Riauaktual.com - Pengalaman tidak mengenakkan harus kembali dialami Ustadz Felix Siauw saat ingin berdakwah. Sabtu (4/11/2017), dia mendapatkan penolakan saat hendak berceramah di Masjid Manarul Islam Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.
Penolakan dilakukan oleh massa dari badan otonom Nahdlatul Ulama (NU) seperti Banser. Mereka menuding Ustadz Felix Siauw, sebagai pemecah bangsa lantaran disebut nyata-nyata sebagai penolak dasar negara Pancasila.
Via akun Instagramnya, Ustadz keturunan Tionghoa ini menceritakan kejadian sebenarnya, dan menitipkan pesan tentang dirinya tak akan mundur dari jalur dakwah.
“Kepada Jamaah Masjid Manarul Islam Bangil. Pertama-tama, saya mengucapkan jazakallahu khairan katsiran, jazakallahu bil jannah, semoga Allah berikan balasan berupa surga bagi jamaah yang hadir di Masjid Manarul Islam. Sejatinya saya sudah berada disana sejak pukul 08.00 WIB, hanya saya dipaksa meninggalkan Masjid oleh pihak Polres, dengan alasan ada ormas yang mendemo di depan Masjid,” tulisnya.
“Saya paham yang hadir di Masjid kesemuanya adalah ummat yang Allah pilih, yang dicintai Allah dan juga mencintai Allah, tak takut apapun dan tak berharap apapun kecuali Allah. Begitu juga semua gabungan laskar-laskar Islam yang sudah bersiap sedia, dengan jumlah dan kekuatan Allah pinjamkan pada mereka, semoga Allah saksikan keberpihakannya,” ungkapnya.
Dia menyatakan sudah memberitahukan ke panitia soal dirinya berceramah hanya mencari ridho Allah.
“Saya serahkan semua pada panitia, jika panitia suka, apapun saya akan penuhi. Hanya panitia sangat ditekan oleh pihak berwenang, akhirnya memutuskan membatalkan. Sempat terjadi ketegangan antara gabungan laskar yang lalu menyusul saya dengan pihak kepolisian. Mereka (panitia) meminta dengan sopan dua menit saja saya bisa menyapa jamaah. Namun pihak kepolisian bergeming, demi menjaha kamtibmas, segelintir ormas yang memprotes lalu dimenangkan, dan kajian harus dibatalkan, saya tidak boleh kembali ke Bangil,” bebernya.
Ustadz Felix melanjutkan untuk menenangkan situasi, datang Tokoh Ulama Bangil KH Nurcholish Mustari berusaha melunakkan hati pihak kepolisian. Namun, ternyata tidak juga berhasil.
“Subhanallah, Allah yang melapangkan hati mereka, dan juga melembutkan lisan dan amal mereka, kedzaliman itu mereka terima, dan sayapun dengan berat hati pergi dari Bangil. Para pembubar kajian berteriak gembira, riang bak menang perang, lalu mengunggah berita kemana-mana dengan versi mereka sendiri, memelintir dan memfitnah. Karenanya saya akan tuliskan kejadian sebenarnya, agar teman-teman tahu, siapa yang mencintai agama ini, ummat ini, yang selalu merindu berada diatas jalan dakwah,” jelasnya.
Di bagian postingan lain, Ustadz Felix mengungkapkan lagi bahwa dua hari sebelum acara di Bangil, dirinya sudah mendapat kabar ada Ormas yang melaporkan dirinya ke polisi. Alasannya klasik, tuduhan dan fitnah, anti-NKRI, anti-Pancasila
“Lebih lucu lagi, yang diangkat Ormas yang melabeli diri paling toleran dan paling NKRI ini, saya ditolak karena pentolan HTI, padahal HTI sudah dibubarkan penguasa. Sehari setelahnya, saya mendapat kabar dari panitia, semua sudah clear. Pertemuan tokoh agama, bupati, dan pejabat terkait, memastikan acara kajian tetap berjalan. Maka saya pun berangkat ke tempat acara di hari Sabtu 04/11, sampai di Masjid Manarul Islam Bangil jam 08.00 dan ternyata di situ sudah dinanti oleh banyak sekali polisi,” paparnya.
Dia melanjutkan, ketika panitia menghantarkan sarapan, Kapolres Pasuruan memperkenalkan diri padanya dan langsung meminta saya untuk diamankan di Polres Pasuruan.
“Saya bingung, tak memahami apapun, lalu bertanya kenapa? Polisi beralasan saya tidak mau menandatangani surat pernyataan sebagaimana disepakati. Lalu saya bertanya, lebih bingung. Siapa yang menyepakati? Siapa yang membuat kesepakatan? Apa isi suratnya? Saya sama sekali tidak memahami hal itu,” lanjutnya.
Ternyata kata Felix, polisi mengatakan bahwa mereka ditekan ormas tertentu, yang meminta tiga pernyataan darinya;
1) Mengakui ideologi Pancasila sebagai ideologi tunggal NKRI
2) Tidak akan menyebarkan ideologi Khilafah
3) Menyatakan keluar dari Hizbut Tahrir Indonesia
“Bagi saya ini jelas-jelas sebuah jebakan, dan juga penghinaan. Sebab jika saya menandatangani, sama saja saya mengaku bahwa semua yang dituduhkan pada saya benar adanya. Lebih jauh lagi, siapa mereka hingga saya harus membuktikan sesuatu dengan surat pernyataan bermaterai? Belum lagi diksi pernyataannya yang sarat kesalahan. Sungguh lucu, memberikan kajian di Masjid sekarang perlu syarat tiga di atas, bukan lagi standarnya benar dalam menyiarkan Islam, bukan lagi sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah,” bebernya.
“Tidak pula mau berdiskusi ilmiah, tidak juga menunjukkan cara yang intelek, tapi aksi di Masjid dengan kata-kata kotor dan juga sumpah serapah, naudzubillahi min dzalik,” timpalnya.
Diapun sadar banyak hikmah dan pelajaran dari peristiwa di Bangil
Dia paham semakin tinggi tahapan dakwah, semakin besar pula tantangan. Dia mengibarakan kompetisi bola, kini kita sudah memasuki final. Tandanya, polarisasi terjadi, gesekan makin menguat.
“Di Piala Champions, saat masih 8 tim tersisa, pendukung terbagi menjadi 8, saat perempat final pendukung terbagi 4. Saat final, semua maniak bola terpolarisasi jadi 2 tim saja. Lihat saat ini, partai final. Bila engkau tidak membela Islam maka pasti ada di kubu lainnya. Dan ini yang sesungguhnya terjadi, mengapa ulama dikriminalisasi,” tegasnya.
Dia pun mengingatkan kembali tentang aksi 411 dan 212 yang telah membuka mata kaum dzalim, bahwa kaum Muslim ternyata bisa bersatu, dekat dengan kebangkitan. Maka digelontorkan isu makar, kudeta, intoleransi, anti-Pancasila.
“Kepada siapa itu dialamatkan? Tentu kepada kaum Muslim, dan tidak selain itu. Yang lain boleh menjarah Indonesia, boleh juga korupsi, hate speech, asal anda pendukung penguasa. Mereka ingin berkuasa kembali, tapi ummat sudah sadar, dan satu-satunya musuh abadi kedzaliman adalah Islam. Maka mereka sibuk melemahkan ulama dan kaum Muslim. Pihak berwenang harusnya melindungi, malah pilih kasih. Bila ummat Islam didemo, yang kalah harus ummat Islam. Bila ummat Islam yang aksi, juga yang salah ummat Islam,” ungkapnya.
Ustadz Felix juga menyinggung bagaimana sampai saat ini polisi masih mati-matian pada kasus fake chatsex, ulama dan aktivis ditahan tanpa alasan yang jelas.
“Dan kita diminta percaya bahwa mereka mengamankan. Namun saya yakin, Allah tidak tinggal diam. Saya berdoa semoga Allah bukakan hati nurani mereka, menanamkan iman dan kecintaan, serta pembelaan pada agama. Saya jug mendoakan saudara saya GP Ansor dan Banser, semoga Allah berikan mereka izzah, hingga mampu memuliakan agama, santun dan lembut pada saudara seiman,” harapnya.
“Saya mendapatkan banyak pelajaran berharga dari Bangil. Yakni semangat, pelukan, doa, dari semua ikhwan, nasihat dan genggam tangan dari para Kyai dan asatidz. Saya dikarunai Allah di Bangil, lebih dari yang saya minta. Yakni kesabaran, harapan, serta hikmah dalam jalan dakwah. Tentu saja, saya mengucap Alhamdulillah ‘ala kulli haal!,” pungkasnya.
Sumber : pojoksatu.id