Jangan Sepelekan Protokol Kesehatan, Karena Virus Vovid-19 itu Nyata

Rabu, 27 Januari 2021

Kadiskes Riau Mimi Yuliani Nazir

Riauaktual.com - TAK Banyak yang bisa dilakukan Panji Hasibuan. Warga Jalan Bambu Kuning, Kelurahan Bambu Kuning, Kecamatan Tenayan Raya ini hanya bisa duduk terpaku di depan rumahnya.

Pria berusia 56 tahun ini tak lagi bisa keluar rumah seperti biasanya. Penyebabnya, karena dirinya dan ponakannya harus menjalani isolasi mandiri.

Hal ini karena, kakaknya yang merupakan salah seorang ASN di jajaran Pemerintah Provinsi Riau terkonfirmasi positif corona. Panji pun harus berada di rumah jalani isolasi mandiri selama empat belas hari.

''Sekarang saya dan ponakan saya tak bisa bebas lagi keluar rumah seperti biasanya. Udah satu minggu,'' kata pria yang akrap disapa Opung ini, beberapa hari lalu.

Panji merupakan salah seorang warga Pekanbaru, Riau yang harus menjalani isolasi mandiri karena ganasnya pandemi Covid-19. 

Beda lagi dengan pengakuan Amin. Salah seorang wartawan senior di Riau ini sebelumnya terkonfirmasi corona beberapa minggu lalu. 

Amin waktu itu merasakan gejala yang aneh ditubuhnya. Iya merasakan hilangnya penciuman dan rasa, serta suhu badan panas tinggi.

Selanjutnya, Amin langsung berobat ke rumah sakit. Warga Panam ini pun dinyatakan terkonfirmasi corona.

Setelah itu, dia pun melakukan isolasi mandiri di rumahnya. Selanjutnya, melakukan pengobatan dengan olahraga, minum vitamin dan berjemur serta mengkonsumsi jahe merah dan kulit manis.

''Saat isolasi mandiri, saya memisahkan diri dengan keluarga. Kini, berkat sokongan keluarga dan teman sekantor, sekarang dirinya sudah dinyatakan sembuh,'' katanya.

Karena sudah pernah merasakan terkonfirmasi positif corona tersebut, kini Amin lebih peduli dengan kesehatannya dan keluarganya.

Karena, menurutnya, kesehatan itu sangat mahal sekali. Intinya perubahan prilaku untuk menjaga kesehatan sangat tinggi.

''Saya harap warga jangan sampai menyepelekan Covid-19. Ingat harus tetap menjaga jarak, dan pakai masker serta rajin mencuci tangan. Protokol kesehatan harus tetap ditegakkan atau diterapkan oleh warga,'' ajaknya.

Beda lagi dengan pengakuan Fendri, juga wartawan senior di Riau yang harus menjalani karantina di BPSDM Riau, salah satu tempat dari empat tempat karantina yang disediakan Pemerintah Provinsi Riau.

Menurut Fendri, sebelumnya iya melakukan perjalanan keluar kota dari Pekanbaru ke Jakarta dan ke Makasar dan Makasar ke Jakarta lalu Pekanbaru.

Setelah beberapa hari di Jakarta, iya pun pulang ke Pekanbaru. Sesampainya di Pekanbaru, melakukan swab dan hasilnya positif terkonfirmasi Covid-19. Tak hilang akal, dirinya langsung menjaga jarak sama istri dan anaknya. Kemudian, baru melakukan isolasi.

''Saya terkonfirmasi positif. Tapi saya tidak ada hilang penciuman dan rasa macam kawan-kawan yang lain. Tapi untuk makan susah,'' akunya saat menjadi host dalam Workshop yang dilaksanakan PWI Riau belum lama ini.

Saat jalani karantina, mereka disediakan makan tiga kali sehari. Semuanya bergizi. Juga ada vitamin. 

''Setiap pagi kita melakukan senam gembira bersama tenaga kesehatan (Nakes). Disini suasananya cukup aman. Pelayanan sini bagus. Setiap hari suhu badan di cek,'' ceritanya.

Fendri berpesan, agar warga selalu jaga kesehatan, jaga jarak dan hindari keramaian. ''Virus corona itu tak nampak, maka jangan sepelekan protokol kesehatan,'' tandasnya.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Mimi Yuliani Nazir mengatakan, pertanggal (26/1/2021) untuk Provinsi Riau, pasien positif Corona bertambah 132 orang. Dengan demikian, total pasien Covid-19 di Riau berjumlah 28.448 pandemi Covid-19 menyerang Indonesia.

Sedangkan pasien positif Covid-19 yang sembuh hari ini berjumlah 99 orang. Dengan demikian, total pasien sembuh di Negeri Lancang Kuning itu menjadi 26.412 orang.

Sementara pasien Covid-19 yang meninggal karena Corona di Provinsi Riau hari ini ada 9 orang, dengan demikian total sudah mencapai 680 orang.

Bertambahnya warga yang terkonfirmasi positif corona, karena masih banyak yang menyepelekan protokol kesehatan. 

''Corona itu nyata dan tak tahu kapan berakhirnya. Untuk itu, mari lindungi keluarga, jaga kesehatan dan jangan sepelekan protokol kesehatan,'' ajak Kadiskes Riau ini.

Adapun penerapan protokol kesehatan yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan (3M). Dan penerapan protokol kesehatan ini juga wajib dilakukan setelah dilakukan penyuntikan vaksin Covid-19. 

Penyebaran Hoaks Berefek pada Biasnya Informasi

Banyaknya informasi-informasi salah atau hoaks bisa menimbulkan keresahan di masyarakat. Penyebarannya pun sangat cepat, satu hoaks bisa tersebar ke ribuan orang melalui berbagai platform media. 

Bahkan, hampir tiap hari ditemukan hoaks, seolah menyebar hoaks sudah menjadi kebiasaan. Mudahnya akses konsumsi dan produksi informasi 
melahirkan dunia yang penuh dengan informasi. 

Saat ini, kita tidak hanya menghadapi pandemi COVID-19 saja, namun juga infodemi yang berisikan hoaks. Seperti baru-baru ini beredar di media sosial Facebook, sebuah postingan berupa foto seorang bayi. Postingan diiringi dengan narasi yang mengklaim bahwa bayi tersebut merupakan korban 
vaksinasi COVID-19. 

Berdasarkan penyelidikan Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan penelusuran melalui google search image, foto tersebut pernah diunggah pada 17 September 2016 dan tidak ada kaitannya dengan vaksin COVID-19.

Postingan tersebut baru satu dari sekian banyak hoaks tentang vaksin COVID-19 yang beredar dan berasal dari sumber-sumber informasi yang tidak resmi serta tidak terpercaya. 

Terkait pandemi COVID-19, sejak pandemi diumumkan pada Maret 2020, sumber informasi resmi pemerintah adalah situs covid19.go.id dan media sosial resmi adalah akun dengan nama lawan covid 19.

“Kita bisa menemukan bahwa berita yang paling benar tentang vaksinasi COVID-19 yang berasal dari sumber resmi yang mengutip dari para ahli di bidangnya. Berita dari sumber resmi ini sudah diverifikasi secara ilmiah dan akademis,” ungkap dr Reisa Broto Asmoro, Juru Bicara Pemerintah 
dan Duta Perubahan Perilaku dalam siaran persnya yang diterima wartawan dalam email pribadinya.

Dari sumber resmi terkait COVID-19 tersebut bisa ditemukan semua informasi yang aktual dan faktual. 

Penyebaran hoaks berefek pada biasnya informasi sehingga bisa menutupi informasi-informasi 
yang valid dari sumber-sumber resmi sehingga memperkeruh keadaan dan menimbulkan keresahan di masyarakat. Karenanya, dr. Reisa mengajak untuk melawan dan memerangi hoaks 
dan memberikan langkah mudah dalam membuktikan hoaks.

“Kemudian, hal lain yang patut diperhatikan, apabila menemukan berita yang tidak benar atau hoaks maka stop pada kita, stop di tangan anda, jangan disebarkan. Langsung laporkan hoaks 
ke aduankonten.id, mari lawan dan perangi hoaks, tetap disiplin protokol kesehatan 3M, dukung 3T, dan sukseskan vaksinasi. Bersama kita pasti bisa!” ungkap dr Reisa.

Wartawan Garda Terdepan Menyelesaikan Covid-19

Ketua Umum PWI Atal S Depari menyebutkan, wartawan menjadi garda terdepan dalam menyelesaikan corona virus disease 2019 (Covid-19).

Menurut Atal, wartawan harus mampu meyakini masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan dalam menekan penyebaran covid-19.

"Saya yakinkan, wartawan adalah garda terdepan dalam menghadapi covid-19 bersama tenaga medis. Jadi wartawan harus mampu meyakinkan masyarakat menerapkan protokol kesehatan," kata Atal saat menjadi pemateri Workshop yang dilaksanakan PWI Riau belum lama ini.

Atal meyakini, dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat mampu memutus mata rantai penyebaran covid-19.

Meski demikian, Atal mengingatkan agar wartawan tidak meliput tanpa menerapkan protokol kesehatan (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan).

"Karena keselamatan wartawan itu nomor satu. Jadi jangan meliput covid-19 kalau tidak menerapkan protokol kesehatan," ungkapnya. ***