Tingkatkan Konsumsi Dan Ekonomi Masyarakat, Jokowi Minta Daerah Percepat Belanja Barang Sampai Bansos

Tingkatkan Konsumsi Dan Ekonomi Masyarakat, Jokowi Minta Daerah Percepat Belanja Barang Sampai Bansos
Jokowi Minta Daerah Percepat Belanja Barang Sampai Bansos

Riauaktual.com - Presiden Jokowi berupaya agar ekonomi Indonesia tidak masuk resesi. Untuk itu, Jokowi meminta kepala daerah segera mempercepat realisasi belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik belanja barang dan jasa, belanja modal hingga bantuan sosial (bansos).

“September ini kita masih ada kesempatan. Kita harus betul-betul bisa meningkatkan konsumsi masyarakat dan meningkatkan ekonomi di daerah. Kalau kita masih berada pada posisi minus, kita masuk resesi,” kata Jokowi di Jakarta. 

Presiden mencatat, di kuartal I-2020 ekonomi Indonesia masih tumbuh 2,97 persen saat negara lain sudah minus. Namun, pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2020 mengalami kontraksi -5,32 persen. Jika kuartal III-2020 ekonomi kembali minus, menurut Jokowi, Indonesia berstatus resesi. “Kita masih punya waktu satu bulan sampai September. Kalau kita masih berada pada posisi minus, artinya kita masuk resesi,” kata Jokowi, sebagaimana dikutip dari RMco.id. 

Karena itu, dia meminta jajaran kepala daerah mempercepat realisasi belanja APBD. “Harus betul-betul disegerakan sehingga bisa meningkatkan konsumsi masyarakat dan meningkatkan ekonomi di daerah,” ujarnya. 

Namun begitu, Jokowi masih mengkhawatirkan lambatnya realisasi APBD di beberapa daerah. Serapan belanja daerah pada akhir Agustus lalu baru mencapai 44 persen. “Untuk belanja APBD masih 44 persen dan untuk belanja kabupaten dan kota mencapai 48,8 persen. Hati-hati. Angka ini saya kira bisa kita lihat, belanja barang dan jasa realisasi berapa, belanja modal berapa, bansos berapa,” jelasnya. 

Sejumlah daerah realisasi belanja daerahnya masih sangat mengkhawatirkan. Meskipun tidak secara spesifik, namun angka-angka yang disampaikan kepala negara perlu dicermati dengan seksama. 

“Sumatera Utara itu baru sedikit. Bengkulu juga dilihat baru berapa persen. Sumatera Barat sudah berada di atas 50 persen. Saya kira angka ini betul-betul kita cermati, DKI Jakarta barang dan jasa sudah tinggi 70 persen,” jelasnya. “Yang lain yang masih di angka 10 persen sampai 15 persen, apalagi bantuan sosial masih nol persen. Setiap hari saya ikuti realisasi APBD semua provinsi, kabupaten, kota kelihatan angka-angkanya,” tegas Jokowi. 

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, secara teknikal resesi perekonomian bisa terjadi kalau pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif secara tahunan. “Di kuartal III-2020, ekonomi kita masih tumbuh negatif, bahkan di kuartal IV-2020 masih dalam zona sedikit di bawah netral,” ujar Ani, sapaan akrabnya.

Dia menerangkan, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memproyeksi pada 2020 pertumbuhan -1,1 persen sampai tumbuh positif 0,2 persen. Dari proyeksi itu, bisa menunjukkan di kuartal III kemungkinan pertumbuhan ekonomi kembali negatif. Namun demikian, perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh positif hingga akhir tahun jika pada kuartal III mendatang pertumbuhan ekonomi berada di zona positif. “Sedangkan kalau akhir tahun ekonomi kita tumbuh 0,2 persen, asumsinya di kuartal III dan IV recovery bisa terjadi, lebih untuk kompensasi dari kontraksi di kuartal II,” jelas Ani. 

Ani menambahkan, tahun 2021 juga sangat tergantung pada akselerasi reformasi terutama di bidang struktural untuk meningkatkan produktivitas daya saing dan iklim investasi. Berikutnya, tergantung dari kemampuan fiskal di dalam mendukung program pemulihan ekonomi, baik untuk pemulihan sisi demand dalam bentuk bansos dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan dari sisi supply dalam bentuk pemulihan sektor sektor produksi. 

“Tentu tergantung juga dari trajectory pemulihan ekonomi global, terutama negara-negara maju baik di Amerika, Eropa, Jepang dan China untuk bisa mempengaruhi dan mengembalikan trajectory pemulihan ekonomi dunia,” tandasnya. 

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index