PEKANBARU, RiauAktual.com - Kepala Diskes Kota Pekanbaru Rini Heryati, Senin (16/12/2013) sore tadi memenuhi panggilan rapat kerja Komisi III DPRD Kota Pekanbaru. Rini yang didampingi para Kepala Bidang, Kepala Seksi dan staf dinas, memaparkan data DBD di Kota Pekanbaru. Bahwa endermis DBD dimulai sejak tahun 1987. Di Kota Pekanbaru sendiri, DBD menjadi kasus luar biasa pada tahun 2011 dengan 409 kasus.
"Sedangkan pada tahun 2013 minggu ke 49 ini jumlah kasus DBD di Pekanbaru 104 kasus. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, maka tahun ini DBD menurun," ungkap Rini.
Kasus DBD tahun ini tertinggi terjadi di Kecamatan Marpoyan Damai dengan 19 kasus, kemudian Tampan 17 kasus, Payung Sekaki 16 kasus, Tenayan Raya 10 kasus, Bukit Raya 10 kasus, Rumbai 8 kasus, Senapelan 7 Kasus, Sukajadi 5 kasus, Rumbai Pesisir 5 kasus, Sail 5 kasus, Pekanbaru Kota 2 kasus.
"Maka total semuanya 104 kasus, di Pekanbaru Kota itu tahun sebelumnya memang nihil, tapi tahun ini ada 2 kasus. Ini dikarenakan pengarus curah hujan," tuturnya.
Menurut Rini, peningkatan kasus DBD pada tahun ini meningkat sejak delapan pekan terakhir. Untuk menangani kasus ini, Diskes Kota Pekanbaru telah mengarahkan juru pemantau jentik (jumantik) di 41 kelurahan yang ada di Kota Pekanbaru, kedepan terdapat 17 kelurahan lagi yang akan dilantik jumantiknya.
"Kalau dikaitkan dengan banjir, sebenarnya penyebabnya berbeda. Banjir itu kan air kotor, nyamuk DBD tak mau berkembang di air yang bersentuhan langsung dengan tanah. Kalau penyakit dari banjir ini seperti pengakit kulit, batuk filek dan diare," terangnya. (rrm)
