Melihat Jejak Kesultanan Johor di Riau

Melihat Jejak Kesultanan Johor di Riau
Istana Sayap Pelalawan, merupakan bangunan baru yang dibangun mirip asli setelah kebakaran tahun 2012 (detiktravel)

Riauaktual.com - Kejayaan Kesultanan Johor di masa lampau dapat kita temukan di Kesultanan Pelalawan, tepian Sungai Kampar, Riau. Konflik dengan Sultan Siak Sri Indrapura yang juga merupakan juga keturunan Sultan Johor mewarnai perkembangan Kerajaan Pelalawan.

Berakhir menjadi bagian dari Kerajaan Siak Sri Indrapura, peninggalan Kerajaan Pelalawan masih dapat kita temukan, meskipun sebagian bukan dalam bentuk aslinya.

Kesultanan Johor merupakan pusat kejayaan imperium Melayu setelah takluknya Kesultanan Malaka tahun 1511 oleh Kolonial Portugis. Saat ini, bekas wilayah kekuasaan Johor terbagi di tiga negara yakni Malaysia (Johor, Pahang, dan Selangor), Indonesia (Riau, Kepulauan Riau, Jambi, dan Sumatera Utara bagian timur) dan Singapura.

Kesultanan Pelalawan merupakan salah satu daerah jajahan Johor yang berada di hilir Sungai Kampar Provinsi Riau yang dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi sekitar 1,5 jam dari Pekanbaru. Konflik perebutan kekuasaan Kesultanan Johor pada tahun 1722 mengakibatkan pewaris tahta yang sah yakni Raja Kecil melarikan diri ke bekas jajahan Johor yakni Siak dan mendirikan kerajaan baru yang dikenal Siak Sri Indrapura.

Dikarenakan Raja Kesultanan Johor bukan pewaris tahta yang sah, maka Raja Pelalawan saat itu, Maharaja Lela II memutuskan memisahkan diri dari Johor. Wilayah kekuasaan Pelalawan ini kelak dituntut oleh Sultan Syarif Ali keturunan Raja Kecil yang berkuasa di Siak Sri Indrapura, karena dianggap masih bagian bekas kekuasaan Johor.

Keinginan tersebut ditolak oleh Maharaja Lela II sehingga Siak Sri Indrapura menyerang Pelalawan pada tahun 1797 dan 1798 yang berakhir pada kekalahan Pelalawan. Sultan Syarif Ali mengangkat adiknya Sayid Abdurrahman sebagai raja Pelalawan sedangkan Maharaja Lela II dinobatkan sebagai "Orang Besar" Kerajaan Pelalawan karena dianggap masih keturunan Kesultanan Johor.

Sisa perjuangan Pelalawan terhadap Siak Sri Indrapura masih dapat kita temukan dekat Istana Pelalawan yakni sebagian meriam dan kediaman Panglima Perang Kudin yang gugur dalam perang tersebut. Komplek Istana Pelalawan terdiri dari tiga bagunan yakni bangunan utama atau Istana Sayap sebagai tempat kediaman raja berserta keluarga, ruangan penghadapan dan anjungan perlengkapan kerajaan.

Di samping Istana Sayap terdapat dua bangunan pelengkap yakni Balai Sayap Hulu sebagai kantor raja dan Balai Sayap Hilir sebagai tempat penghadapan rakyat Pelalawan. Kebakaran hebat tahun 2012 hanya menyisakan Balai Sayap Hulu, sedangkan Istana Sayap saat ini merupakan bangunan baru.

Di dekat Istana Sayap terdapat Masjid Hibbah yang dibangun tahun 1936 pada masa pemerintahan Tengkoe Said Oesman yang berkuasan tahun 1930-1941. Hibbah merupakan makna dari kerja iklas dan semangat gotong royong rakyat Pelalawan untuk membangun masjid besar. Kekuasaan Sultan Pelalawan berakhir tahun 1946 setelah Raja terakhir Sultan Tengku Sayid bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 

Sumber : detikTravel

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index