Riauaktual.com - Biasanya, sepasang kekasih pernah membicarakan masa depan. Mau menikah kapan, menetap di mana, berkarier sebagai apa, punya anak berapa, sampai pada diskusi perihal pengasuhan. Sayangnya, tidak semua pasangan muda dapat mewujudkannya.
Tabungan tak kunjung cukup untuk beli properti. Mau hidup dikoyak-koyak utang terus? Tentu tidak mungkin bukan? Jadi, misalkan ke depannya ada penurunan tren pernikahan di Indonesia, mungkin orang-orang tidak perlu berpikir jauh-jauh tentang kesadaran kritis dan emansipasi perempuan yang semakin meluas atau semacamnya sebagai latar belakang.
Sederhana saja, orang malas menikah karena berumah tangga itu ongkosnya mahal. Membayangkan betapa repotnya hidup berumah tangga begitu, sebagai kelas menengah miskin, apa lebih baik pacaran saja sampai mati? Gaji kita cukup buat nonton konser, beli tiket film, memfasilitasi hobi sendiri, bayar tagihan indekos, dan sewa kamar hotel berbintang sesekali.
