NASIONAL (RA)- Selama bertahun-tahun, para ahli memperkirakan bahwa gempa besar akan melanda wilayah Himalaya antara India dan Nepal.
Saat ini, Pegunungan Himalaya sedang didorong ke atas pada laju sekitar satu sentimeter per tahun, saat lempeng India bertabrakan dengan lempeng Eurasia. Proses ini telah berlangsung selama jutaan tahun.
Ketika tiap lempeng saling mendorong satu sama lain, maka tercipta tekanan yang sangat besar hingga akhirnya dilepaskan sebagai gempa bumi.
Sebagai akibatnya, wilayah Pegunungan Himalaya akan mengalami gempa bumi dahsyat sekitar setiap 75 tahun sekali. Gempa bumi dengan kekuatan 8 magnitudo terakhir terjadi pada 1934. Waktu itu jumlah korban tewas mencapai 10 ribu orang.
Meskipun tidak mungkin untuk memprediksi dengan tepat kapan atau di mana gempa besar akan terjadi, namun aktivitas seismik selalu terjadi di tempat yang struktur bangunannya kurang berkembang dan rentan kemiskinan.
"Di beberapa tempat, risiko gempa tinggi tumpang-tindih dengan wilayah yang memiliki konstruksi bangunan yang buruk," kata Hari Kumar, koordinator GeoHazard International untuk Asia Selatan di Delhi, India.
Geohazard adalah organisasi nirlaba yang membantu mengurangi risiko gempa bumi di negara-negara berkembang.
Konsekuensi dari bangunan di bawah standar dan kurangnya kesiapan menghadapi gempa terlihat, saat gempa dengan kekuatan 7,8 magnitudo terjadi di dekat Kathmandu pada hari Sabtu pekan kemarin. Banyak struktur yang runtuh dan lebih dari 3.600 orang meninggal. Bahkan lebih dari 4.000 jiwa.
Kumar memperingatkan, kota-kota lain di Nepal, serta beberapa di India, Pakistan dan Bhutan, berisiko tinggi mengalami bencana serupa. Masalahnya banyak terjadi aktivitas tektonik di bawah kota-kota itu, selain karena kurangnya persiapan.
"Ini bukan seolah-olah Nepal tidak tahu tentang masalah ini, tetapi karena mereka tidak tahu harus mulai dari mana," kata Kumar, menambahkan bahwa Nepal tidak memiliki sumber daya dan keahlian teknis untuk membuat bangunan tahan terhadap gempa. "Pemerintah bekerja melawan waktu."
Menurut Presiden Geohazard Brian Tucker, Amerika Serikat, Selandia Baru, Jepang, Turki (terutama Istanbul) dan Chile adalah negara berisiko tinggi terhadap gempa di mana lempeng tektonik berada di bawah tekanan.
Tetapi mereka telah mengambil langkah-langkah dengan mempersiapkan bangunan tahan gempa. Juga melatih warganya dalam mengurangi konsekuensi buruk dari gempa besar.
"Beberapa tempat yang mungkin menakutkan saat terjadi gempa adalah Teheran, Iran; Karachi, Pakistan; Padang, Indonesia dan Lima, Peru," kata Tucker kepada TIME, dikutip Dream, Rabu 29 April 2015.
"Jika Anda bertanya kepada saya di mana gempa besar berikutnya akan terjadi, bukti terkuat menunjukkan itu akan terjadi di lepas pantai Sumatera."
Pada 2004, sebuah gempa berkekuatan 9,3 magnitudo melanda sejauh 100 mil dari ujung barat laut Sumatera, Indonesia. Gempa tersebut menghasilkan tsunami besar yang menewaskan sekitar 230.000 orang dan menyebabkan kerusakan masif.
"Padang jauh lebih kecil daripada Kathmandu, sehingga tidak akan menciptakan kekacauan ekonomi atau politik yang sama seperti di Teheran, Karachi atau Istanbul," katanya.
Tapi Tucker memperingatkan, gempa di Sumatera itu bisa memicu tsunami dengan konsekuensi yang menghancurkan seperti sebelumnya. (Ism, dream.co.id)