EKONOMI (RA) - Walaupun batik Papua tak setenar batik Pekalongan, namun semakin lama kian banyak peminatnya. Oleh karena itu, kini batik Papua memiliki potensi yang cukup besar untuk menumbuhkan perekonomian masyarakat di wilayah Provinsi Papua maupun Papua Barat.
Deputi Direktur Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Bank Indonesia (BI) Ika Tajaningrum menuturkan bahwa BI saat ini sedang melaksanakan program klaster bagi UMKM di setiap daerah. Komoditas unggulan di setiap daerah menjadi titik perhatian bank sentral tersebut untuk dikembangkan sebagai salah satu penyangga perekonomian daerah dan nasional.
"Batik tak hanya menjadi unggulan Indonesia, melainkan sudah menjadi komoditas market dunia. Kita menilai Batik Khas Papua juga bisa mengambil bagian," ujarnya yang dikutip dari Cahaya Papua, Jumat 14 Oktober 2016.
Dia pun menambahkan, selain komoditas pangan yang memicu inflasi atau kenaikan harga, komoditas nonpangan seperti batik, juga bisa menjadi perhatian BI pada program pengembangan UMKM.
BI akan terus bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menjaga stabilitas inflasi. Komoditas unggulan daerah akan menjadi titik perhatian BI untuk memacu pertumbuhan ekonomi daerah maupun perekonomian masyarakat.
Dengan mengupayakan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), terus berupaya untuk meningkatkan produksi dan memperlancar distribusi, terutama untuk komoditas yang menjadi faktor pemicu inflasi. Jadi batik Papua dirasa sudah cukup familiar dan beredar luas di wilayah Papua dan Papua Barat.
Kain batik motif Papua kini mudah ditemui di pasar-pasar tradisional maupun butik pakaian. Meski demikian, komoditas ini belum memberikan dampak secara signifikan bagi masyarakat dan perajin batik di daerah ini.
