Warga Keluhkan Dampak Reklamasi

Warga Keluhkan Dampak Reklamasi
ilustrasi

RIAUAKTUAL.COM - Sejumlah warga Kota Bandarlampung di wilayah Pesisir Teluk Lampung mengeluhkan reklamasi pantai yang dilakukan sejumlah perusahaan. Reklamasi mengganggu aktivitas mereka dan berdampak pada berkurangnya tangkapan hasil laut.

"Sejak adanya aktivitas penimbunan di wilayah pesisir khususnya di kawasan Bukit Kunyit, Telukbetung tangkapan nelayan menurun," kata Rahman warga setempat yang berprofesi sebagai nelayan, di Bandarlampung, Minggu (15/05/2016).

Ia mengatakan hasil tangkapannya menurun sejak reklamasi yang dilakukan pada tahun 2015.

Sebelumnya pada tahun 2014, mampu memperoleh pendapatan hingga sekitar Rp300 ribu per hari dengan hasil tangkapan rata-rata mencapai lima kilogram. Saat ini tangkapan ikan menurun jauh hanya bisa menghasilkan Rp70 ribu per hari.

"Dari lima kilogram itu ada berbagai macam jenis tangkapan laut, dari rajungan, cumi, ikan kecil. Sekarang paling hanya dapat ikan kecil saja itu pun jumlahnya sedikit, hanya satu kilogram," kata dia.

Hal senada pun dikatakan, Zainal Ketua RT 11 Lingkungan I, Kelurahan Sukaraja, adanya reklamasi ini kondisi air menjadi keruh akibat tanah timbunan bercampur dengan air laut.

"Ikannya sudah tidak ada lagi di pinggir. Kalau sudah begitu, kami terpaksa harus membawa perahu hingga ke tengah. Ini juga jadi menambah ongkos produksi, untuk bensin," kata dia.

Akibat aktivitas penimbunan di pantai Bukit Kunyit, air laut sekitar bibir pantai keruh karena tecampur tanah, sehingga ikan pun jarang yang ke pinggir lagi.

"Berbeda dengan tahun lalu, hanya bermodalkan pancingan saja sudah bisa mendapatkan banyak ikan tapi untuk saat ini tidak mungkin," kata dia.

Arifsyah mengatakan, warga di sekitar tidak bisa berbuat banyak terlebih perusahaan yang melakukan reklamasi, mengaku sudah mengantongi izin.

"Kami hanya bisa pasrah, jika pun ingin menuntut tidak mungkin karena hanya rakyat kecil dan tidak akan terdengar jika berteriak," kata dia.

Berdasarkan pantauan di Kelurahan Sukaraja, dari bibir pantai hingga seratus meter ke arah laut warna air memang terlihat pekat, antara cokelat dan kehitaman.

Hingga saat ini pun warga setempat tidak mengetahui rencana dari penimbunan pantai tersebut. "Tidak tahu mau dibuat apa. Yang akses kami untuk mencari nafkah cukup terganggu," kata warga lainnya.

Sebelumnya, era kepemimpinan Wali Kota Bandarlampung Eddy Soetrisno-Kherlani, lokasi tersebut akan dijadikan "water front city", dengan konsep menata pesisir pantai tanpa mengganggu aktivitas warga setempat.

Dukungan dari berbagai pihak mengalir, termasuk BUMN yang mendirikan gapura pintu masuk. (rimanews)

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index