RAGAM (RA) - Hidup di tengah masyarakat yang sangat individualistik dan kesulitan mengelak dari tekanan sosial, kenarsisan kelas ringan hingga berat tidak hanya menular tetapi sering malah digalakan, dikaburkan dengan kepercayaan diri.
Narsisisme sering didefinisikan dalam budaya pop sebagai orang yang jatuh cinta kepada diri sendiri. Perasaan ini akan menjadi patologi jika mengarah kepada kecintaan terhadap citra diri yang diidealkan, yang diproyeksikan sebagai pelarian dari perasaan kalut yang sesungguhnya dialami.
Orang yang mengidap penyakit narsis tidak akan pernah mengakuinya, seperti bebek yang tidak akan pernah sadar jika dirinya sangat berisik dan menganggu.
Lantas, bagaimana cara kita mengenali orang-orang narsis di sekitar kita? Jawabnya tentu tidak tunggal, dan berikut ini adalah 5 di antaranya:
1. Pelanggar kesepakatan
Preston Ni, pakar kepribadian AS, menyebut bahwa orang narsis sangat menikmati pelanggaran aturan dan norma sosial, seperti menyerobot antrean, bangga jika tak perlu membayar, tiba-tiba membatalkan janji, atau melanggar aturan lalu lintas.
Orang-orang narsis sangat suka bercerita jika mereka tidak perlu mengantre karena diistimewakan, mengurus dokumen dengan waktu singkat karena punya koneksi, atau tidak perlu melalui tahapan-tahapan yang orang lain harus lalui. Termasuk orang narsis adalah tidak merasa bersalah karena membuat orang lain menunggu.
2. Menikmati pengistimewaan
Spesies narsis akan mengharapkan dirinya diistimewakan dan mendapat perlakuan berbeda dari orang kebanyakan. Mereka akan sangat menikmati sambutan berlebihan, kursi yang berbeda dalam sebuah forum atau kamar hotel yang lebih baik dari yang lain. Dalam kepala mereka, dunia dianggap selalu wajar memperlakukan mereka lebih istimewa daripada orang lain. Padahal, mereka sendiri tidak memperlakukan orang lain sedemikian rupa.
Gejala ini bisa berlaku bagi siapa pun: pejabat, politisi, guru, motivator, atau prefesi apa pun. Tak jarang dalam masyarakat kita ada tokoh yang mendadak muram karena tidak mendapatkan tempat di barisan depan, padahal dirinya datang terlambat. Jelas, orang seperti ini mengidap kenarsisan akut.
3. Pemikat ulung
Orang narsis bisa sangat kharismatik dan persuasif. Ketika tertarik dengan Anda (lebih untuk kepentingan besar mereka), mereka akan membuat Anda sangat spesial dan sangat dekat. Akan tetapi, sekali Anda mengecewakan (atau lebih tepatnya apa yang dia inginkan tidak terpenuhi), mereka akan segera mencampakkan Anda. Orang narsis bisa sangat sosial dan ramah, asalkan keinginan mereka terpenuhi.
“Sekali mengecewakan, saya tidak akan lagi dekat-dekat dengan orang itu,” ini adalah ungkapan paling khas dari orang dengan kenarsisan akut.
Dalam konteks ini, orang yang mengidap kenarsisan tidak akan merasa dia sakit secara psikologis. Mereka akan berdalih bahwa orang-orang pantas mendapat hukuman. Padahal, dia hanya sedang lupa bahwa ada kata maaf untuk kesahalan apa pun, dan silaturahim tidak boleh diputus hanya karena masalah sepele.
4. Menebar ketakutan
Banyak orang narsis menebar ketakutan atau kegalauan untuk mendapatkan perhatian, menunjukkan kekuatan dan membuat orang lain merasa bergantung kepada mereka. Orang narsis gampang cemberut atau murka jika pandangannya tidak diterima, apalagi dikritik, atau harapannya tidak dipenuhi.
Orang jenis ini tidak bisa menerima kritik dan anjuran dari orang lain yang dianggapnya berada pada status lebih rendah. Di sisi lain, orang narsis sangat cepat menghakimi, mengkritik, merasa berada di jalur yang benar, dan mudah menyalahkan.
“Yang muda-muda tuh, kalian harus cermat kalau bekerja. Kalau saya, tidak; saya selalu periksa baik-baik pekerjaan saya,” kata seorang atasan dalam sebuah rapat.
Orang narsis secara emosional sangat menjengkelkan dan cenderung mudah mengeluarkan kata-kata kasar dan pedas. Dengan membuat Anda merasa inferior, dia mengangkat egonya dan merasa lebih baik serta lega karena sudah membuktikan orang lain berada di bawah level mereka.
5. Meminjam nama lain untuk mengangkat dirinya
Gen narsis pada diri seseorang akan mengajarkan orang tersebut untuk menggunakan orang-orang di luar dirinya guna mendukung kenarsisannya.
“Saya itu enam tahun belajar dengan profesor,” kata seseorang untuk menegaskan bahwa pendapatnya patut diambil, dengan menyebut sederet nama guru dan orang berpengaruh lainnya.
“Aduh,,, cantiknya, kayak bunda,” kata seorang ibu kepada balitanya.
Kedua contoh di atas, dan semisalnya, adalah ungkapan-ungkapan narsisistik yang sering tidak disadari bahkan oleh yang mengucapkan. Orang narsis menggunakan ungkapan di atas untuk memenuhi harapannya yang tidak terwujud, atau untuk menutupi kelemahannya.
Cara lain spesies narsis memanipulasi keadaan adalah dengan penyesalan, seperti mengatakan, “Saya sudah ajari banyak hal, tapi kalian tidak pernah bisa menghargainya.”
“Jabatan adalah amanah Tuhan; terserah Dia, mau diberikan atau diambil,” ungkap banyak pejabat setelah dipecat.
Orang-orang narsis seperti ini ingin membajak emosi orang lain, dengan meminjam nama Tuhan, untuk menarik simpati supaya diri mereka dianggap sebagai korban. Sebab, saat para pejabat diangkat, ungkapan tersebut tidak pernah ada; yang ada justru mereka mengaku diangkat karena atasan membutuhkan keahlian mereka atau karena profesionalitas.
