Ini fakta memilukan di balik bisnis anak ayam warna warni

Ini fakta memilukan di balik bisnis anak ayam warna warni
anak ayam

NASIONAL (RA) -  Demi meraup untung yang besar, para pedagang bibit ayam boiler ini mewarnai anak ayam tersebut dengan zat pewarna berbahaya, yakni dengan bahan pewarna tekstil (pewarna pakaian). Bahan pewarna yang tidak semestinya untuk hewan ini sangat membahayakan bagi tubuh hewan.

Ati (47), perempuan paruh baya ini menjual bibit ayam secara grosir di salah satu kios miliknya yang berada di wilayah Jakarta Timur. Mulai dari bibit ayam polos (tanpa warna), maupun bibit ayam yang sudah diwarnai dengan zat pewarna tekstil.

"Pelanggan banyak yang suka anak ayam yang diwarnain. Jadi kita jual bukan hanya bibit anak ayam polos saja," kata Ati saat ditemui merdeka.com di Jakarta Timur, Kemarin.

Ati mengaku bibit ayam itu diwarnai dengan zat pewarna tekstil. Namun dia merahasiakan (enggan memaparkan) cara mewarnai bibit-bibit ayam tersebut.

"Iya diwarnain pakai pewarna biar menarik. Sesuai selera warna yang kita sukai, ada warna hijau, merah, kuning, ungu. Pokoknya warna yang menarik buat anak-anak. kan pembelinya rata-rata anak-anak sekolah," ujar Ati.

Lebih dalam Ati menungkapkan, dengan strategi pewarnaan itu dirinya bisa meraup untung yang besar. Dia tidak mempedulikan dampak pewarna beracun bagi anak ayam itu yang mengakibatkan anak ayam menjadi pusing, keracunan dan mati.

"Ya namanya juga 'mainan' bernyawa, ya kalau mati wajar. Untungnya kan lumayan gede. Banyak yang beli soalnya, apalagi kalau lagi ramai buat acara tertentu semisal ulang tahun. Bukan cuma pedagang eceran doang yang beli," kata Ati yang memiliki kios bibit ayam cukup besar ini.

Dari pantauan merdeka.com, sepanjang kios yang ada di Jakarta Timur itu, terlihat kios Ati saja yang menjual bibit ayam warna warni. Banyak pelanggan yang membeli ke Ati untuk dijual kembali, baik secara grosir maupun secara per-ekor.

Anak ayam warna warni memang terlihat lebih menarik dari pada anak ayam yang polos. Namun, dari segi daya tahan tubuh, anak ayam warna warni ini terlihat mudah sakit. Beberapa anak ayam yang sudah lemas dipisahkan dan dibiarkan mati tanpa diberikan perawatan pakan dan air.

"Ya namanya jualan. Anak ayam yang diwarnain ini kan buat di jual lagi ke anak-anak sekolah buat mainan. Malahan yang laku yang ini (anak ayam dikasih warna). Yang polos kurang menarik buat anak-anak," tukas Ati.

"Kita jual secara grosir dan per ekor juga bisa. Bisa dipesan warna anak ayam apa yang mau. Karena kita warnain sendiri di sini," imbuhnya.

Ati mengaku menjual anak ayam warna warni Rp 2.500 per-ekor. Jika membeli dengan jumlah banyak (satu kardus bibit ayam 150 per ekor) Rp 250 ribu. Jika membeli dengan partai besar akan dikasih bonus dua ekor anak ayam.

"Harganya sama. Anak ayam polos dengan anak ayam warna warni itu per ekor Rp 2.500. Kalau beli se-boks anak ayam ya Rp 250 ribu, bisa kita kasih diskon Rp 10 ribu jadi Rp 240 ribu. Bisa dijual lagi ke anak-anak sekolah per ekor RP 5000, kan untungnya gede tuh," beber Ati.

Solihin (51), salah satu pembeli bibit ayam warna warni di kios Ati ini mengaku sudah langganan beli anak ayam untuk dijual kembali ke sekolahan SD dan keliling kampung sekitar Jakarta.

"Beli anak ayam buat dijual lagi ke anak-anak sekolahan SD. Keliling kampung jualan pakai sepeda. Lumayan laku sehari bisa beberapa ekor ke jual anak ayam yang warna warni ini," ucap Solihin.

Namun, Solihin mengeluh jika anak ayam warna warni yang dibelinya itu tidak bertahan lama dan sering mati karena zat pewarna yang menempel di tubuh ayam.

"Anak-anak sekolah sih pada suka ayam yang warna warni. Kan menarik tuh, tapi nggak tahan lama, cepet lemes, sakit. kalau udah begitu pasti mati," beber Solihin.

Lanjut, Solihin memaparkan jika anak ayam yang dibelinya itu sakit maka dia akan menukar kembali ke kios Ati.

"Anak ayam yang sakit kita balikin ke kios. Minta tukar yang agak sehatan, kan buat dijual lagi. Kalau anak ayam yang sakit dipisahin ya nunggu mati ajah. Abis mau gimana lagi," tuturnya.

"Tadi ada tiga yang sakit. Saya pulangin ke kios, taruh ajah di kardus nggak dirawat lagi. Ya biasanya bakal mati, nggak ada harapan hidup kalau udah sakit," sambung Solihin.

Solihin mengaku meski penjualan laris manis anak ayam warna warni itu, namun dari segi daya tahan hidup tidak bisa bertahan lama dibanding dengan anak ayam yang polos.

"Emang lebih laku sih anak ayam warna warni kalau dijual ke anak-anak. Kan buat mainan tap enggak bisa hidup lama. Pada lemes dibanding anak ayam enggak diwarnain. Makanya, saya beli ayam polos juga biar enggak rugi banyak," beber Solihin.

Menurutnya, anak ayam warna warni ini memang cukup menarik perhatian pembeli khususnya anak-anak. Sebab itu dia selalu menaruh anak ayam warna warni dalam dagangannya meski sering mati lantaran tidak terjual.

"Saya biasanya beli ke agen bukan cuma ayam warna warni saja tapi saya campur ayam polos biar nggak rugi banyak," tuturnya.

Lebih dalam Solihin mengaku tidak tahu kalau anak ayam yang di warnain itu berbahaya bagi tubuh hewan. Baginya, asal ada keuntungan dagangannya tidak menjadi soal.

"Saya kan belinya udah jadi (diwarnain), tinggal pilih di agen. Ya nggak tahu kalau itu berbahaya bisa bikin anak ayam mati," tukasnya.

Dari jumlah anak ayam yang dia beli, Solihin mengaku rata-rata anak ayam warna warni hanya bertahan hidup beberapa hari saja ketimbang anak ayam yang polos.

"Mungkin tujuannya buat mainan kali ya. Jadi anak ayam warna warni itu cepat mati. Beda dengan anak ayam yang nggak diwarnain lebih tahan lama dan bisa dipelihara sampai gede," ucap Solihin.

"Biasanya pada lemes yang diwarnain. Makanya saya nggak beli banyak-banyak takut rugi banyak," kata Solihin.

Di kios bibit ayam boiler milik Ati ini para pedagang bisa membeli dengan cara harga satuan dan bebas memilih. Anak ayam itu akan dijual kembali kepada anak-anak untuk dijadikan mainan.

Para pedagang terpaksa membeli anak ayam warna warni karena lebih disukai anak-anak meski warna itu membahayakan hewan demi keuntungan mereka mengabaikan hal tersebut.

Dari segi tampilan memang anak ayam itu menarik dan lucu bagi mainan anak-anak. Namun, zat pewarna tekstil yang dipakai itu dapat membunuh anak ayam tersebut.

Anak ayam warna warni itu menjadi lemas, dan akhirnya mati karena tubuhnya kemasukan racun dari bahan pewarna tekstil. Tidak bisa bertahan hidup lama dibandingkan anak ayam yang polos (tanpa pewarna). (merdeka.com)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index