Sahut-sahutan Bos PSI Vs DKI-1, Anies Untung Giring Buntung

Sahut-sahutan Bos PSI Vs DKI-1, Anies Untung Giring Buntung
Anies Baswedan (kiri), Giring Ganesha (kanan). /Kolase/twitter Anies Baswedan/ instagram Giring Ganesha

Riauaktual.com - Tensi politik di Ibu Kota makin panas, jelang habisnya masa jabatan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI. Serangan-serangan politik yang dilancarkan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Giring Ganesha juga mulai dibalas Anies. Beberapa kali, keduanya saling sahut-sahutan. Lantas siapa yang menang? Analisis sejumlah pakar, Anies yang terus-terusan diserang justru bakal untung, sedangkan Giring malah buntung.

Sejak didapuk secara resmi sebagai bos PSI, Giring makin kencang melancarkan kritiknya pada Anies. Baik di dunia nyata, maupun lewat media sosial miliknya. Bahkan, eks vokalis grup band Nidji ini tidak sungkan-sungkan menyerang Anies dihadapan langsung Presiden Jokowi dengan sebutan “menteri pecatan”.

Tak berhenti sampai di situ, Formula E yang saat ini sedang dalam proses persiapan, terus-terusan dijadikan bahan Giring menyerang Anies. Bahkan, Giring sampai membuat video kejeblos lumpur di akun media sosialnya saat sedang sidak ke Ancol, yang disebutnya sebagai lokasi sirkuit Formula E.

Saat itu, Anies masih diam dan belum menanggapi serius serangan dari Giring cs. Anies justru membalas serangan Giring bukan dengan kata-kata. Eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu memilih mengundang Nidji untuk melakukan check sound di Jakarta International Stadium (JIS), Minggu (16/1) lalu. Konser Nidji yang tak dihadiri Giring selaku eks vokalisnya itu dinilai oleh banyak pengamat sebagai pukulan balik Anies. Halus, tapi nyelekit.

“Spektakuler! Musiknya menggelegar, suaranya merdu, tidak ada sumbang-sumbangnya,” tulis Anies, di Intragram miliknya, Senin (17/1).

Anies kembali menjawab serangan Giring dalam sebuah podcast di YouTube belum lama ini. “Kasihan juga waktunya longgar betul,” sentil Anies di kanal Total Politik, Jumat (21/1) lalu.

Giring yang merasa serangannya dibalas, tidak mau diam saja. Giring kembali ke pamerkan aksinya saat sedang bernyanyi bersama warga di dekat JIS. Caption video yang di-upload lewat medsos miliknya cukup keras dan menuai polemik.

“Sound System Terbaik di dunia itu adalah Suara Rakyat, tidak perlu gunakan uang Triliunan. Sementara masih ada mereka yang terlupakan dan terpinggirkan oleh ambisi Firaun yg gemar mengundang orang terpandang di pestanya,” serang Giring, 3 hari yang lalu.

Saling sahut-sahutan antara bos PSI vs DKI 1, rupanya membuat tidak nyaman PKS, partai pendukung utama Anies di Balai Kota, Jakarta. Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera meminta polemik saling sahut antara Giring dan Anies dihentikan. Dia menyarankan, agar keduanya agar saling adu gagasan dan karya saja.

“Jangan diperpanjang. Kontestasi gagasan saja,” saran Mardani sebagaimana dikutip dari Rakyat Merdeka (Rm.id) tadi malam.

“Enak kita kontestasi karya dan gagasan. Pantun pun yang menginspirasi. Elit mesti memberi contoh,” sambungnya.

Apa tanggapan PSI? Juru bicara PSI, Rian Ernest menilai, serangan yang dilakukan partainya, termasuk Giring kepada Anies merupakan hal yang wajar. PSI sebagai oposisi di DKI, punya kewajiban untuk mengkritik kinerja yang sudah dilakukan Anies hampir 5 tahun ini.

“Agar janji politik Anies hingga PR-PR besar seperti macet dan banjir bisa diselesaikan dalam 5 tahun ini. Jadi, kita bicara substansi dan kerja,” kata Rian.

Namun, pakar komunikasi politik Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menilai kritikan yang disampaikan Giring kepada Anies, sudah tidak sehat lagi. Kata dia, Giring seolah punya dendam pribadi kepada Anies hingga melancarkan serangan secara bertubi-tubi.

Menurutnya, kalau Giring ingin mencari popularitas dan dukungan politik dari rakyat di balik serangan kerasnya pada Anies, maka itu keliru. Kata dia, masyarakat justru bisa antipati dengan gaya politik PSI yang selama ini selalu jualan jargon sebagai partainya anak muda.

“Saling sindir itu untung bagi Anies dan buntung bagi Giring dan PSI. Anies untung karena mengkritik Giring secara halus. Itu akan berdampak positif bagi Anies. Buntung bagi Giring dan PSI. Karena Giring ugal-ugalan dalam mengkritik dan itu membuat rakyat antipati,” kata Ujang.

Menurutnya, sebagai parpol yang diisi anak muda, harusnya PSI lebih elegan dalam menyampaikan kritik. Politisi muda, kata dia, harusnya mampu menghadirkan mindset dan culture politik baru yang penuh dengan gagasan dan solusi, bukan kritik membabi buta.

Ahli Peneliti Utama Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Siti Zuhro menilai aksi balas pantun Giring versus Anies tak selayaknya dipertontonkan ke publik saat ini. Yang diperlukan di era new normal saat ini, sebutnya adalah mindset dan culture set yang baru. Bukan praktik-praktik buruk yang meresahkan dan membingungkan publik.

“Sindiran-sindiran yang dilakukan politisi akan sarat dengan kepentingan politik. Hal ini akan direspon secara politis juga sehingga menimbulkan kegaduhan publik,” pungkas Wiwiek, sapaan karibnya itu kepada RM tadi malam.

Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio menilai, serangan keras yang dilancarkan Giring demi menaikan elektabilitas partai. PSI, kata dia, mengidolakan Anies dan sedang numpang tenar.

Padahal, kritik yang kian sering dilancarkan PSI belakangan ini justru secara tidak langsung membuat Anies bahan pembicaraan publik.

“Enggak ada partai lain yang sesering PSI ngomongin Anies. Ya bisa juga PSI numpang tenar, tapi sama-sama untung juga. Anies kan jadi punya alasan untuk menjelaskan programnya. Sadar atau tidak sadar, PSI membesarkan Anies juga,” pungkasnya.

 

 

Sumber: Rm.id

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index