Corona Gak Akan Hilang, WHO Bikin Parno

Corona Gak Akan Hilang, WHO Bikin Parno
Ilustrasi virus Corona. (Foto: Istimewa)

Riauaktual.com - Dunia prustrasi menghadapi wabah Covid-19. Anehnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) malah membuat pernyataan-pernyataan yang bikin parno saja. Yang terbaru WHO menyebut Covid-19 tidak akan hilang meski vaksinnya nanti sudah ditemukan.

Sampai kemarin, jumlah kasus positif Covid-19 di dunia terus bertambah. Tercatat sudah ada 4,4 juta kasus dengan 298 ribu korban meninggal. Sebanyak 1,6 juta orang dinyatakan sembuh.

Meski jumlah kasus terus bertambah, sejumlah negara malah mulai melonggarkan pembatasan. Uni Eropa, misalnya, sudah meminta negara anggotanya membuka perbatasan. Harapan mereka, industri pariwisata Eropa masih bisa mengais sisa-sisa musim liburan yang sangat terdampak wabah virus corona. Aturan lockdown di sejumlah negara juga sudah mulai dilonggarkan.

Melihat kondisi ini, WHO langsung angkat bicara. Mereka mengingatkan setiap pemimpin negara agar melakukan kebijakan yang tepat dan terukur. Direktur Kedaruratan WHO, Mike Ryan, memperkirakan, corona tidak akan hilang dalam waktu dekat. "Virus ini mungkin akan menjadi endemik dan tidak akan pernah hilang, seperti HIV belum hilang. Kita harus realistis karena tidak ada yang dapat memprediksi kapan penyakit ini akan hilang. Penyakit ini dapat menjadi masalah yang panjang," ujarnya, seperti dikutip AFP, kemarin.

Ia berkata, ada banyak penyakit atau virus yang tetap ada meski vaksinnya sudah ditemukan. Salah satu contohnya adalah campak. Virus HIV juga masih ada. Bedanya, penularan virus lain relatif bisa ditekan. Sementara, virus corona lebih susah karena memiliki tingkat penularan dan penyebaran lebih cepat. Berada di sekitar pasien corona dengan proteksi pun masih berisiko tertular.
 
Ryan mengakui, pandemi corona ini bikin ekonomi macet. "Jika ekonomi tak diselamatkan, efek buruk lainnya juga menanti. Namun jika ekonomi cepat-cepat dipulihkan, risiko penularan masih tinggi," kata Ryan.

Ia lalu mencontohkan yang terjadi di Rusia. Negeri ini baru saja melonggarkan pembatasan sosial dan membolehkan orang bekerja. Akibatnya langsung terasa. Dalam sehari, ada pertambahan 10 ribu kasus baru. Kondisi itu membuat Rusia merangsek ke posisi kedua negara dengan kasus corona terbanyak di dunia. Amerika Serikat juga begitu.

Ryan mengatakan, dunia masih perlu jalan panjang untuk menurunkan kewaspadaan mereka terhadap virus ini. Ia juga mengingatkan pengembangan vaksin tidak menjamin kita bisa mengalahkan corona. "Masih lama sampai lonceng pertanda bahaya bisa berhenti berbunyi," kata dia. Bukannya berkurang, virus bahkan diproyeksi malah semakin berkembang. "Virus ini tidak akan pergi," katanya.

Terakhir, ia mengecam negara yang menerapkan kebijakan longgar dan herd immunity. WHO menekankan, saat ini bukanlah waktu yang tepat bagi manusia untuk berpikir bahwa pandemi virus corona telah membaik.

Ryan menyebut, herd immunity adalah sebuah konsep yang buruk dalam menangani wabah. "Manusia bukanlah ternak (herds), dan lagi pula konsep herd immunity biasanya digunakan untuk menghitung berapa banyak orang yang perlu divaksinasi dan populasi untuk menghasilkan efek itu," kata Ryan.

Herd immunity dideskripsikan sebagai kondisi kita sebuah populasi manusia sudah cukup kebal terhadap penyakit dan dengan demikian dapat menghambat penyebaran infeksi. Namun, penerapan konsep herd immunity mendapat kritikan keras dari para ahli kesehatan karena bisa menimbulkan banyak kematian dalam proses mencapai kekebalan tersebut.

Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menambahkan, berhasil atau tidaknya virus corona dikendalikan bergantung pada kerja sama pemerintah dan warga sebuah negara. Jika keduanya bahu-membahu, pandemi bisa dihentikan. "Turun atau tidaknya pertumbuhan kasus virus corona ada di tangan kita. Itu urusan semua orang dan kita harus ikut berkontribusi mengendalikan pandemi Corona," ujar Tedros. 

 

 

Sumber: Rmco.id

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index