Kembali Puluhan Pedagang Tempati Jalur Lambat HR Soebrantas

Senin, 25 Mei 2015 | 11:39:46 WIB
ilustrasi

PEKANBARU (RA)- Puluhan pedagang mulai dari pedagang pakaian, sepatu, jam, batu akik hingga binatang, mulai kembali memenuhi jalur lambat di bekas pasar jongkok Jalan Soebrantas, minggu (24/5) malam. Digunakannya trotoar jalur lambat dan juga trotoar Jalan Soebrantas tak ayal mengganggu kelancaran arus lalulintas disekitar lokasi.

Terhambatnya arus lalulintas juga disebabkan banyaknya kendaraan baik roda dua maupun roda empat yang parkir dipinggir jalan. Belum lagi beberapa pembeli yang berdiri atau melihat-lihat barang dagangan dipinggir jalan. Kondisi tersebut tentunya membuat pengendara harus berhati-hati sehingga memperlambat laju kendaraan.

Salah satu lokasi pedagang yang banyak dikunjungi masyarakat adalah penjual bahan batu akik. Dengan menggelar dagangannya diatas trotoar Jalan Soebrantas, beberapa calon pembeli tampak mengelilingi lapak pedagang. Kondisi ini juga dinilai cukup menggangu arus lalulintas, pasalnya beberapa pengendara yang penasaran juga terlihat memperlambat laju kendaraan dan berusaha menepi.

Berbeda dengan beberapa usai ditertibkan oleh anggota Satpol PP Kota Pekanbaru, dimana setiap menjelang sore hari tampak beberapa petugas penegak perda tersebut berajaga. Namun beberapa waktu terakhir, aktivitas tersebut tidak lagi tampak sehingga dengan leluasa para pedagang kembali menggelar dagangannya.

Salah seorang pengendara, Amril, kepada wartawan juga mengeluhakan hal tersebut. Warga Jalan Purwodadi ini mengaku perjalannya cukup terhambat dengan kembali berjulannya para pedagang di jalur lambat yang notabene digunakan kendaraan bermotor untuk melintas. "Dulu ada Satpol PP yang berjaga, tapi sekarang tidak nampak lagi. Cukup mengganggu lalulintas juga, karena kendaraan pembeli diparkir dipinggir jalan," tuturnya.

Sementara itu, salah seorang pedagang pakaian, Bambang menuturkan, ia terpaksa berjualan di trotoar jalur lambat lantaran tidak mempunyai cukup modal untuk menyewa kios atau lapak di pasar yang telah ditentukan. Diakuinya kalau berjualan di trotoar jalur lambat, lebih banyak pembeli yang mampir meskipun hanya sekedar melihat-lihat.

"Kalau jualan disini tidak perlu menyewa lapak, modal saya hanya sedikit. Takut juga kalau ada Satpol PP, tapi mau bagaimana lagi Cuma berdagang inilah satu-satunya penghasilan kami untuk menyambung hidup. Seandainya diberi modal untuk menyewa kios dipasar yang telah ditentukan, kami mau saja unntuk pindah," tuturnya.

Senada dengan Bambang, Dayat, salah seorang pedagang sepatu mengaku memilih berdagang di trotoar jalur lambat karena lebih ramai jika dibandingkan dengan berjualan di Pasar Purwodadi.  "Kalau disini lebih ramai, dulu pernah jualan di Pasar Purwodadi tapi sepi pembeli hingga sampai tutup pasarnya sekarang. Kalau omset lumayanlah disini, bisa sampai Rp 300 sampai 500 ribu permalam," pungkasnya.

 

Laporan : don

Terkini

Terpopuler