EKONOMI (RA) - Gerai ritel atau lazim disebut mini market diprediksi akan menjamuri Indonesia. Pada tahun 2018 nanti pertumbuhan gerai ritel tersebut diproyeksikan mencapai 15,5 persen. Demikian hasil riset dari Bank Pembangunan Singapura (DBS).
Analis Grup Riset DBS Edwin Lioe mengatakan gerai ritel diprediksi mengalami pertumbuhan paling cepat dibandingkan dengan jenis hypermarket atau supermarket pada tiga tahun kedepan.
Pertumbuhan untuk hypermarket dan supermarket dalam tiga tahun sampai 2018 masing-masing sebesar 9,2 persen dan 7 persen.
Pertumbuhan cepat tersebut, menurut Edwin, dikarenakan kemudahan untuk membangun mini market dibanding jenis gerai lainnya.
"Supermarket harus membutuhkan lahan kosong lebih besar dan mempertimbangkan populasi di sekitar lokasi," katanya.
Kontribusi perdagangan modern di ritel tumbuh menjadi 17 persen pada 2015 dari 6 persen pada 2001 dan diprediksi akan tumbuh sebesar 12 persen sampai 2018, sedangkan pasar tradisional tumbuh hanya 7,6 persen.
Menurut Edwin, bertumbuhnya jumlah mini market juga berimbas pada pertumbuhan produk siap minum dan siap makan yang akan melampaui pertumbuhan negara tetangga di ASEAN.
"Industri minuman Indonesia di ASEAN masih kalah dengan Filipina dan Thailand yang dilihat dari rendahnya penetrasi ritel modern. Padahal minuman itu akan lebih kencang melalui ritel modern tersebut," ujar Edwin.
Ia menambahkan jenis produk yang berpotensi akan berkembang paling signifikan adalah minuman bersoda yang mendominasi pasar industri sebesar 70 persen, air mineral, kopi siap minum dan jus, sedangkan potensi yang paling rendah adalah minuman beralkohol dan minuman keras.
Sementara itu, pertumbuhan industri makanan ringan dan biskuit di Indonesia juga mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 11 persen dalam tiga tahun ke depan dengan menjamurnya mini market. (rimanews)