Pemerintah Terapkan New Normal, Wasekjen MUI: Belum ke Masjid Berarti Kita Bantu Kurangi Risiko

Pemerintah Terapkan New Normal, Wasekjen MUI: Belum ke Masjid Berarti Kita Bantu Kurangi Risiko
Dr Muhammad Zaitun Rasmin Lc MA

Riauaktual.com - Keputusan pemerintah menerapkan new normal terkesan terburu-buru. PSBB saja tidak terlalu efektif menekan kasus corona, tiba-tiba pembatasan sudah akan dicabut.

Faktanya, kasus baru corona masih tinggi. Hari ini, Kamis (28/5/2020), pemerintah mengumumkan 687 kasus baru. Tersebar di sejumlah provinsi di Indonesia.

Penambahan itu membuat total kasus positif Covid-19 di Indonesia menjadi 24.538. Sehari sebelumnya masih di angka 23.000-an.

Di beberapa provinsi, lonjakannya juga cukup tinggi. Di Sulawesi Selatan, misalnya, ada penambahan 46 kasus. Pertambahan paling tinggi dalam beberapa hari terakhir.

Tambahan itu menjadikan kasus positif di Sulsel menjadi 1.427. Sementara total yang sembuh 520 orang dan meninggal dunia 68 orang.

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dr Muhammad Zaitun Rasmin berharap pemerintah meninjau ulang konsep itu. Belum ada indikasi yang bisa menguatkan penerapan new normal.

Kebijakan ini terkesan tiba-tiba dan cenderung dipaksakan dengan argumentasi menyelamatkan ekonomi. "Saya pribadi melihat ini langkah tiba-tiba, tanpa narasi yang disusun dengan rapi," katanya, Rabu malam (27/5/2020).

Mengacu pada analisis para ahli, wabah biasanya bergelombang-gelombang. WHO sendiri menyebut, wabah saat ini masih berada di pertengahan gelombang pertama.

"Jangan sampai mengarah ke bunuh diri massal," kata Ustaz Zaitun, sapaan akrab Muhammad Zaitun Rasmin.

Kalaupun pemerintah memaksakan penerapan new normal, lanjutnya, umat Islam tidak perlu buru-buru ke masjid. Sebab, pandemi corona masih terjadi. Data-data yang disampaikan pemerintah sendiri jadi buktinya.

"Kita tidak darurat kembali ke masjid dalam situasi pandemi ini. Yang darurat adalah mencari nafkah. Kita tidak boleh mati kelaparan di rumah. Sementara salat di masjid, ada rukshahnya. Ada keringanannya," urai Ustaz Zaitun, sebagaimana dikutip dari rakyatku.com.

Menurutnya, hal ini yang perlu disosialisasikan secara masif kepada masyarakat. Jika ahli mengatakan bahwa situasinya masih berbahaya, maka itu bisa jadi uzur untuk tidak ke masjid. 

Karena itu, saat penerapan new normal nanti, tidak masalah umat Islam belum ke masjid. Terutama jika situasi pandemi corona masih seperti sekarang.

"Kalau kita tidak ke masjid atau kami belum masjid kami, itu tidak bertentangan pemerintah. Justru membantu mengurangi kemungkinan risiko. Kalau tidak bisa selamatkan semuanya, minimal sebagian terselamatkan. Kalau tidak semua tempat kita bisa amankan, minimal kita kurangi," lanjut Ustaz Zaitun.

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index