Hari Gini Masih Ada Yang Nolak Jabatan, Itulah Muhammadiyah

Kamis, 24 Desember 2020

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti. (Foto: Facebook)

Riauaktual.com - Ternyata, tak semua tokoh di negeri ini gila jabatan. Ada juga yang berani ngukur diri. Berani meraba kemampuan sendiri. Tidak asal ditawari jabatan, langsung pasrah bongkokan menerima jabatan itu.

Siapakah orang yang punya sikap seperti ini? Dialah Abdul Mu’ti. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah ini, ditawari Presiden Jokowi menjadi Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Tapi, karena merasa tidak mampu, dia memilih menolaknya dengan hormat.

Seharian kemarin, sorotan mata publik tertuju ke Istana Negara. Di tempat itu, Presiden Jokowi melantik enam menteri yang sudah diperkenalkan ke publik sehari sebelumnya. Lalu, ada lima wakil menteri. Lima wakil menteri itu adalah M. Herindra sebagai Wakil Menteri Pertahanan, Edward Omar Syarif Hiariej sebagai Wakil Menteri Hukum Dan SARHAM, Dante Saksono Harbuwono sebagai Wakil Menteri Kesehatan, Harfiq Hasnul Qolbi sebagai Wakil Menteri Pertanian, dan Pahala N. Mansyuri sebagai Wakil Menteri BUMN.

Sebenarnya, ada enam wakil menteri yang akan dilantik. Namun, Mu’ti yang ditunjuk sebagai Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menolaknya.

Padahal, beberapa jam sebelum pelantikan, nama Mu’ti masih tercantum dalam undangan pelantikan Kabinet Indonesia Maju. Namun, sehari sebelum pelantikan, Mu’ti memutuskan tak ikut bergabung.

Melalui akun Twitter pribadinya, Mu’ti membenarkan ditawari jabatan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Tapi akhirnya, ia menolak dengan sejumlah pertimbangan. “Saya merasa tidak akan mampu mengemban amanah yang sangat besar itu. Saya bukanlah figur yang tepat untuk amanah tersebut,” cuit @Abe_Mukti.

Kepada Rakyat Merdeka lewat percakapan telepon tadi malam, Guru Besar Ilmu Pendidikan UIN Jakarta itu merinci kronologi tawaran Wamendikbud itu datang, sampai akhirnya memutuskan menolaknya.

Kata tawaran kursi tersebut awalnya datang dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. “Saya tak langsung mengiyakan. Saya akan mempertimbangkan dan membicarakan dahulu dengan keluarga dan PP Muhammadiyah,” kata Mu’ti memberikan jawaban ke Nadiem.

Setelah itu, Menteri Sekretariat Negara, Pratikno mengontak lewat pesan WhatsApp dan menyampaikan hal serupa. Kepada Pratikno, Mu’ti menyampaikan hal serupa yang disampaikannya ke Nadiem. Ia masih menunggu hasil pembicaraan dengan Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan pengurus lainnya.

Tak lama setelah itu, Haedar mengontaknya. “Isinya beliau menyerahkan keputusan ke saya. Kalau saya OK, PP (Muhammadiyah) juga setuju dengan beberapa catatan,” kata Mu’ti, menirukan obrolan dengan Haedar.

Namun, setelah mempertimbangkan matang-matang, Mu’ti akhirnya menolak. Kok menolak? “Saya ini kan orang Jawa. Di Jawa itu ada falsafah ojo rumongso iso, tapi iso rumongso. Artinya kurang lebih jangan merasa bisa, tapi harus bisa mengukur diri,” paparnya sebagaimana dikutip dari RMco.id.

Karena merasa tak bisa mengemban amanah itu, Mu’ti memutuskan menolak jabatan tersebut. Lalu, ia sampaikan penolakan jabatan itu ke Haedar. Haedar lalu menyampaikan ke Pratikno.

Meski sudah menyampaikan penolakan, sampai Selasa (22/12) malam, pihak protokol Istana masih mengontaknya. Sampai dua kali. “Terus terang, ini beban bagi saya,” ungkapnya.

Pagi hari sebelum pelantikan, pria kelahiran Kudus, 52 tahun silam ini mengontak Pratikno. Lewat sambungan telepon itu, Pratikno memastikan tidak akan memproses pelantikannya. “Alhamdulillah,
saya lega. Karena sebelumnya merasa beban,” ucapnya.

Apakah karena jabatannya bukan menteri jadi ditolak? Mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah ini menggeleng. Dia bilang, alasannya semata menyadari kemampuannya sendiri.

“Saya ini kan tak ada potongan pejabat. Teman-teman tahu lah, saya ini kan omongannya suka ceplas-ceplos,” ujarnya, tertawa.

Apakah kalau ditawari menteri, Muhammdiyah akan setuju? Mu’ti mengaku, tidak tahu apakah ada tawaran itu ke Muhammadiyah. “Yang pasti, keputusan menolak itu berasal dari pertimbangan saya sendiri,” ujarnya.

Kabar penolakan Mu’ti tersebut membuat kata kunci Muhammadiyah nangkring di puncak daftar trending topic. Warganet menyampaikan pujian. Ada juga yang heran, saat kebanyakan orang melakukan segala cara mengejar jabatan, kok ada yang menolak jabatan yang sudah ada di depan mata.

“Muhammadiyah dari dulu memang selalu berdikari. Bangga,” kicau @novy_sbg. “Tetap teguh pendirian dan tidak gila jabatan,” timpal @annisasaca. “Salut,” balas @mufadhil.

Akun @ramboetz menilai keputusan Muhammadiyah itu sebagai hal yang wajar. Masa jabatan Menag dikembalikan ke NU kok Muhammadiyah cuma dikasih Wamen. Itu seperti “merendahkan” level ormas yang paling besar amal pendidikannya. “Saya salut mas @Abe_Mukti. Tak silau oleh kilau jabatan,” ujarnya.