Filipina Sukses Atasi COVID-19, Jerman Alami Gelombang Wabah Ketiga

Filipina Sukses Atasi COVID-19, Jerman Alami Gelombang Wabah Ketiga
Ilustrasi (net)

Riauaktual.com - Filipina berhasil mengendalikan wabah COVID-19 yang sempat tidak terkendali melalui lockdown ketat dan penutupan sekolah selama setahun, ditambah dengan meluasnya penggunaan masker.

Negara Asia Tenggara yang dikenal karena populasinya yang bermigrasi, warga Filipina dikenal banyak bekerja di negara-negara maju, telah sering melaporkan kurang dari 2.000 kasus baru per hari sejak Oktober.

Jumlah itu turun dari 6.275 kasus sebelumnya. Angka harian turun di bawah 1.000 sejak awal Januari.

Di kawasan lainnya di Asia Tenggara, hanya Indonesia yang kewalahan tahun lalu, dengan tingkat lonjakan harian kasus COVID-19 yang sama.

Kebanyakan negara di Asia Timur Laut, termasuk negara yang menjadi sumber COVID-19, Tiongkok, mengalami kepulihan lebih awal tahun lalu, terlepas dari beberapa daerah yang mengalami lonjakan kasus.

Perintah penutupan perbatasan yang masih berlaku dan diberlakukannya perintah untuk tinggal di rumah di kota-kota besar di negara berpenduduk sekitar 109 juta orang itu, menjadi penyebab utama turunnya jumlah kasus, kata pejabat PBB dan sejumlah warga.

Sementara itu, petugas medis kini mendapat perlengkapan yang lebih baik untuk melakukan tes dan melacak kontak orang yang terinfeksi dibandingkan satu tahun yang lalu, menurut Aaron Rabena, peneliti di lembaga kajian Asia-Pacific Pathways to Progress Foundation di Kota Quezon, Filipina.

Selain itu, warga Filipina biasa menggunakan masker dan pelindung wajah di tempat-tempat umum.

Sementara itu, di belahan bumi lain, para pejabat kesehatan Jerman, Jumat (12/3/2021) memperingatkan negara itu menghadapi gelombang ketiga infeksi COVID-19. Disebutkan bahwa varian Inggris mungkin menjadi penyebabnya.

Pada konferensi pers di Berlin, Lothar Wieler Presiden Robert Koch Institute for Infectious Diseases mengatakan kepada wartawan bahwa varian COVID-B117, yang awalnya diidentifikasi di Inggris, menyebar dengan cepat di negara itu, dan mungkin menggerakkan lonjakan terbaru, dengan kasus baru pada hari Jumat merupakan yang tertinggi di Jerman dalam satu bulan ini.

Wieler mengatakan vaksinasi dapat membantu virus itu terkendali tetapi masyarakat harus tetap mempraktikkan social distancing dan langkah-langkah lainnya.

Dia mengatakan, "Virus tidak akan menghilang lagi, tetapi kita telah memiliki tingkat imunitas dasar di tengah masyarakat, kita dapat mengontrol virus."

Pada konferensi pers yang sama, Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mengatakan negara itu harus bersiap untuk menghadapi beberapa pekan mendatang yang sangat menantang.

Spahn menyatakan penyesalan karena beberapa negara tetangga telah menghentikan penggunaan vaksin virus corona AstraZeneca menyusul laporan penggumpalan darah pada sejumlah penerima vaksin itu, meskipun masih kurang bukti bahwa vaksin itu penyebabnya.

Spahn mengatakan, meskipun Jerman menerima laporan mengenai kemungkinan efek samping akibat itu vaksin itu dengan sangat serius, Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) dan badan pengawas vaksin Jerman sendiri telah menyatakan mereka tidak memiliki bukti mengenai peningkatan penggumpalan darah yang berbahaya, yang ada kaitannya dengan vaksin.

Denmark, Kamis (11/3/2021), mengumumkan tentang penghentian sementara penggunaan vaksin AstraZeneca setelah ada laporan mengenai penggumpalan darah pada beberapa orang. Austria melakukan hal yang sama sebelumnya pekan ini. Setelah menyelidiki kasus-kasus di Austria, EMA mengeluarkan pernyataan hari Rabu yang menyebutkan tidak menemukan indikasi bahwa vaksin itu penyebab kondisi tersebut.

EMA menyatakan manfaat vaksin terus melampaui risikonya dan vaksin dapat terus diberikan sementara evaluasi yang lebih cermat terhadap kasus-kasus penggumpalan darah berlanjut.

 

 

Sumber: VOA Indonesia

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index