Segala Upaya Dilakukan Balai Besar KSDA Riau Untuk Kelestarian Satwa Liar yang Dilindungi

Segala Upaya Dilakukan Balai Besar KSDA Riau Untuk Kelestarian Satwa Liar yang Dilindungi
Seekor Penyu tersangkut di jala warga Bengkalis

Riauaktual.com - Segala daya upaya dilakukan oleh Balai Besar KSDA Riau untuk kelestarian satwa liar yang dilindungi. Terpenting adalah merangkul dan berkoordinasi dengan berbagai pihak karena menyadari bahwa konservasi tak mungkin sendiri. Termasuk aktif dalam One Health Riau, yang merupakan salah satu "pilot project nasional" yang berlokasi di Kabupaten Bengkalis. 

Kepala SKW III, MB Hutajulu, menjadi koordinator wilayah untuk Kabupaten Bengkalis tersebut dan menjadi master training nasional untuk penanganan zoonosis.

Tim One Health ini memiliki anggota dari 3 kementerian yaitu Kementerian LHK, Kementerian Pertanian dan Kementerian Kesehatan. Koordinasi lintas sektoral yang dibangun telah terbukti berjalan dengan baik selama bertahun lamanya untuk bidang zoonosis dan konservasi.

Sebagaimana Jum'at, 25 Desember 2020 lalu, seorang nelayan bernama  ibu Nevita Reniyanti, melihat seekor Penyu tersangkut di jala, beliau segera menyelamatkan Penyu tersebut yang terkena pancing ikan dan masuk jala nelayan serta melapor ke Puskeswan Bantan Kabupaten Bengkalis melalui drh Hanni Mardani. 

Setelah diperiksa, ternyata terdapat tali nilon yang tersangkut pada tekak dan ada kail ikan tertancap disana. drh. Hanni Mardani yang merupakan anggota One Health Riau segera menghubungi pihak Balai Besar KSDA Riau melalui Kepala SKW III, MB Hutajulu terkait penyelamatan Penyu langka tersebut.

Hasil pemeriksaan adalah Penyu dari jenis Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) yang masuk dalam satwa dilindungi, dengan ukuran panjang Penyu 35-40 cm. Status jenis Penyu ini sudah terancam punah dan tergolong dalam familia Cheloniidae. Penyu ini adalah satu-satunya spesies dalam genusnya. Spesies ini memiliki persebaran di seluruh dunia, dengan dua subspesies terdapat di Atlantik dan Pasifik.

Ironinya, jenis Penyu banyak dijadikan korban untuk kepentingan suvenir. Cara pengambilan sisiknya sangat menyakitkan yaitu dengan menyiram air panas secara hidup2 kepada Penyu ini agar sisiknya lepas dari karapasnya. Lalu Penyu dilepaskan kembali ke laut dengan menderita tanpa sisik serta infeksi akibat air panas dan akhirnya mati.

Melalui usaha yang sangat hati-hati, akhirnya tali kail yang tersangkut di tekak berhasil dikeluarkan setelah 2 hari kemudian. Setelah Penyu benar benar sehat dan akhirnya Penyu tersebut dirilis kembali di pantai Selat Baru, Desa Selat Baru, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis pada 27 Desember 2020. 

Kembalilah ke alam liarmu kawan... Berkembangbiaklah... Agar kelak kami masih dapat melihat keindahanmu... 

#Terima kasih Ibu Nevita Reniyanti dan drh Hanni M Mardani atas usahanya....???????????????? #karenakonservasitakmungkinsendiri


Sumber: Rilis Balai Besar KSDA Riau
Editor : Wahyudi

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index