Riauaktual.com - Meskipun memiliki penjara dengan keamanan tinggi, namun ternyata masih ada narapidana alias napi yang berhasil meloloskan diri. Namun apakah yang membuat para tahanan kabur? Apakah karena mereka ingin menghindari hukuman yang telah dijatuhkan?
Salah satu napi yang pernah kabur dari lapas Nusakambangan adalah Nanggo Kromang alias Bernard Timong. Dia berhasil meloloskan diri bersama puluhan napi lainnya, termasuk Johny Indo.
Dikutip laman Merdeka, Timong mengaku urusan kabur dari tahanan dan harus bertahan di pulau Nusakambangan berhari-hari bukan masalah. Dia bisa memakan apa saja, asal tidak beracun. Air untuk minum, dihisap dari air rotan. Makanan untuk mengisi perut, mengandalkan cara zaman purba yaitu berburu hewan.
"Yang terpenting bagi kami adalah selamat dan berhasil kabur dari Pulau Nusakambangan," kata Timong.
Lalu apa faktor yang membuat Timong tidak ingin mendekam lama dipenjara? Ternyata, di balik pelarian itu, Timong mengaku tekadnya untuk lari dari Nusakambangan, sudah diniatkan ketika dia menjalani masa karantina. Ya saat sebelum dimasukkan ke dalam blok di Lapas Permisan.
Niat itu semakin menjadi ketika melihat menu makanan di penjara Nusakambangan kurang layak untuk dikonsumsi. Saban hari para napi hanya diberi sayur kangkung dan nasi. Namun menu itu tak seindah dibayangkan.
Sayur kangkung dimasak dalam lapas berkuah seperti comberan. Begitu juga dengan nasi, saban hari mereka diberi makanan tak layak untuk dikonsumsi. Pernah Timong dan narapidana lain melakukan protes, namun pemberian makanan itu tak berubah.
Malah jatah makan para narapidana ditimbang dan dikurangi dengan cara diberikan pemberat. "Sayurnya sama seperti air kali di Jakarta, warnanya hitam. Siapapun akan lari dari Nusakambangan," katanya.
Delapan bulan berada dalam lapas dirasa cukup untuk Timong. Tiga bulan lamanya, dia mengatur strategi untuk kabur dari sel tersebut. Timong akhirnya berhasil kabur dan tiba di perkampungan penduduk dan meminta makan. Namun sayang, Timong dan dua rekan lainnya ditangkap.
Untungnya atasan aparat penegak hukum meminta pada jajarannya agar menangkap hidup-hidup para napi. Bahkan sebelum dibawa, mereka diizinkan makan oleh tentara. "Itulah nasi piring pertama yang saya makan dalam enam hari. Biarlah setelah itu mati, asal saya kenyang," kata Timong.
