Pernah Sebut Covid-19 Hoaks, Pria Ini Kapok Usai Istrinya Terinfeksi dan Meninggal Dunia

Pernah Sebut Covid-19 Hoaks, Pria Ini Kapok Usai Istrinya Terinfeksi dan Meninggal Dunia
Facebook/Brian Lee Hitchens

Riauaktual.com - Brian Lee Hitchens meminta maaf setelah istrinya meninggal duni karena Covid-19. Awalnya pria ini memercayai teori konspirasi Covid-19 dan mengabaikan aturan protokol kesehatan.

Sopir taksi itu, besama istrinya, Erin, yang merupakan pendeta di Florida, memercayai teori konspirasi liar yang beredar di media sosial. Sehingga keduanya tidak mengikuti protokol kesehatan hingga akhirnya terinfeksi virus corona.

Dikutip dari laman Mirror.co.uk, keduanya tidak meminta bantuan medis untuk mengobati infeksi virus mematikan tersebut. Padahal Erin berisiko terkena asma dan insomnia.

Brian bersama istrinya percaya bahwa Covid-19 hanyalah flu biasa. Hingga mereka terinfeksi virus pada bulan Juli. Erin harus menggunakan ventilator karena kondisnya yang semakin memburuk. Sementara Brian bisa sembuh.

Kondisi Erin semakin memburuk dan akhirnya dinyatakan meninggal dunia akibat Covid-19.

Brian mengaku pada awal masa pandemi, ia dan istrinya mengabaikan semua protokol kesehatan dan terus bekerja sebagai sopir taksi. Bahkan ia juga tidak melakukan jaga jarak dan memakai masker selama pandemi Covid-19.

Kemudian pasangan itu jatuh sakit pada Mei dan ternyata didiagnosis terinfeksi virus penyebab Covid-19. Mengetahui hal itu Brian sangat menyesal tidak mematuhi protokol kesehatan dengan baik.

“ Saya menyesal karena tidak mendengarkan sejak awal. Ini adalah virus nyata yang menyerang orang dengan cara berbeda. Saya tidak bisa mengubah keadaan. Saya hanya bisa hidup di hari ini dan membuat pilihan yang lebih baik ke depannya,” ucap Brian.

“ Ia (istrinya) tidak lagi menderita, tapi ia sudah tenang dalam damai. Aku akan melewati hari-hariku dengan selalu merindukannya, tapi aku tahu dia sudah berada di tempat yang lebih baik di sisi-Nya,” kata Brian sedih mengenang istrinya.

Brian berharap istrinya yang sudah meninggal itu bisa memaafkan kesalahannya.

Brian mengaku dirinya memercayai Covid-19 adalah konspirasi yang dibesar-besarkan. Ia mendapatkan informasi tersebut dari laman Facebook. Hingga ia sampai pada satu titik percaya bahwa pemerintah AS mungkin mencoba mengalihkan perhatian publik.

Tapi ketika pasangan itu merasakan efek sosial yang semakin runyam, ia mengkampanyekan teori itu melalui Facebook-nya untuk mengajak orang lain supaya jangan mau dibodohi.

“ Pikirkan tentang apa yang saya tulis dan pikirkan, apakah kondisi ini adalah krisis palsu? Virus Corona ini memengaruhi orang secara berbeda. Hal ini tidak bisa dikacaukan, tolong dengarkan pihak berwenang dan perhatikan nasihat para ahli,” tulisnya.

“ Kami tidak perlu takut akan hal ini dan dengan mengabaikan nasihat itu artinya Anda tidak takut, berarti Anda telah menunjukkan kebijaksanaan selama masa epidemi ini,” tambahnya.

Brian merasa sangat menyesal karena memercayai teori konspirasi tentang Covid-19. Ini menandakan betapa bahayanya teori konspirasi.

“ Sebagai pelajaran, saya seharusnya memakai masker sejak awal dan akhirnya saya membayar harganya sekarang, tetapi saya tahu bahwa jika saya meminta maaf kepada istri saya, saya tahu bahwa dia memaafkan saya. Saya yakin Tuhan juga mengampuni saya,” katanya.

“ Apakah orang lain memaafkan saya atau tidak, itu di luar kendali saya, tetapi selama saya memiliki jaminan bahwa Tuhan mengampuni saya dan istri saya juga memaafkan saya, maka selama itu pula saya akan baik-baik saja,” tambahnya.

Ia juga berpesan kepada semua orang untuk lebih bijaksana menghadapi pandemi Covid-19 dan jangan percaya teori konspirasi. Ia berharap semua orang mematuhi protokol kesehatan saat ke luar rumah supaya apa yang menimpa dirinya tidak terjadi lagi.

Berita-berita konspirasi dan hoaks yang berseliweran di media sosial memang sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Informasi hoaks bisa menyebabkan kerugian yang lebih buruk.

Perusahaan media sosial telah mengambil langkah untuk mencegah penyebaran informasi hoaks. Juru bicara Facebook mengatakan,

“ Kami tidak membiarkan kesalahan informasi yang berbahaya di platform kami, dan antara April dan Juni kami telah menghapus lebih dari 7 juta informasi yang salah terkait Covid-19, termasuk klaim yang berkaitan dengan obat palsu atau saran jaga jarak fisik yang katanya tidak efektif.”

 

Sumber: dream.co.id

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index