Riauaktual.com - Omongan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo soal pembelian senjata ramai dibicarakan. Dari sekian banyak komentar, tak sedikit yang mengkritik, mengecam, bahkan menuduh macam-macam. Namun, Gatot santai saja menanggapi berbagai komentar. "Masa saya harus marah? Orang punya persepsi berbeda, saya hargai," begitu kata Gatot.
Omongan Gatot soal pembelian senjata memang jadi sorotan publik. Apalagi, pernyataan tersebut disanggah oleh Menkopolhukam Wiranto. Presiden Jokowi, kemarin, memanggil keduanya ke Istana.
Gatot tiba di Kompleks Istana dan langsung masuk lewat pintu samping. Tak lama kemudian, Wiranto yang mengenakan batik lengan panjang datang menyusul. Keduanya tidak memberikan keterangan sepatah kata pun. Sepuluh menit kemudian, Mensesneg Pratikno tiba menumpang mobil golf. Saat akan ditanya wartawan, Pratikno hanya tersenyum dan melambaikan tangan, sambil melaju ke Istana Negara.
Setengah jam kemudian, keduanya terlihat keluar bersamaan. Gatot keluar sambil menenteng map warna merah. Dia tampak berbincang dengan Wiranto. Tak seberapa lama, keduanya masuk mobil yang diparkir di samping kanan Istana. Mungkin untuk menghindari kejaran wartawan.
Jubir Presiden Johan Budi SP mengatakan pertemuan tersebut bukan terkait soal senjata. Dia bilang, Panglima menghadap Presiden untuk melaporkan persiapan peringatan hari jadi TNI 5 Oktober. "Pak Gatot juga mengundang Presiden untuk menonton pertunjukan wayang," kata Johan.
Paginya, Presiden Jokowi mengaku sudah bertemu dengan Panglima untuk membahas pengadaan senjata. Pertemuan digelar di VVIP Bandara Halim Perdanakusuma, Selasa malam. Sesaat sebelum Jokowi terbang ke Bali. Jokowi juga menyebut Wiranto sudah memberikan penjelasan terkait masalah itu. Dan dia bilang sikap pemerintah jelas. "Saya kira penjelasan dari Menkopolhukam sudah jelas. Tidak usah saya ulang lagi," kata Jokowi, usai membuka Pameran di JCC, Jakarta. Ketika ditanya apa penjelasan Panglima TNI dalam pertemuan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jokowi bilang tidak semua bisa disampaikan.
Sebelum ke Istana, kemarin, Gatot lebih dulu muncul di DPR untuk mengisi seminar yang diselenggarakan Fraksi PKS. Temanya Pancasila dan Integrasi Bangsa. Selain Gatot, narasumber yang hadir adalah Presiden PKS Sohibul Iman, anggota Dewan Pengarah UKP Pancasila Mahfud MD dan budayawan Taufik Ismail. Gatot tiba di lokasi sekitar pukul 1 siang. Kemunculan Panglima di DPR tentu saja jadi buruan wartawan. Namun, saat ditanya macam-macam, Gatot tersenyum. "Nanti ya," ujarnya.
Usai acara, Gatot mau melayani berbagai pertanyaan wartawan. Soal pembelian senjata, Gatot mengaku sudah menemui Jokowi untuk menjelaskan hal tersebut Selasa malam. Apakah ditegur? "Siapa yang kena tegur," kata Gatot. Apa yang dibahas, Pak? Ditanya begitu. Gatot enggan menjelaskan isi pertemuannya, termasuk respons Jokowi terkait polemik senjata tersebut. "Tanggapan Presiden tidak boleh saya sampaikan dong. Tanya sama Presiden," jelas Gatot.
Gatot mengatakan, pernyataannya terkait ada lembaga selain TNI yang membeli 5000 senjata ilegal bukan berasal dari informasi intelijen. Menurut dia, informasi intelijen itu harus mengandung unsur siapa, apa yang dilakukan, di mana dan bagaimana. Menurut Gatot, informasi intelijen yang sesungguhnya telah disampaikan ke presiden secara langsung. Jadi apa benar ada institusi itu? "Yang saya sampaikan jangan tanyakan ke saya. Nggak boleh dong. Saya hanya akan menyampaikan apa yang saya tahu kepada Presiden atau kalau saya dipanggil DPR. Di luar itu tidak boleh," kata Gatot.
Akibat pernyataannya soal senjata ini, Gatot mendapat kecaman dari banyak pihak dan dituduh menyebarkan berita bohong. Terkait hal itu, dia tidak marah. Dia mengibaratkan seperti kejadian offside di sebuah pertandingan sepak bola. Beda posisi, pasti beda komentar. Penonton yang di belakang pasti berkomentar berbeda dengan penonton yang ada di depan dan samping. "Masa saya harus marah. Jadi orang punya persepsi saya hargai itu semuanya. Kan gitu," imbuh Gatot.
Gatot juga menepis tuduhan sedang melakukan langkah politik. Dia membantah kehadirannya sebagai pembicara di seminar Fraksi PKS bagian dari berpolitik. "Di sini banyak orang politik. Kalau konteks politik di sini, itu bodoh yang saya lakukan. Konstituen saya bisa kabur semua. Buktinya banyak yang berseberangan kan," kata Gatot.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanudin menilai ucapan Gatot mengenai senjata bersifat politis dan tidak pada tempatnya. Menurutnya, semua orang berhak untuk membuat pernyataan politis dan berhak mencalonkan presiden, termasuk panglima TNI. Tetapi, kata Hasanudin harus mengikuti peraturan perundang-undangan. "Ketika saya mau mencalonkan anggota DPR saya bahkan mundur beberapa tahun sebelum masa saya habis. Ya welcome saja, tapi kalau masih dinas dan melakukan kampanye ini tidak pas," kata Hasanudin.
Ketua Setara Institute Hendardi juga menyebut Panglima TNI sedang mencari momentum politik. Karena itu, dia menyarankan Jokowi berhati-hati menyikapi polemik yang bermula dari pernyataan Gatot ini. Ada hal-hal lain yang harus dipertimbangkan. "Maka tindakan atas Gatot Nurmantyo haruslah merupakan tindakan normatif dan biasa-biasa saja, sehingga cara-cara politik yang tidak etis yang sedang diperagakannya secara perlahan menjadi layu sebelum berkembang," kata Hendardi.
Sumber : rmol.co
