Jangan Nunggu Terpapar, Baru Deh Percaya Bahaya Corona...

Jangan Nunggu Terpapar, Baru Deh Percaya Bahaya Corona...
Ilustrasi (net)

Riauaktual.com - Sebanyak 17 persen atau sekitar 44,9 juta orang merasa kebal dari Virus Corona. Sebab itu, perlunya edukasi yang lebih masif lagi soal bahayanya virus tersebut.

Survei awal yang dilakukan Balitbangkes Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Juli 2020, ada 5 provinsi yang masyarakatnya yakin tidak terpapar Covid-19. Yaitu, DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Kalimantan Selatan.

Sedangkan data terbaru yang dihimpun Badan Pusat Statistik (BPS), secara nasional masih ada 17 persen warga yang merasa sangat yakin tidak mungkin terpapar Covid-19.

Angka 17 persen setara dengan 44,9 juta orang. “Angka 17 persen ini sangat tinggi,” ujar Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo dalam tanya jawab yang disiarkan di YouTube BNPB, Jumat (9/10) lalu.

Doni mengatakan, fakta tersebut menjadi tantangan semua pihak untuk menjelaskan kepada masyarakat bahwa Covid-19 adalah nyata, bukan rekayasa dan bukan konspirasi.

“Kondisi ini bisa disebabkan banyak hal. Salah satunya karena masalah sosialisasi dan masih banyak masyarakat belum mendapat informasi secara utuh terkait Covid-19 ini,” jelasnya, sebagaimana dikutip dari Rm.co.id.

Doni meminta para petugas Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus mengingatkan masyarakat akan bahaya Covid-19.

“Karena itu, ketentuan protokol kesehatan wajib dipatuhi setiap saat dan di mana pun,” tegasnya. Jehan Cell geram mendengar masih banyak warga yang tidak percaya dengan Virus Corona.

Kata dia, masyarakat yang menganggap remeh Corona cuma menuntut bantuan. “Tapi nggak mau menerapkan protokol kesehatan,” ungkapnya.

Febriant menyambung. Kata dia, masyarakat yang tidak percaya Virus Corona karena belum merasakan terpapar virus itu.

“Karena mereka nggak di posisi orang yang kehilangan keluarganya akibat Covid-19, tambah Pat Gaming Music. Ari Wicaksono menyambung.

Kata dia, sikap masyarakat yang tidak percaya keberadaan Virus Corona, karena tidak ada risiko yang dirasakan secara langsung. Juga tidak ada keluarga dan orang yang terinfeksi di sekitarnya.

”Mereka semuanya merasa biasa saja dan tidak ada yang berubah,” kata dia. Supriyadi menduga, masih banyak warga yang tidak percaya Virus Corona karena rakyat sudah bosan.

Apalagi akibat pandemi Covid-19, ekonomi macet semua, tali silaturahmi putus dan rusak semua tatanan masyarakat. “Di sisi lain angka naik terus,” kata dia.

“Kebanyakan masyarakan sudah lelah dan bosan akan situasi pandemi, sehingga tak mengindahkan protokol kesehatan,” tambah Eva_munthe. “Ingat! Hanya orang gila yang tak percaya Virus Corona ada,” tuding MedianaFS.

Nur Robin mengaku miris karena informasi soal ancaman Covid-19 yang riil dari pemerintah nggak percaya. “Malah yang hoaks dari internet malah dipercaya,” kritiknya.

Henry Subiakto heran kenapa masyarakat ngeyel dan tak taat protokol kesehatan dalam menghadapi pandemi Virus Corona. Alasannya, salah satunya karena terlalu banyak hoaks sekitar Covid-19.

“Masyarakat yang nggak percaya dan meremehkan Covid-19 itu nular ke warga lain,” kata Henrysubiakto. Bhinneka meminta pemerintah lebih memperketat lagi melakukan pengawasan dan sanksi bagi yang melanggar. “Agar bikin jera,” kata dia.

“Imbauan kepada warga sudah nggak ada gunanya. Musti pake cara-cara ekstrem pada saat yang ekstrem seperti sekarang,” usul Stiger Morgan.

Menurut Ivan Soedira, wabah virus pasti akan memapar siapa saja. Dia meminta, tidak perlu salahkan siapa-siapa. Apalagi, Virus Corona merupakan wabah dunia.

“Efek bagi setiap manusia berbeda-beda. Ada yang tetap sehat atau ada yang menjadi sakit atau ada yang meninggal,” jelasnya. Sam Pukhong menyambung.

Dia meminta jangan salahkan pihak yang tidak percaya. Boleh jadi, proses edukasi pemerintah dan semua pihak belum berjalan dengan baik.

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index