petugas gali kubur yang maksimal dua atau tiga orang kemudian petugas angkut rumah sakit biasa ada tiga orang.
"Kadang ada pendamping juga, dari pihak keluarga jika sudah mendapatkan izin. Tapi biasanya pihak keluarga hanya mendekat usai jenazah dikebumikan," tuturnya.
Petugas memakamkan salah satu PDP di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tengku Mahmud Palas, Rumbai, Ahad (26/4/2020) Pukul 21.00 (Don)
Aprinto juga menyebut dimasa Corona mereka harus siap bekerja 24 jam dengan sistem berganti shift dengan petugas pemakaman lainnya.
"Ada pembagian, karena seperti hari sebelumnya ada yang dikebumikan jam setengah tiga pagi, jam lima pagi dan kemarin jam dua belas malam," ungkapnya.
Disinggung apakah ada pengaruh dimasyarakat karena pekerjaannya yang dinilai sebahagian kalangan sangat berbahaya, Aprianto mengaku merasakan bagaimana lingkungan dan para tetangga menjauhi dirinya.
"Mungkin mereka takut, tapi itu wajarlah karena kita semua ini masih awam. Sama sebenarnya kita ada rasa takut tapi sudah saya anggap ini ibadah," pungkasnya. (DON)
