Fadri: Itu Sudah Tak Manusiawi

Jumat, 07 Juni 2013 | 12:10:00 WIB
Muhammad Fadri AR

PEKANBARU, RiauAktual.com - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Pekanbaru mengecam aksi pengusiran dan penolakan pasien yang dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad yang berstatus milik pemerintah daerah atau plat merah ini. Menurutnya, tindakan yang dilakukan oleh oknum dokter dan perawatnya adalah tidak terpuji, dan tidak mencerminkan seorang yang tidak professional dengan profesinya.

Ketua Komisi III Muhammad Fadri AR mengaku adanya pemberitaan pengusiran pasien oleh RSUD Arifin Achmad membuat dirinya prihatin, kata Fadri yang dilakukan oknum dokter dan perawat sudah diluar kewajaran.

"Ini sudah tidak betul, pemerintah daerah, dalam hal ini Pemerintah Provinsi Riau harus mengevaluasinya, karena ini sudah merusak imej daerah kita," kata Fadri saat memberi keterangan melalui selulernya, Jum'at (7/6/2013).

Fadri menegaskan, agar pemerintah segera mungkin melakukan tindakan tegas kepada RSUD AA agar prilakuan tak manusiawi yang dilakukan oknum perawat tidak terjadi lagi. "RSUD ini kan milik pemerintah, semua anggaran untuk orang miskin sudah ada. RSUD ini bukan swasta, jadi tidak ada alasan untuk menolak pasien apalagi mengusir, ini keterlaluan dan memalukan. Berarti ada yang tidak beres dengan pelaksanaan anggarannya," kata Fadri dengan setengah emosi.

Fadri menceritakan, saat membaca salah satu media cetak, adanya warga yang diusir karena tidak ada biaya untuk berobat ke Rumah Sakit, dirinya menegaskan menjadi tanggungjawab pemerintah, baik Provinsi Riau dan Pemerintah Kota untuk masyarakat Pekanbaru, tidak ada yang tidak bisa diobati.

"Hak kesehatan ini adalah mutlak milik masyarakat dan itu adalah ditanggung Pemerintah Daerah, begitu juga dengan pendidikan. Jadi, kepada Dinas Kesehatan Kota juga kami sampaikan supaya terus melakukan sosialisasi terhadap Jamkesda dan juga Jamkesmas kepada masyarakat tidak mampu, agar tidak terulang lagi kejadian yang memang sangat miris ini," sebut Fadri lagi.

Sebagaimana diketahui, kondisi ini terkuak baru-baru ini dan kejadiannya pada akhir Mei kemarin. Dimana, pasien RSUD AA, Ida Rahmawati (39) yang belum melengkapi berkas jaminan kesehatan daerah (Jamkesda), seorang oknum dokter RSUD berinisial L tega mengusir Ida, warga Kecamatan Tampan, yang sudah menginap empat hari di rumah sakit milik pemerintah tersebut, Jumat (31/5).

Menurut suami korban, Amri Salam (44), hal tersebut bermula saat Ida mengeluhkan sakit pada lambungnya, hingga dilarikan ke RSUD Arifin Ahmad pada Mei kemarin. "Kemudian esoknya dokter mengatakan akan melakukan pemeriksaan BNOP, kemudian bagian keperawatan menyarankan untuk membuat Jamkesda agar bisa meringankan biaya pengobatan," terang Amri.

Kemudian Amri mengurus Jamkesda yang dimaksud, masih dalam pengurusan, Amri didatangi perawat dan mengatakan Jamkesda harus siap hari itu juga. Namun, karena belum selesai hingga keesokan harinya, tepatnya Jum'at (31/5) pagi, Amri pun tak bisa membawa Jamkesda ke rumah sakit.

Karena tak kunjung selesai Jamkesda tersebut, Ida pun tidak dilayani oleh dokter dan memintanya untuk pulang, karena kondisi Ida yang lemah, dibentak dokter, Ida pun pingsan berkali-kali, disaksikan Dana (12), yang merupakan Amri dan Ida.

Menanggapi hal tersebut, Humas RSUD Arifin Ahmad, Masriah SH MH mengakui hal tersebut memang benar adanya. "Pasien akan diperiksa Buik Nier Overzicht Intra Venous Pyelografhy akan membutuhkan dana 15 jutaan rupiah. Untuk itu kami meminta keluarga pasien terlebih dahulu mengurus Jamkesda agar men dapat keringanan biaya," kata Masriah, Rabu (5/6/2013).

Masriah menyebut, yang terjadi hanyalah kesalahan komunikasi saja. Pihak perawat ataupun dokter hendak menyampaikan hal tersebut kepada suami Ida. Namun karena suami Ida belum bisa ditemui dokter, jadi dokter langsung menyampaikan kepada pasien untuk mengurus Jamkesda.

"Padahal maksud dokter meminta Ida pulang terlebih dahulu hingga jamkesdanya selesai guna meringankan biaya perawatan. Sayangkan, sebab baru empat hari biaya perawatannya sudah mencapai 2 juta rupiah. Makanya pihak RSUD meminta pasien terlebih dahulu istirahat di rumah dan sehingga biaya perawatannya lebih bisa ditekan," Masriah menyangkal.

Laporan: TimEditor: Riki

Terkini

Terpopuler