Sumanto Kembali Berulah, ia Buat Pengasuhnya Dongkol dan Geli

Kamis, 12 April 2018 | 15:48:30 WIB

Riauaktual.com - Nama Sumanto sempat menggelegar pada sekitar tahun 2003. Pria asal Desa Pelumutan, Purbalingga, Jawa Tengah ini menjadi terkenal karena kebiasaannya memakan daging manusia.

Anak sulung dari lima bersaudara itupun harus mendekam di balik jeruji besi karena kasus pencurian mayat.

Kala itu, Sumanto yang kini berusia 46 tahun percaya bahwa daging mayat yang dimakannya bisa memberikan kekuatan supranatural. Ia mengaku telah memakan daging dari tiga mayat berbeda.

Perilaku menyimpang Sumanto hanya tinggal kenangan kelam masa lalu.

Kini ia telah menjadi 'manusia baru' yang siap menjalani kehidupan sebagaimana mestinya.

Sejak keluar dari penjara pada 24 Oktober 2006 silam, Sumanto tinggal di panti rehabilitasi mental An-Nur, Bungkanel, Purbalingga.

Sumanto sebenarnya sangat ingin pulang ke kampung halaman. Tapi apa daya, ia selalu ditolak warga di sana.

Kegiatan Sumanto di panti An-Nur

Mau tidak mau, ia pun harus rela menghabiskan waktunya berada di panti rehabilitasi.

Selama tinggal di panti An-Nur, Sumanto telah memperlihatkan progres perubahan sikap yang cukup signifikan.

Ia menjadi lebih dekat dengan Tuhan dan melakukan beberapa pekerjaan.

Hal itu diungkapkan pengurus panti rehabilitasi sekaligus orang yang merawat Sumanto, Haji Supono.

"Aktivitas saya bantu-bantu pak Haji (Supono) cabut-cabut rumput, bertani, ikut pengajian, pokoknya ikut pak haji," ujarnya.

Menurut Supono, Sumanto mampu membaca Alquran. Pada beberapa kesempatan, Sumanto juga mengumandangkan azan.

Malah, Sumanto mendapat kepercayaan menyampaikan ceramah saat diundang ke acara pengajian.

Menjaga burung

Di samping itu semua, ada satu momen di mana Sumanto membuat sang pengasuh dongkol tapi kemudian merasa terharu.

Ya, Sumanto pernah diberi tugas untuk mengurusi burung kicau milik Supono.

Untuk diketahui, Supono memang pecinta burung. Beberapa sangkar burung pun terlihat tergantung di atap selasar panti An-Nur.

Ada tujuan tersendiri mengapa sang pengasuh memberi kepercayaan itu.

Ia berharap, Sumanto akan mempunyai keterampilan merawat burung dan hal itu bisa berguna di kehidupannya kelak.

Namun, bukannya merawat burung Supono, Sumanto malah bikin ulah.

Ia melepaskan burung-burung yang diketahui mempunyai harga cukup mahal itu.

Alasan Sumanto

Ulah Sumanto itu bikin sang pengasuh tepuk jidat.

"Saya pasrahi untuk beri pakan burung, eh malah dilepas burungnya, haduh,"kata Supono.

Tidak mungkin bila Supono memarahi Sumanto karena hal tersebut.

Ditambah lagi, alasan bijak sekaligus konyol yang dilontarkan Sumanto justru membuat Supono terharu.

Menurut Sumanto, ia melepaskan burung sang pengasuh karena merasa iba.

Ia tidak tega burung-burung harus terpenjara dalam sangkar dan tidak bisa menghirup udara bebas.

"Itu kan burung berhak hidup bebas, kasihan kalau dikurung," kata Supono menirukan jawaban Sumanto.

Perasaan Supono campur aduk.

Ia mendongkol, geli sekaligus terharu dengan jawaban Sumanto.

Supono memaklumi perbuatan Sumanto

Menurutnya, nasib Sumanto tak berbeda dari burung-burung di sangkar.

Ia tak bisa ke mana-mana, terpenjara di sisa usian karena ulah masa lalunya.

Nasib burung masih lebih baik, ketika dilepaskan, mereka masih diterima alam.

Beda halnya dengan Sumanto, ia mau pulang ke kampung halaman pun malah mendapat penolakan dari warga.

 

Sumber : planet.merdeka

Terkini

Terpopuler