Masjid Al Muttaqin, Saksi Sejarah Masuknya Agama Islam di Kota Manado

Masjid Al Muttaqin, Saksi Sejarah Masuknya Agama Islam di Kota Manado
Masjid Al Muttaqin di Manado (Foto: Subhan Sabu/Okezone)

Riauaktual.com - Ada dua Masjid di Kota Manado yang diklaim sebagai Masjid yang tertua. Pertama Masjid Al Muttaqin di Kampung Pondol, Kelurahan Wenang Selatan, Kecamatan Wenang dan kedua Masjid Agung Awwal Fathul Mubien yang terletak di Jalan Sultan Hasanuddin, Kelurahan Islam, Kecamatan Tuminting.

Kali ini Okezone akan membahas tentang masjid yang pertama, yakni Masjid Al Muttaqin. Keberadaan Masjid ini tidak terlepas dari sejarah masuknya agama Islam di Kota Manado lewat jalur pesisir laut yang dibawa oleh kesultanan Ternate. Mereka mayoritas sebagai nelayan sekaligus menyebarkan agama Islam.

"Dikirim dua rombongan, sekira tahun 1750, satu kapal ke Manado sedang satu kapal lagi suku yang duluan itu ke Sangihe. Mereka pekerjaannya nelayan, pas turun di kampung ini," jelas Imam Mesjid AlMuttaqin, Hj Muhammad Albuchari, Jumat (1/6/2018).

Para nelayan itu masuk lewat pesisir laut dan tiba di Pondol yang pada waktu itu merupakan kampung yang letaknya paling ujung, di sebelah utara masih merupakan gunung dan hutan rimba. Pondol berasal dari bahasa Bantik yang artinya ujung.

Selain menangkap ikan mereka juga mulai berdakwah tentang ajaran Islam kepada masyarakat pesisir, lama kelamaan mereka mulai menetap dan semakin berkembang, sehingga dibangunlah Masjid Al Muttaqin pada tahun 1775 yang letaknya di pinggiran pantai, dijaman sekarang lokasi itu sudah menjadi jalan raya karena adanya reklamasi pantai.

“Awalnya ada di pinggir pantai, karena waktu itu pemerintah Belanda tidak mengizinkan membangun di jalan protokol," ujar Al Buchari

 (Baca Juga:Mau Lebaran Tanpa Santan? Coba 5 Kreasi Bakso yang Bikin Lidah Bergoyang Ini)

Semakin lama, para penduduk Pondol semakin berkembang dan akhirnya sebagian dari mereka pindah ke utara, di dekat muara sungai yang sekarang merupakan kawasan pelabuhan Manado. Di lokasi yang baru itu mereka menetap dan menamakan tempat itu sebagai Kampung Ternate.

Namun dikarenakan abrasi pantai, mereka kembali pindah sedikit masuk ke dalam hutan, wilayah yang sekarang bernama Kampung Ketang Baru dan Kampung Ternate Baru.

Masjid Al Muttaqin sendiri akibat abrasi pantai, dipindahkan ke lokasinya yang sekarang sekitar tahun 1790. Sayangnya peninggalan-peninggalan benda sejarah dari Masjid ini sudah tidak ada lagi karena Masjid pernah hancur terkena bom pada masa perang dunia ke II.

"Karena di sini dahulu merupakan pusat komunikasi, pada zaman Jepang itu kampung ini disebut Pondol Weh atau Pondol kabel sehingga dihancurkan sekutu, hancur sampai dengan Masjid," tambah Al Buchari

 

Masjid Al Muttaqin pernah beberapa kali direnovasi hingga seperti sekarang. Tahun 1964 Masjid dikembangkan agar bisa menampung jamaah yang kian bertambah. Tahun 1973 Masjid kembali direnovasi dan dibangun menjadi dua lantai.

Selain sebagai tempat bersejarah masuknya agama Islam pertama kali di Kota Manado, Masjid ini juga tidak lepas dari sejarah Kesultanan Yogyakarta. Di kawasan Masjid Al Muttaqin dahulu disebut Pondol Raden Mas yang diyakini merupakan tempat tinggal dari Pangeran Arya Suryeng Ngalaga, Putra Sultan Hamengku Buwono V dari istrinya Kanjeng Ratu Sekar Kedaton.

Kanjeng Ratu Sekar Kedaton dituduh membangkang dan akan melakukan perlawanan terhadap raja dan istana sehingga bersama anaknya di buang ke Manado sekitar tahun 1855.

Di Manado, Kanjeng Ratu Sekar Kedaton dan Putranya bersama para pengikutnya menetap di Kampung Pondol. Pada waktu itu Pondol terbagi dua, Pondol Keraton dan Pondol Raden Mas. (Wan)

 

Sumber: Okezone.com

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index