Tengku Azmun Ja’afar, Beri Amanah Kepada Syamsuar

Tengku Azmun Ja’afar, Beri Amanah Kepada Syamsuar
Syamsuar sempat terlelap sejenak di rumah Tengku Azmun Jaafar

Riauaktual.com -  Ketika jarum di tangan Sutrisno pada angka 14.15 WIB, handphonenya berdering kencang. Sang penelpon adalah Tengku Azmun Jaafar, pemilik rumah pusaka yang berada di Komplek Istana Sayap Kerajaan Pelalawan yang sekarang masuk wilayah adminiatrasi Kabupaten Pelalawan, Riau.

Dialog lewat “alam maya” itu, memerintahkan kepada Sutrisno untuk membuka pintu rumah yang dimiliki secara turun-menurun itu karena sang calon Gubernur Riau, Drs H Syamsuar MSi, hendak ke sana berisitirahat setelah melakukan kampanye dialogis yang diselaraskan dengan Road Show Bappilu dan OKK Partai NasDem Provinsi Riau di aula Hotel Ryan, Jalan Lintas Timur, Kelurahan Pangkalan Kerinci Timur, Kecamatan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Senin (16/4/2018).

Bergegaslah Sutrisno membuka pintu, tingkap (jendela) dan membersihkan rumah yang memiliki tiga kamar, masing-masing berukuran sekitar 4X6 meter itu. Di rumah tersebut, juga menyediakan dua kamar mandi serta satu ruang dapur.

Untuk masuk ke rumah panggung berarsiktur Melayu dengan ukuran di angin-angin dan pintu, diawali menaiki dua anak tangga yang berada persis di depan sebelah kiri dan kanan depan rumah.

“Tak tau persis kapan rumah ini dibangun, yang jelas seingat saya pada tahun 2000 lalu rumah ini sempat dipugar,” kata Sutrisno penjaga rumah.

Budak Selatpanjang yang tinggal di Jalan Impres ini menyebutkan, rumah tersebut tidak dihuni namun keluarga Azmun Jaafar selalu datang jika ada pertemuan, terutama pertemuan para datuk keturunan kerajaan Pelalawan.

Rumah pusaka ini, kata Ketua Harian Koalisi Riau Bersatu (Karib) Tengku Zulmizan Assegaf, yang mendampingi Syamsuar berserta rombongan, adalah milik Muhammad Al-zikri bin Tengku Said ayahda dari Tengku Azmun Jaafar, mantan Bupati Pelalawan.

“Pesan Pak Tengku Azmun Jaafar, jika Pak Syamsuar berkunjung ke Istana Sayap, maka singgahlah ke rumah pusakanya. Hal ini bentuk penghormatan kepada calon Gubernur Riau yang peduli dengan budaya dan sejarah kerajaan Melayu Islam,” kata Tengku Zulmizan yang mengaku dialognya dengan Tengku Azmun Jaafar itu juga lewat telepon ketika Syamsuar melakukan perhelatan politik di Pelalawan.

Amanah dari Tengku Azmun Jaafar itu disampaikan Tengku Zulmizan kepada Syamsuar, dan hal ini ditunaikan Paslon nomor urut 1 ini. “Ya, boleh dikatakan amanah ini adalah bagian dari dukungan beliau dan kita serukan kepada masyarakat Pelalawan bahwa keluarga besar Tangku Azmun Jaafar mendukung Syamsuar-Edy Nasution,” ucap Zulmizan.

Di ruang tamu rumah tersebut, Syamsuar sempat melepas lelah sambil tidur-tiduran, namun karena lelah suami Misnarni ini sempat juga terlelap sejenak.

“Terasa sejuk dan segar setelah sempat tertidur sejenak di sini, sungguh keberkahan nikmat beristirahat yang luar biasa yang saya dapat di sini,” kata Syamsuar, seraya mengucapkan terima kasih kepada Tengku Azmun Jaafar melalui Sutrisno

Kunjungan Syamsuar di Istana Sayap kemudian ke rumah pusaka Tengku Azmun Jaafar, kata Zulmizan, menyulam hubungan persahabatan antara Siak dan Pelalawan, sehingga Bupati Siak ini disambut secara adat dengan tari persembahan.

Kunjungan Syamsuar ini dihiasi hujan yang memang tak terlalu deras, dan hal ini dirasakan adalah suatu berkah. “Hujan biasanya membawa berkah bagi yang datang ke sini,” kata Bu Ani, yang siang menjelang senja itu sengaja datang ke Istana Sayap untuk melihat anaknya menari dihadapan Syamsuar.

Setelah melihat peninggalan-peningalan yang ada di dalam Istana Sayap, Syamsuar menyebutkan, luar biasa potensi wisata di Pelalawan ini. Selain potensi wisata budaya juga ada potensi wisata bahari. Distinasi wisata ini patut dijaga dan dilestarikan dengan kearifan lokalnya. Sebab, selain ini menjadi sumber inspirasi juga menjadi sumber rezeki dari dunia pariwisata.

Istana Sayap, seperti ditulis situs resmi Humas Pemkab Pelalawan, awalnya dibangun oleh Sultan Pelalawan ke 29, yakni Tengku Sontol Said Ali (1886-1892 M). Sebelum bangunan itu selesai, beliau mangkat digelar Marhum Mangkat di Balai. Selanjutnya pembangunan Istana ini diteruskan sampai selesai oleh pengganti beliau yakni Sultan Syarif Hasyim II (1892-1930 M).

Pada awalnya pusat kerajaan Pelalawan berada di Sungai Rasau (anak sungai Kampar), berlokasi di Kota Jauh dan Kota Dekat. Ketika Tengku Sontol Said Ali menjadi Sultan Pelalawan, beliau berazam memindahkan istananya dari sungai Rasau ke pinggir sungai Kampar, tepatnya di muara sungai Rasau yang disebut “Ujung Pantai”. Karenanya, istana ini dinamakan pula “ISTANA UJUNG PANTAI”. Namun ketika Sultan Syarif Hasyim II melanjutkan pembangunan istana yang masih terbengkalai karena mangkatnya Sultan Tengku Sontol Said Ali, maka beliau membangun dua sayap disamping kanan dan kiri istana, yang dijadikan Balai. Maka istana inipun dinamakan “ISTANA SAYAP”. Bangunan di sebelah kanan istana (sebelah hulu) disebut “Balai Sayap Hulu” yang berfungsi menjadi kantor Sultan”, dan bangunan di sebelah kiri Istana (sebelah hilir) dinamanakan “Balai Hilir” yang berfungsi sebagai “Balai Penghadapan” bagi seluruh rakyat Pelalawan.

Sekitar tahun 1896 M bangunan istana Sayap selesai seluruhnya, dan Sultan Syarif Hasyim II berpindah dari Istana Kota Dekat di sungai Rasau ke Istana Sayap di Ujung Pantai. Sejak itu, pusat pemerintahan kerajaan Pelalawan menetap di pinggir sungai Kampar yang sekarang menjadi Desa Pelalawan, dan Ibukota Kecamatan Pelalawan.

Untuk mengenang jasa Sultan Syarif Hasyim II yang memindahkan pusat pemerintahan kerajaan Pelalawan dari sungai Rasau ke pinggir sungai Kampar dimaksud, ketika mangkatnya beliau digelar “MARHUM KAMPAR II. (Marhum Kampar I adalah Sultan Mahmud Syah I, Sultan Melaka terakhir yang mangkat di Pekantua Kampar 1528 M). (*)

 

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index