PEKANBARU (RA) - Kepala Kemenag Pekanbaru, Edwar S Umar mengatakan bahwa angka perceraian di Pekanbaru meningkat bahwa sudah masuk dalam kategori mengkhawatirkan.
"Jika dibandingan antara pernikahan dengan perceraian yang terjadi di Pekanbaru berkisar antara 60/40 persen. Dimana 60 persen rata-rata pernikahan, sedangkan perceraian 40 persennya," ujarnya.
Menurut Edwar, pemicu tingginya angka perceraian diPekanbaru disebabkan tiga hal yakni ikut campurnya orang tua, ekonomi, dan minimnya pengetahuan soal pernikahan.
"Ikut campur dalam urusan pernikahan anaknya ialah suatu hal yang wajar. Sehingga mulai muncul keretakan dalam biduk rumah tangga anaknya. Disamping itu, faktor ekonomi masuk dalam daftar penyebab tingginya angka perceraian di Pekanbaru. Kita harapkan juga bagi para suami setelah menikah jangan sampai mengabaikan ekonomi. Setidaknya harus pandai mencari nafkah, supaya biduk rumahtangga tidak retak," sebutnya.
Kemudian minimnya pengetahuan tentang pernikahan, turut ambil andil jadi faktor penyebab cerai. "Minim pengetahuanlah yang terkadang membuat kalau ada masalah sedikit langsung minta cerai atau langsung jatuhkan talak. Ini pasti ada yang salah. Makanya kita himbau agar para pasangan yang akan menikah ikut kursus pra nikah. Itu untuk membekali supaya pasangan ini nanti bisa menjalani biduk rumahtangga dengan lebih dewasa," katanya.
Edwar menambahkan, rata-rata setiap bulannya masyarakat Pekanbaru yang menikah sekitar 400 pasangan. Jumlah ini yang kemudian meningkat lebih dari dua kali lipat jelang ramadhan lalu. "Bahkan sebulan mendekati bulan puasa ada 600 hingga 700 pernikahan," ungkapnya.
Meski demikian, Edwar tetap memberikan pesan supaya para pasangan yang akan menikah atau sudah, bahwa hidup berumahtangga selain menyempurnakan agama juga bertujuan agar hidup lebih bahagia.
"itu yang selalu kita pesan. Jadikan sebagai madrasah dalam menjalani kehidupan yang harmonis dan menjadi sakinah, mawadah dan warahmah," tutupnya. (yan)
