PEKANBARU (RA) - Irama ketukan kayu terdengar merdu memenuhi ruangan seluas 600 meter persegi di sebuah rumah produksi di Jalan Kayu Mas, Kecamatan Payung Sekaki, Kota Pekanbaru, Riau.
Di sudut-sudut ruangan, sejumlah perajin wanita sibuk menenun kain songket dengan penuh ketelitian. Mereka merangkai helai benang berwarna cerah menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM), menghasilkan motif kain songket yang indah dan khas.
Proses pembuatan kain tenun songket secara tradisional ini membutuhkan waktu dan ketelitian tinggi. Untuk menghasilkan sehelai kain songket berukuran panjang dua meter, para perajin membutuhkan waktu sekitar satu minggu.
Meski prosesnya memakan waktu, kain songket buatan tangan ini mampu bersaing dengan produk tenun berbasis mesin yang lebih cepat diproduksi.
Rumah produksi ini telah berdiri sejak tahun 1969 dan dikelola secara turun-temurun. Wan Fitri Handayani, pemilik rumah produksi, menjelaskan bahwa kunci keberhasilan usahanya terletak pada kualitas produk yang dihasilkan.
"Kami selalu menjaga kualitas. Kain tenun songket tradisional memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh kain produksi mesin," ujarnya Sabtu (20/9/2025).
Kain songket buatan rumah produksi ini menampilkan berbagai motif khas Melayu Riau, seperti motif Pucuk Rebung, Tampuk Manggis, dan Siku Keluang.
Keunikan motif dan kualitasnya membuat kain ini diminati tidak hanya oleh masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia, tetapi juga dari negara tetangga, seperti Malaysia.
Namun, menjaga eksistensi produksi kain songket tradisional tidaklah tanpa tantangan. Wan Fitri mengungkapkan bahwa salah satu kendala utama adalah kualitas sumber daya manusia.
"Para perajin harus memiliki kesabaran dan ketelitian tinggi untuk menghasilkan kain yang berkualitas," katanya.
Harga kain songket tradisional ini memang tergolong lebih mahal dibandingkan kain tenun produksi mesin. Satu helai kain songket dibanderol mulai dari Rp400.000 hingga jutaan rupiah, tergantung pada tingkat kerumitan motif dan bahan yang digunakan.
Meski demikian, tingginya minat pasar membuktikan bahwa kain songket tradisional tetap memiliki tempat istimewa di hati pecinta budaya dan seni tekstil.
Keberhasilan rumah produksi ini menjadi bukti bahwa warisan budaya tenun songket Riau tetap hidup dan relevan, meski di tengah gempuran modernisasi.
Dengan menjaga kualitas dan keaslian, kain songket tradisional terus memikat hati, baik di dalam maupun luar negeri.