YLBHI Kecam Tindakan Kekerasan Protokoler Kementerian PUPR Terhadap Wartawan

YLBHI Kecam Tindakan Kekerasan Protokoler Kementerian PUPR Terhadap Wartawan
YLBHI/net (rmol.co)

Riauaktual.com - Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) mengecam tindak kekerasan yang dilakukan oleh oknum yang mengaku protokoler atau pegawai Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terhadap wartawan Rakyat Merdeka Online (RMOL).

Ini Kenangan Putri Sulung Patmi, Demonstran Kendeng yang Meninggal Dunia Setelah Menyemen Kaki
"Kami mengecam tindakan tersebut, ini melanggar jaminan Perlindungan terhadap Jurnalis yang bertugas," kata Ketua Bidang Advokasi YLBHI, M Isnur kepada wartawan, Rabu kemarin.

Menurut Isnur, tindakan kekerasan yang dilakukan tersebut bukan hanya melanggar dan tidak menghormati tugas Pers, tapi juga merupakan tindak pidana dan harus diproses oleh pihak kepolisian.

"Jadi bisa dilaporkan ke Kepolisian," tegas Isnur, sebagaimana dikutip dari rmol.co.

Penganiyaan itu berlangsung di Ruang Serbaguna lantai 17, Gedung Utama Kementerian PUPR, setelah adzan magrib tadi. Ketika itu Menteri Basoeki hendak membagi-baikan plakat di acara pengukuhan pengurus Badan Kejuruan Teknik Lingkungan Persatuan Insinyur Indonesia periode 2017-2020.

Saat itu, Bunaiya mengaku hendak memfoto menteri. Di saat bersamaan, seorang petugas protokoler memintanya minggir karena hendak menaruh gelas. Bunaiya yang sedang menjalankan tugas meminta izin untuk mengambil foto lebih dahulu sebelum menyingkir. Tetapi, kata makian yang ia dapat.

"Saya bilang sebentar bang belum dapat foto bagus. Tapi orang protokol PUPR itu bilang 'monyet nih anak'," cerita Bunaiya.

Bunaiya yang tidak terima dihina kemudian menanyakan maksud orang tersebut. Tapi petugas protokoler itu malah mencekik sembari mendorongnya ke luar ruangan.

"'Gue protokoler sini. Lu jangan macam-macam', dia bilang gitu sambil cekik dan dorong saya keluar ruangan," lanjut Bunaiya.

Tak hanya itu, petugas protokoler PUPR itu mengelilingi Bunaiya bersama pelayan dan petugas keamanan seolah hendak menangkap penjahat kriminal. Ia pun memegang kartu pers milik Bunaiya.

"Bodo amat lu dari Rakyat Merdeka kek. Terus salah satu pelayan membentak saya untuk keluar dari ruangan. Saya juga dituduh wartawan abal-abal," ungkap Bunaiya.

Dia kemudian digiring dua orang petugas keamanan PUPR ke lift sambil terus memarahinya.

"Saya sudah bilang pekerjaan wartawan dilindungi undang-undang dan mereka tidak bisa melarang saya begitu caranya. Tapi mereka tidak peduli," demikian Bunaiya

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index