Riauaktual.com - Presiden Guinea Alpha Conde dalam kondisi aman setelah ditahan militer dalam kudeta, Minggu (5/8). Kudeta terjadi dua bulan menjelang setahun Conde menjalankan periode ketiga jabatannya.
Pemimpin kudeta, Kolonel Mamady Doumbouya mengatakan, militer mengambil alih kekuasaan, karena pemerintahan Guinea salah urus. Ia menuding Conde tidak berbuat banyak untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial rakyat.
“Kami telah mengambil semua langkah untuk memastikan bahwa dia memiliki akses ke perawatan kesehatan dan dia berhubungan dengan dokter. Semuanya akan baik-baik saja,” kata Doumbouya, dalam sebuah video yang disiarkan RTG.
Berjanji untuk memulihkan demokrasi di negara Afrika Barat itu, Doumbouya mengatakan, Komite Persatuan dan Pembangunan Nasional (CNRD) akan membubarkan konstitusi dan Pemerintah, serta menutup perbatasan darat dan udara selama sepekan. CNRD adalah sebutan untuk pemerintahan junta.
“Kami tidak akan lagi mempercayakan politik kepada satu orang. Kami akan mempercayakannya kepada rakyat,” ungkap Doumbouya, mengklaim bahwa dia bertindak demi kepentingan terbaik bangsa.
Doumbouya menambahkan, kemiskinan dan korupsi endemik telah mendorong pasukannya untuk melengserkan Conde dari jabatannya. “Kami akan menyusun ulang konstitusi secara bersama-sama,” katanya.
Conde memenangkan masa jabatan periode ketiga pada Oktober 2020. Sebelumnya, Conde mengubah konstitusi untuk memungkinkan dia terpilih lagi. Amandemen undang-undang dasar itu memicu protes keras dari oposisi. Dukungan makin berkurang setelah Pemerintah meningkatkan pajak demi mengisi kas negara dan menaikkan harga bahan bakar sebesar 20 persen.
Ia pertama kali berkuasa pada 2010 dalam pemungutan suara yang dianggap sebagai pemilihan demokratis pertama sejak bekas jajahan Prancis itu memperoleh kemerdekaan.
Kudeta dilaporkan di media lokal dalam beberapa jam setelah terdengar suara tembakan di sekitar Istana Presiden di Ibu Kota Guinea, Conakry pada Minggu. Video rekaman Conde ditahan pasukan khusus beredar pada hari sebelumnya di media sosial.
Pengumuman ini disambut sebagian warga turun ke jalan meneriakkan dukungan atas dijatuhkannya Conde. Seorang saksi mata Reuters melihat truk, pick-up dan kendaraan militer disertai pengendara sepeda motor membunyikan klakson di tengah teriakan massa. Seorang wanita di kediamannya meneriakkan, “Guinea Bebas! Bravo.
Doumbouya kemudian juga mengganti semua gubernur daerah dengan komandan militer. Para menteri juga diundang ke pertemuan Senin (6/9). Bagi yang menolak dianggap memberontak.
Sementara pemimpin oposisi utama Guinea, Cellou Dalein Diallo, membantah rumor bahwa dia termasuk di antara mereka yang ditahan.
Untuk memastikan keamanan, militer juga meminta warga Guinea untuk membuat laporan, demi memastikan keselamatan warga dan properti mereka. Jam malam nasional akan diberlakukan sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Menyikapi hal ini, via Twitter, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk keras perebutan kekuasaan di Guinea. “Saya pribadi mengikuti situasi di Guinea dengan sangat cermat. Saya sangat mengutuk setiap pengambilalihan Pemerintah dengan kekuatan senjata dan menyerukan pembebasan segera Presiden Alpha Conde,” ungkapnya.
Ketua Uni Afrika Felix Tshisekedi dan Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat juga mengutuk kudeta dan menuntut pembebasan segera Presiden Conde.
Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) dan Uni Afrika juga mengutuk kudeta tersebut. Dalam sebuah pernyataan tertulis, ECOWAS mencatat bahwa integritas fisik Conde harus dihormati. Komunitas itu juga menyerukan pembebasan segera Conde dan mereka yang ditahan bersamanya.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) juga mengecam kudeta itu. “Tindakan ini dapat membatasi kemampuan Amerika Serikat dan mitra internasional Guinea lainnya untuk mendukung negara saat menavigasi jalan menuju persatuan nasional dan masa depan yang lebih cerah bagi rakyat Guinea.”
Sumber: Rm.id