Berharap Kematian Adelina Membuat Malaysia Membuka Mata

Berharap Kematian Adelina Membuat Malaysia Membuka Mata
tkw adelina meninggal di malaysia. ©courtesy of Steven Sim's office

Riauaktual.com - Adelina Lisao, perempuan 21 tahun asal NTT, diperlakukan tidak manusiawi oleh majikannya saat bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) di Malaysia. Adelina disekap di kandang anjing selama sebulan dan disiksa secara bertubi-tubi hingga akhirnya meninggal dunia.

Perempuan malang itu menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Bukit Mertajam pada 11 Februari lalu. Pada jenazah Adelina, ditemukan luka memar di bagian kepala dan wajah, luka akibat cairan kimia yang membusuk di bagian anggota tubuh lain, serta bekas gigitan binatang.

Hasil autopsi menunjukkan Adelina tewas karena mengalami anemia, malnutrisi akibat pembiaran yang dilakukan dalam jangka waktu lama, dan kegagalan fungsi organ tubuh akibat luka-luka yang tidak diobati.

Adelina hanya satu dari sekian banyak ART yang diperlakukan dengan kejam oleh majikannya di Malaysia. Beberapa pekan sebelum kematian Adeline, seorang PRT asal Kamboja juga ditemukan tewas karena dibiarkan kelaparan dan disiksa oleh majikannya.

Sederet kasus ini membuat sejumlah pihak mempertanyakan, mengapa banyak majikan Malaysia menyiksa para pembantunya? Mengapa tetangga di sekitar rumah majikan kejam, tidak menangkap tanda-tanda adanya penyiksaan yang sedang terjadi? Dan mengapa para pembantu yang dipekerjakan seakan tidak punya keberanian untuk melaporkan tindakan barbar dari majikan mereka?

Saat memutuskan untuk bekerja di rumah seorang majikan, para pembantu di Malaysia seakan terpenjara. Mereka tidak boleh berkomunikasi dengan dunia luar, selain untuk keperluan mendesak atau memperpanjang paspor. Mereka juga dilarang menggunakan ponsel selama bekerja di rumah tersebut. Terkadang mereka pun mendapat ancaman sehingga tidak berani melaporkan tindakan buruk dilakukan oleh majikan mereka.

Sebelum akhirnya tewas, pihak berwenang sempat menyambangi rumah majikan Adelina untuk melakukan interogasi kepadanya. Namun Adelina dilaporkan terlalu takut untuk berbicara sehingga polisi pun tidak bisa mengetahui apa yang sebenarnya dia alami.

Kematian tragis Adelina tidak hanya mengundang simpati dari masyarakat Indonesia, tetapi juga dunia. Bahkan, Kongres Serikat Buruh Malaysia (MTUC) pun turut prihatin dengan kejadian ini. Mereka mengingatkan seluruh warga Malaysia untuk bersikap lebih baik kepada para pembantu mereka, karena tanpa bantuan para pekerja itu, semua orang akan mengalami kesulitan.

Menurut Sekretaris Jenderal MTUC, J. Solomon, sebagian besar warga Malaysia yang sudah menikah dan sama-sama bekerja tidak memiliki orang yang merawat anak-anak mereka. Oleh sebab itu, mereka membutuhkan jasa pembantu rumah tangga.

"Di mana pun sepasang suami-istri Malaysia berada dan jika keduanya bekerja, maka tidak ada yang tidak memiliki pembantu yang bertugas untuk mengurus rumah, anak-anak, dan orangtua mereka," kata Solomon, dikutip dari laman the Malaysia Online.

"Masyarakat harus memahami nilai mereka, dan pemerintah pun harus ikut berperan, salah satunya dengan mengeluarkan mandat agar para majikan diberi sertifikat dari spesialis. Hanya mereka yang dianggap sehat secara psikologi yang bisa bertanggung jawab atas kesejahteraan pembantu mereka," lanjutnya.

Solomon pun menambahkan bahwa MTUC telah meminta agar para pembantu dijadikan anggota serikat pekerja agar hak-haknya tetap terjaga.

"Kami telah berulang kali mendesak pemerintah untuk mengubah undang-undang agar mengizinkan pembantu rumah tangga menjadi anggota serikat tapi sayangnya tidak ada tanggapan," sesalnya.

Sebagaimana diketahui, semenjak kasus pelecehan terhadap para pembantu semakin marak, pemerintah Malaysia memperkenalkan peraturan untuk melindungi para pembantu rumah tangga. Peraturan itu juga yang menjadi dasar jatuhnya hukuman mati terhadap pasangan yang menganiaya PRT asal Indonesia pada 2014 lalu.

Peraturan itu mencakup upah minimum dan pemberlakuan libur satu hari setiap minggu bagi para pembantu. Namun menurut kelompok Hak Asasi Manusia, penegakan hukum dengan peraturan itu jarang diterapkan.

Laporan pelanggaran masih terus terjadi, termasuk penyiksaan pembantu rumah tangga dan lainnya. Bahkan, dari dua juta pekerja migran Malaysia, sebagian besar di antaranya diyakini sebagai korban perdagangan manusia.

Atas segala laporan, sederet kasus yang terjadi, hingga tewasnya Adelina, diharapkan pemerintah Malaysia bisa membuka mata untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. (Wan)

 

Sumber: merdeka.com

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index