Riauaktual.com - Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dilakukan pada 3-10 September 2017 terhadap 1.057 responden itu, menempatkan elektabilitas Jokowi sebagai yang teratas.
Menanggapi hal itu, Sekretaris Fraksi Partai Hanura Dadang Rusdiana meyakini elektabilitas Presiden Joko Widodo bakal berada di atas 50 persen pada akhir 2017 nanti.
Dia berkaca pada hasil survei yang dilakukan SMRC yang menempatkan Jokowi di angka 38,9 persen melebihi nama-nama lainnya.
Sementara elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang disebut-sebut pesaing terkuat Jokowi hanya berada di angka 12 persen.
Menurut Dadang, elektabilitas merupakan hal yang dinamis. Artinya, bisa turun dan naik.
Biasanya, naik turunnya elektabilitas disebabkan oleh momentum politik tertentu.
Bisa juga disebabkan ada masalah yang berhubungan dengan perekonomian, seperti harga bahan pokok, listrik, dan lainnya.
“Namun, itu pergerakannya tidak statis,” kata Dadang, Jumat (6/10).
Golkar juga akan turut menjaga dan meningkatkan elektabilitas Jokowi.
Caranya, Golkar akan terus mendukung kebijakan pemerintahan Jokowi, terutama yang prorakyat.
Golkar telah menginstruksikan kepada seluruh kader untuk menyosialisasikan kesuksesan kebijakan-kebijakan Jokowi hingga ke tingkat akar rumput.
“Partai Golkar meminta kepada seluruh kader untuk mengampanyekan Pak Jokowi sebagai capres Partai Golkar tahun 2019,” kata Ace.
Seperti diketahui, hasil survei SRMC itu menempatkan Joko Widodo sebagai yang teratas dengan berada di angka 38,9 persen.
Sementara Prabowo ditempatkan jauh tertinggal dengan hanya berada di angka 12 persen saja.
Di sisi lain, Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang namanya masuk dalam bursa capres untuk Pilpres 2019 hanya mendapat dua persen saja.
Sedangkan nama seperti Susilo Bambang Yudhoyono, Anies Baswedan, Basuki Tjahaja Purnama dan Jusuf Kalla malah berada di bawah 2 persen.
Bahkan, Direktur Eksekutif SRMC Djayadi Hanan menyebut, biarpun Prabowo dipasangkan dengan Gatot sekalipun, bakal sulit membendung langkah Jokowi untuk memenangi Pilpres 2019.
“Enggak akan menang, karena suara mereka sama. Kolam suaranya sama,” ujar Djayadi, kemarin.
Sebaliknya, Jokowi malah diyakini bisa menggerus suara Prabowo.
Sebab, Gatot bisa menjadi magnet untuk menarik orang yang sebelumnya tak memilih Jokowi di pilpres sebelumnya.
Alasannya, pemilih Gatot dan Prabowo memiliki kesamaan karakteristik.
Sementara ini, yang paling banyak memilih Prabowo adalah masyarakat yang cenderung oposisi terhadap Jokowi.
“Paling tidak orang yang belum memilih bisa ditarik oleh Gatot kalau dia berpasangan dengan Jokowi,” tutur Djayadi.
Sumber : pojoksatu.id