RAGAM (RA) - Jenderal sekaligus maestro perang Napoleon Bonaparte dari Perancis pernah kalah di Waterloo (18 Juni 1815). Pasukan dibawah komando Atilla dan Hannibal Barka juga pernah kalah. Hanya Khalid bin Walid (592–642) satu-satunya jenderal perang yang tak pernah kalah dalam setiap pertempuran, besar atau kecil, dengan bangsa manapun di dunia.
Bahkan, dalam perang paling mustahil sekalipun, Khalid dan pasukannya mampu memenangi laga. Prestasi Khalid menjadi sangat luarbiasa karena pasukan yang dipimpinnya selalu berjumlah lebih sedikit dengan kualitas persenjataan jauh di bawah milik lawan.
Khalid memenangi lebih dari 100 kali peperangan melawan pasukan Romawi, Persia dan suku-suku Arab. Kala itu, Romawi dan Persia adalah dua kekuatan militer dunia dengan persenjataan paling modern dan pasukan paling mengerikan di dunia.
Khalid mengawali karir sebagai jenderal ketika suku Quraisy berperang melawan negara Madinah Pimpinan Nabi Muhammad. Dalam perang di Uhud itu, pasukan Islam mengalami kerugian besar. Perang Uhud ini menjadi satu-satunya perang melawan Madinah yang membuat suku Quraisy tersenyum bangga.
Tak lama setelah perang Uhud, Khalid tertarik untuk masuk Islam. Keislaman Khalid disambut gembira oleh Nabi. Setelah masuk Islam, Khalid sering mendapat tugas menjadi jenderal pasukan Muslim melawan suku-suku Arab.
Setiap pasukan Muslim kewalahan dalam pertempuran dan Khalid beserta pasukannya datang, keadaan langsung berbalik. Khalid adalah orang yang menyelamatkan 3000 pasukan Muslim dari kepungan 200.000 pasukan Romawi Timur di Mu’tah.
Dalam perang Mu’tah tersebut, Khalid menghabiskan 9 pedang karena patah. Setelah perang, Rasulullah menjuluki Khalid “Syaifulllah” berarti ‘pedang Allah’.
Dalam waktu hanya 4 tahun (632-636), Khalid bersama pasukannya mampu menguasai seluruh Arabia, Persia (Iran dan Irak) dan mengusir Romawi dari Suriah, Yordania dan Palestina.
Prestasi terbesar Khalid adalah kemenangannya pada perang Yarmuk. Perang ini terjadi selama 6 hari penuh, tepatnya pada 15-20 Agustus 636 M, empat tahun setelah Rasulullah saw mangkat. Dataran Yarmuk terletak di sebelah timur laut Galilee, 65 km dari dataran tinggi Golan.
Secara matematis, perang ini mustahil dimenangi Khalid. Dengan jumlah pasukan sekitar 24 ribu – 40 ribu orang, pasukan Khalid berhadapan dengan 300 ribu sampai 400 ribu pasukan Romawi dengan senjata jauh lebih modern. Sekutu Romawi Timur ini adalah gabungan dari tentara Romawi, Armenia, Slavia, Perancis, Georgia dan Arab Ghassan.
Perkiraan modern menyebutkan bahwa pasukan Romawi yang tewas mencapai 45%, sementara pasukan Islam hanya kehilangan 4000 orang saja.
Sejak masa Abu Bakar (632-634), Khalid menjabat sebagai jenderal utama. Jabatan ini berlanjut hingga masa kekhalifahan Umar bin Khathab (634-644), sepupu Khalid. Umar mencopot jabatan Khalid sebagai jenderal pada 638 ketika Khalid berada pada puncak karirnya.
Ketika mencopot Khalid, Umar berkata, “Saya tak memecat Khalid karena marah atau dia lalai dari tugas dan tanggungjawab, tetapi karena alasan supaya orang sadar bahwa hanya Allah yang memberikan kemenangan.” Umar tak ingin Khalid terlalu populer lalu orang terlalu mendewakannya, sehingga mencederai keimanan.
Menanggapi pemecatannya, Khalid berkata , "Saya berjuang untuk kejayaan Islam. Bukan karena Umar!"
Setelah pemecatannya, Khalid menetap di Emesa atau Homs sekarang menjalankan kehidupan asketis. Tak lama setelah itu, Khalid menderita sakit parah.
“Saya telah berperang di banyak pertempuran berharap syahid. Tak ada tempat yang tersisa di tubuhku tanpa bekas luka oleh tombak dan pedang. Lihatlah saya sekarang, sekarat di ranjang seperi unta tua,” kata Khalid meratapi keadannya.
Istri Khalid menenangkan suaminya, “Engkau digelari saifullah ‘pedang allah’. Pedang Allah tak mungkin patah dan oleh karena itu, bukan takdirmu untuk syahid di medan laga tapi meninggal seperti seorang penakluk.”
Khalid wafat karena sakitnya tersebut pada 642 dan di makamkan di Emesa. Khalifah Umar bin Khattab menangis kala mendengar kabar kematian Khalid.
Darah keprajuritan Khalid diwarisi 3 anak lelakinya. Sulaiman syahid di Mesir, Muhajir syahid saat perang Shiffin membela Imam Ali, dan Abdurrahman diracun Mu’awiyah untuk memuluskan Yazid, anaknya, menjadi penguasa. Khalifah Usman sebelumnya menunjuk Abdurrahman sebagai calon pengganti Mu’awiyah sebagai gubernur Suriah.
