Cerita penari Kabasaran di zaman Belanda bantai tahanan kabur

Cerita penari Kabasaran di zaman Belanda bantai tahanan kabur
Tarian perang Minahasa Kabasaran.

NASIONAL (RA) - Kesan garang nan sangar akan terlihat jelas bila melihat wajah penari tarian perang Kabasaran di Minahasa, Sulawesi Utara. Mereka adalah para representasi kesatria Minahasa zaman dulu. Ada cerita menarik tentang penari berwajah garang dengan pakaian serba merah dan dengan aksesoris berbau mistis ini.

Dikutip dari situs wikipedia.org, pada zaman penjajahan Belanda dulu, ada peraturan daerah mengenai Kabasaran yang termuat dalam Staatsblad Nomor 104 B tahun 1859 yang menetapkan bahwa pertama, upacara kematian para pemimpin negeri (Hukum Basar, Hukum Kadua, Hukum Tua) dan tokoh masyarakat, mendapat pengawalan Kabasaran. Juga pada perkawinan keluarga pemimpin negeri.

Yang kedua adalah pesta adat, upacara adat penjemputan tamu agung pejabat tinggi Belanda Residen, kontrolir oleh Kabasaran. Kemudian, Kabasaran bertugas sebagai 'Opas' (Polisi desa). Dan peraturan terakhir adalah seorang Kabasaran berdinas menjaga pos jaga untuk keamanan wilayah selama setahun 24 hari.

Kabasaran yang telah ditetapkan sebagai polisi desa dalam Staatsblad tersebut di atas, akhirnya dengan terpaksa oleh pihak Belanda harus ditiadakan pada tahun 1901 karena saat itu ada 28 orang tawanan yang melarikan diri dari penjara Manado. Untuk menangkap kembali seluruh tawanan yang melarikan diri tersebut, pihak Belanda memerintahkan polisi desa dalam hal ini Kabasaran untuk menangkap para tawanan tersebut.

Penugasan ini berbuah petaka bagi para tawanan. Mereka tidak ditangkap hidup-hidup melainkan semuanya tewas dicincang oleh Kabasaran. Para Kabasaran pada saat itu berada dalam organisasi desa dipimpin Hukum Tua. Tiap negeri atau kampung memiliki sepuluh orang Kabasaran salah satunya adalah pemimpin dari regu tersebut yang disebut 'Pa'impulu'an ne Kabasaran'. Dengan status sebagai pegawai desa, mereka mendapat tunjangan berupa beras, gula putih, dan kain.

Sungguh mengerikan para Kabasaran pada waktu itu. Meski hanya digaji dengan jenis sembilan bahan pokok (sembako) seperti beras, gula putih, dan juga kain, mereka sanggup membantai 28 orang yang seluruhnya tewas dengan luka-luka yang mengerikan.

Tarian ini sebenarnya merupakan tarian sakral dilakukan secara turun temurun oleh generasi penari Kabasaran. Dalam upacara adat Minahasa, Kabasaran adalah prajurit adat yang memiliki otoritas penuh dalam jalannya sebuah upacara adat, mereka dulunya bisa membunuh atau mengusir si jahat yang mengganggu upacara.(merdeka.com)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index