Riauaktual.com - Pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) bersama tim gabungan telah sepakat mendirikan posko siaga untuk menangkap harimau sumatera yang memangsa Jumiati dan Yusri Effendi.
Rencananya, posko tersebut akan diaktifkan mulai Kamis (15/3) besok. Posko itu didirikan di Kampung Danau, lokasi konflik harimau dengan manusia belakangan ini.
Pendirian posko ini, telah disepakati dalam rapat yang digelar oleh BBKSDA Riau bersama Pemkab Inhil, Polri, TNI, WWF, perusahaan dan warga setempat, Rabu (14/3) siang.
Selain pendirian posko, tim terpadu juga membuat beberapa kesepakatan untuk menangkap hewan buas tersebut.
Humas BBKSDA Riau, Dian Indriati menjelaskan, posko yang didirikan terdiri dari posko siaga dan posko eboni.
"Dua posko ini akan diisi oleh tim gabungan yakni, BBKSDA Riau, WWF, PKHS, FKH PT Arara Abadi, Polres dan Kodim Inhil, BPBD serta warga Kampung Danau," kata Dian, Rabu (14/3).
Dia mengatakan, posko tersebut akan diaktifkan selama tujuh hari kedepan. Dimana posko ini akan diisi siang dan malam.
Sementara itu, dari hasil keputusan rapat, maka didapatkan beberapa hal yang disepakati.
Pertama, upaya yang dilakukan tim ditujukan untuk penangkapan dan evakuasi harimau sumatera ke pusat rehabilitasi serta berupaya melakukan penenangan terhadap masyarat yang berada di lokasi.
Kedua, meneruskan langkah-langkah yang sudah berjalan selama ini yang dilakukan tim dibawah koordinasi dari BBKSDA Riau, yang melakukan langkah untuk menambah efektifitas operasi ini.
Diantaranya, penembakan obat bius. Tim akan menambah obat dan alatnya untuk penyelamatan harimau. Rencananya, obat bius dan alat-alat tersebut akan sampai ke lokasi konflik besok pagi (Kamis,red).
Selanjutnya, optimalisasi penggunaan boxtraf dan perangkap lain yang terkendali, merangkul dan melibatkan masyarakat dalam upaya penangkapan dengan tetap dikoordinasikan dalam tim dan masuk dalam anggota tim dan penambahan personil Polri dan TNI dalam setiap kegiatan.
Dan yang ketiga, segala aktivitas penyelamatan Harimau sumatera "Bonita" akan selalu dikoordinasikan dalam tim terpadu yang akan dikoordinasikan oleh BBKSDA Riau.
"Kita berharap dari beberapa langkah yang diambil ini, dapat membuahkan hasil. Semoga konflik ini secepatnya teratasi," ucap Dian.
Diberitakan sebelumnya, untuk kedua kalinya harimau sumatera menyerang warga di Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran, Inhil.
Korban yang kedua ini bernama Yusri Effendi (34). Warga asal Kabupaten Pelalawan ini, diserang saat mengerjakan pembangunan sarang walet.
Setelah diserang, Yusri ditemukan tewas di pinggir sungai dalam kondisi mengenaskan.
Sementara kejadian yang pertama pada awal Januari 2018 lalu dengan korban Jumiati, karyawan PT THIP.
Korban ini diserang saat menuju ke rumahnya. Namun, pada saat melintasi perkebunan sawit perusahaan, korban bersama dua orang teman wanitanya diserang 'datuk' belang tersebut.
Sehingga, Jumiati juga ditemukan dalam kondisi mengenaskan setelah diterkam harimau sumatera yang sekarang diberi nama Bonita. (IG)
