Bunuh TNI Dan Pendeta, Teroris Papua Jangan Dikasih Ampun

Bunuh TNI Dan Pendeta, Teroris Papua Jangan Dikasih Ampun
Ilustrasi (net)

Riauaktual.com - Aksi brutal kembali diperlihatkan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua. Dalam sepekan, para teroris Papua itu, membunuh dua anggota TNI, seorang pendeta dan warga sipil. Atas kejadian ini, pemerintah didesak agar para teroris Papua ini jangan dikasih ampun.

Sejak Senin (14/9) para teroris Papua itu memulai aksi biadabnya. Hari itu, dua pengemudi ojek di pangkalan Kabupaten Intan Jaya tewas di lokasi yang sama. Korban pertama adalah Laode Anas (34) yang dibunuh saat pulang ke Supaga usai mengantar penumpang di Kampung Titigi. Ia dibunuh sekitar pukul 11.15 WIT.

Selang beberapa menit, Faturrahman (23) juga tewas di lokasi serupa sepulang dari Kampung Titigi. Tiga hari kemudian, KKB kembali menembak pengemudi ojek bernama Badawi. Pria berusia 49 tahun itu tewas pukul 10.50 WIT setelah dibacok KKB dengan parang. Ia meninggal di belakang SD YPPK Santo Mikael, Kampung Bilogai, Distrik Sugapa.

Tiga jam kemudian, sekitar pukul 14.20 WIT,  gantian personel TNI yang jadi korban. Anggota Kodim 1404/ Pinrang yang ditugaskan menjaga teritorial di Kabupaten Intan Jaya sejak Juli 2019 bernama Serka Sahlan tewas di tembak. Jenazah Serka Sahlan dievakuasi dari Bandara Bilorai Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya ke Nabire menggunakan pesawat Rimbun Air.

Korban dari pihak TNI kembali bertambah. Hal itu terjadi usai kontak senjata antara prajurit TNI dan KKB di Pos Koramil Persiapan Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, Sabtu (19/9). Salah satu personel Satgas BKO aparat Teritorial (Apter) Pratu Dwi Akbar Utomo, gugur karena luka tembak.

Pratu Dwi dinyatakan meninggal pukul 14.50 WIT. “Jenazah sedang diurus proses evakuasi ke Timika,” kata Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Arm Reza Nur Patria dalam keterangan resminya kepada wartawan, Sabtu (19/9) petang.

Korban tewas yang terakhir adalah Pendeta Yeremia Zanambani. Sang pendeta adalah warga asli Suku Moni yang juga berperan menerjemahkan Al Kitab ke bahasa Moni. Pendeta Yeremia meninggal setelah ditembak KKB di Hitadipa, kabupaten Intan Jaya, kemarin.

Mengetahui dua anggotanya tewas tertembak, dalam akun twitter milik Puspen TNI @Puspen_TNI, menyatakan pelaku penyerangan tidak lagi disebut sebagai KKB. “Gerombolan Separatis teroris Papua Makin beringas Menjelang Sidang Umum PBB #separatis #KKB #Papua #Papua Indonesia,” cuit Puspen TNI.

Anggota Komisi I DPR, Fadli Zon merespon cuitan Puspen TNI itu. Kata dia, baru TNI yang berani menyebut KKB sebagai gerombolan separatis teroris Papua. Biasanya radikal teroris fundamentalis disematkan pada yang berbau Islam, sehingga menimbulkan Islamophobia. “Fundamentalis” disematkan pd yg berbau “islam” shg menimbulkan Islamophobia. Teroris yg jelas2 menggunakan senjata n kekerasan masih disebut “kel kriminal bersenjata”. Baru TNI yg berani sebut Separatis teroris,” cuit Fadli, kemarin, sebagaimana dikutip Rmco.id.

Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua MPR Hidayat Nurwahid. Politisi PKS ini mengapresiasi TNI yang tidak lagi menggunakan istilah KKB Papua. “Akhirnya PusPen TNI jelas dan tegas sebut bukan lagi KKB tapi “Gerombolan Separatis Teroris” Papua. Negara2 Anggota PBB tolak separatisme &terorisme. PemRI diperintahkan olh UUD unt adil maju sejahterakan seluruh WNI, dan jaga kedaulatan NKRI. Rakyat bersatu Dukung TNI, Selamatkan NKRI!” cuit Hidayat.

Sementara itu, Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin mendesak TNI dan Polri dapat memberikan tolok ukur dalam menyelesaikan konflik yang kerap dilakukan oleh KKB di Papua. “Jangan sampai terlalu lama menyelesaikan hal ini. Jangan tunggu korban jiwa lagi berjatuhan,” kata Azis, kemarin.

Menurutnya, sudah begitu banyak korban jiwa berjatuhan. Baik dari dari unsur TNI dan Polri maupun warga sipil. Negara jangan sampai kalah dengan aksi brutal kelompok tersebut. “Jangan sampai peristiwa ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak lain yang memanfaatkan kesempatan untuk menguasai Papua,” harapnya.

Anggota Komisi I DPR Sugiono juga mengecam aksi brutal yang dilakukan KKB. Menurutnya pendekatan-pendekatan persuasif yang digalakan pemerintah seolah tidak diindahkan. “Keadaan di Papua merupakan situasi serius yang membutuhkan perhatian kita semua secara serius pula,” sebut Sugi kepada Rakyat Merdeka, semalam.

Untuk mencegah jatuhnya korban yang lebih banyak, politisi Gerindra itu menyarankan agar seluruh pihak waspada terhadap upaya adu domba. “Tentu juga meningkatkan kemampuan kita semua untuk memperkecil ruang gerak KKB ini,” tegasnya.

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index