Penelitian Terbaru: Infeksi Covid-19 Bisa Bikin Pria Mandul

Sabtu, 30 Januari 2021

Ilustrasi (net)

Riauaktual.com - Benarkah pria yang terinfeksi Covid-19 jadi mandul? Hasil penelitian terbaru mengungkap kecenderungan tersebut.

Virus corona dapat menyebabkan peningkatan kematian sel sperma, pembengkakan, dan stres oksidatif. Ini diungkap para peneliti dalam jurnal Reproduction.

"Temuan ini memberikan bukti eksperimental langsung pertama bahwa sistem reproduksi pria dapat menjadi sasaran dan dirusak oleh Covid-19," kesimpulan para penulis seperti dikutip dari AFP.

Namun, para ahli mengomentari penelitian tersebut, mengatakan kapasitas virus untuk mengganggu kesuburan pada pria masih belum terbukti.

Covid-19 menyebabkan penyakit pernapasan. Terutama pada orang tua dan mereka yang memiliki masalah kesehatan mendasar.

Dunia telah melihat lebih dari 100 juta kasus yang dikonfirmasi sejak penyakit itu muncul di China tengah pada akhir 2019. Ditularkan melalui tetesan pernapasan, penyakit ini menyerang paru-paru, ginjal, usus, dan jantung.

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan itu juga dapat menginfeksi organ reproduksi pria, merusak perkembangan sel sperma dan mengganggu hormon reproduksi.

Reseptor yang sama yang digunakan virus untuk mengakses jaringan paru-paru juga ditemukan di testis. Tetapi efek virus pada kemampuan reproduksi pria masih belum jelas.

Behzad Hajizadeh Maleki dan Bakhtyar Tartibian dari Justus-Liebig-University di Jerman mencari penanda biologis yang mungkin menunjukkan dampak negatif pada kesuburan.

Analisis yang dilakukan pada interval 10 hari selama 60 hari pada 84 pria dengan Covid-19 dibandingkan dengan data untuk 105 pria sehat.

Pada pasien Covid-19, sel sperma menunjukkan peningkatan signifikan penanda peradangan dan stres oksidatif, ketidakseimbangan kimiawi yang dapat merusak DNA dan protein dalam tubuh.

"Efek pada sel sperma ini dikaitkan dengan kualitas sperma yang lebih rendah dan potensi kesuburan yang berkurang," kata Maleki dalam sebuah pernyataan.

"Meskipun efek ini cenderung membaik dari waktu ke waktu, efek tersebut tetap secara signifikan dan abnormal lebih tinggi pada pasien Covid-19," lanjutnya.

"Sistem reproduksi pria harus dianggap sebagai jalur yang rentan terhadap infeksi Covid-19 dan dinyatakan sebagai organ berisiko tinggi oleh Organisasi Kesehatan Dunia," tambah Maleki.

Para ahli yang tidak terlibat dalam penelitian ini menyambut baik penelitian tersebut, tetapi memperingatkan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian sebelum menarik kesimpulan yang keras dan cepat.

"Pria seharusnya tidak terlalu khawatir," kata Alison Campbell, direktur embriologi CARE Fertility Group di Inggris.

"Saat ini tidak ada bukti pasti kerusakan jangka panjang yang disebabkan oleh Covid-19, pada sperma atau potensi reproduksi pria," katanya kepada Science Media Center yang berbasis di London.

Hasilnya bisa saja tidak tepat, tambahnya, dengan fakta bahwa pria yang sembuh dari Covid diobati dengan kortikosteroid dan terapi antivirus, sedangkan kelompok kontrol tidak.

Allan Pacey, seorang spesialis dalam pengobatan reproduksi pria di Universitas Sheffield, mengajukan catatan kehati-hatian tentang bagaimana data diinterpretasikan.

Beberapa indikator penurunan kualitas sperma bisa jadi karena faktor selain Covid-19. Kata dia, lebih banyak pria dalam kelompok Covid-19 yang kelebihan berat badan.

"Kami sudah tahu bahwa penyakit demam dapat berdampak pada produksi sperma, apa pun penyebabnya," jelasnya.