Ini Jawaban Keras Ketua Yayasan SMK Telkom Terkait Putusnya Sekolah Soffan

Ini Jawaban Keras Ketua Yayasan SMK Telkom Terkait Putusnya Sekolah Soffan
Wakapolresta Pekanbaru, Edy Sumardi saat bersama Soffan Qital

Riauaktual.com - Ketua Yayasan SMK Telkom, Faisal, membantah soal salah satu siswanya yang tidak bisa ikut ujian mid semester karena belum melunasi uang pembangunan sekolah.

Berdasarkan pengakuan Soffan Qital (16), sudah seminggu tidak diperbolehkan masuk sekolah dan mengikuti ujian sebelum melunasi uang pembangunan sebesar Rp2,1 juta.

Bantahan itu disampaikan langsung oleh Faisal, Sabtu (30/9), setelah mendapat kabar masalah siswa putus sekolah tersebut.

"Informasi itu tidak benar. Kita tidak ada memberhentikan. Saya juga terkejut baca berita soal ini," ujar Faisal.

Dia mengaku bukan sekolah yang menelantarkan Soffan, tetapi orang tuanya, Annahdi (62), karena tidak mau datang ke sekolah membicarakan hutang uang pembangunan tersebut.

Ketika ditanya apakah benar Soffan Qital memiliki hutang uang pembangunan sekitar Rp2,1 juta di sekolahnya, Faisal menyatakan benar.

"Kalau tidak salah iya ada utang. Tapi bukan berarti sekolah memutuskan pendidikan anak ini," katanya.

Namun demikian, apabila ada anak yang kurang mampu bersekolah di SMK Telkom, biasanya dibantu atau diberikan keringanan.

"Selaku sekolah swasta, bagi ada anak yang susah (kurang mampu) kita berikan keringanan kalau mengajukan surat permohonan. Kita kan gak tau anak itu susah (kurang mampu) atau tidak.
Kita saja kalau ada siswa yang tidak mampu kita gratiskan," katanya lagi.

Menurut Faisal, tidak mungkin sekolah yang memutuskan sekolah siswa tersebut. Apabila sekolah yang melakukan hal tersebut dia mengaku akan memanggil guru pengajar.

Jadi kata Faisal memang Soffan yang tidak mau datang ke sekolah mengikuti pelajaran dan ujian mid semester.

Selanjutnya dia menegaskan, apabila sudah tiga hari siswa tidak masuk sekolah, maka dipanggil orang tuanya.

"Orang tuanya (Soffan) tidak mau datang. Kalau dia (Annahdi) ada itikad datang ke sekolah kita bantu," jelasnya.

Ketika ditanya lagi apakah benar gara-gara tidak bayar uang pembangunan Soffan tidak bisa ikut ujian mid semester, lagi, lagi Faisal membantah.

"Tidak, tidak. Masih banyak yang gak bayar. Bahkan bertahun-tahun tidak bayar tetap bisa ujian. Tapi harus ada itikad datang ke sekolah," jawabnya.

Sehingga menurut Faisal, Soffan tidak masuk sekolah karena takut ada hutang pembangunan yang belum dilunasi.

"Memang dia yang gak mau datang. Coba datang ke sekolah kan bisa dibicarakan. Jadi kasus ini tidak benar," jelasnya.

Faisal pun ngotot ingin tau dari mana awal informasi tersebut. Awak media memberitahu bahwa kasus Soffan ini diketahui dari Wakapolresta Pekanbaru, AKBP Edy Sumardi saat berkunjung ke rumah orangtua Soffan (Annahdi) pada Jumat (29/9) lalu, saat memberikan bantuan sembako dan uang dalam rangka menjalankan program Jumat Barokah.

Dari sinilah Soffan mengaku sudah seminggu tidak masuk sekolah karena berhutang di sekolahnya.

"Kalau Kapolresta atau Wakapolresta Pekanbaru mau datang ke sekolah (SMK Telkom). Saya tunggu. Biar dia tau persoalannya. Saya ada LBH (Lembaga Bantuan Hukum)," kata Faisal dengan nada tinggi.

Bahkan, awak media juga memberitahukan kepada Ketua Yayasan SMK Telkom, Faisal bahwa
kasus Soffan ini ternyata juga sudah sampai ke telinga Aidil Amri, salah satu anggota DPRD Kota Pekanbaru yang membidangi masalah pendidikan, Sabtu (30/9) kemarin.

"Kalau dapat si Aidil (anggota dewan) bayar dong (hutang Soffan)," timpal Faisal dengan tertawa.

Pemberitaan sebelumnya, Wakapolresta Pekanbaru, AKBP Edy Sumardi berkunjung ke rumah orang tua Soffan, Annahdi dalam kegiatan Jumat Barokah, Jumat (29/9) kemarin.

Di samping memberikan bantuan, satu dari delapan anak pria duda (Annahdi) itu mengeluhkan soal sekolahnya di SMK Telkom yang terletak di Jalan Melati, Kecamatan Tampan.

Kepada Edy Sumardi, Soffan mengaku sudah seminggu tidak masuk sekolah dan tidak bisa ikut ujian mid semester, karena tidak melunasi uang pembangunan.

Jika tidak dibayar, wali kelas diketahui bernama Teguh dan Wakil Kepala Sekolah SMK Telkom, Tetri, tidak memperbolehkan Soffan ikut ujian mid semester tersebut.

Lantas Edy Sumardi kaget dan sedih mendengar cerita bocah tersebut. Bahkan langsung dipeluk oleh orang nomor dua di Polresta Pekanbaru itu.

"Kita akan mencarikan solusi. Jangan sampai anak ini putus sekolah karena biaya. Kita lakukan pendekatan ke sekolahnya bahkan ke dinas pendidikan," kata Edy Sumardi, Jumat (29/9).

Untuk diketahui, Soffan tinggal bersama ayahnya, Annahdi dan tujuh saudaranya di wilayah RT 02 RW 07, Kelurahan Bina Widya, Kecamatan Tampan, Pekanbaru.

Untuk membiayai sekolah, Soffan terpaksa ikut membantu ayahnya bekerja di kebun semangka.

Namun uang yang didapat ternyata tidak cukup untuk melunasi hutang di sekolahnya. Saat ini Soffan masih duduk di bangku kelas satu jurusan teknik sepeda motor (TSM).

Namun sejak tanggal 18 September  kemarin sudah tidak masuk sekolah karena belum melunasi kewajiban di sekolahnya.

Hingga kini Soffan hanya bisa pasrah dan terus membantu orang tuanya bekerja di kebun untuk mencari uang. (IG)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index