Riauaktual.com - Suhu di dataran tinggi Dieng, Banjarnegara, pada Jumat (6/7/2018) dini hari mencapai 5 derajat celsius. Kondisi tersebut memicu turunnya embun es di kawasan tersebut semakin tebal dan meluas di banding hari-hari sebelumnya.
Kepala Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Slamet Raharjo, mengatakan munculnya embun es atau yang oleh warga disebut bun upas pada Jumat dini hari lebih tebal dari sebelumnya.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, embun es tersebut masih akan muncul kembali. Apalagi, saat ini baru awal musim kemarau. "Tadi pagi sekitar 5 derajat celsius suhu di Dieng. Biasanya bisa di bawah 3 derajat sampai 0 derajat," terangnya dikutip detikcom.
Ada pemandangan yang cukup menarik di pagi hari ketika hamparan di dataran tinggi tersebut ditutup embun es layaknya diselimuti salju tipis.
Namun kondisi tersebut dirasakan berbeda oleh para petani. Tanaman kentang dan sayuran milik warga akan kekuningan dan layu setelah tertimpa embun tersebut. Karena itulah warga menyebutnya sebagai bun upas atau 'embun berbisa' karena menjadi momok bagi tanaman sayuran yang menjadi andalan mereka.
"Awalnya saya kira hanya 20 hektar yang terdampak, namun setelah siang yang daun yang berubah kuning dan mengering semakin banyak. Sekitar 30 hektar tanaman kentang. Bahkan yang dulu tidak terkena dampak bun upas, sekarang terdampak," lanjut Slamet.
Seorang petani kentang di Desa Dieng Kulon, Dikda Subagya, mengatakan melihat ketebalan bun upas Jumat pagi tadi, dipastikan tidak hanya akan berdampak pada tanaman kentang. Namun juga tanaman yang daunnya berbulu.
"Salah satunya daun carica. Ini bisa menjadi kuning kemudian layu dan mati," tuturnya.
Upaya petani untuk menyiasati fenomena alam ini dengan menyemprotkan air ke tanaman pada malam hari atau memasang jaring di kebun kentang. Namun, upaya tersebut belum maksimal.
"Maksunya disiram itu untuk menghilangkan embun sebelum membeku, tetapi kalau kebunnya luas banyak yang tidak tertolong," jelasnya.
Sumber : detik.cm