'Jari Kaki Covid', Peradangan yang Dialami Pasien Virus Corona

Ahad, 01 November 2020

Peradangan jari kaki yang disebut akibat Covid-19. ©Journal of the American Academy of Dermatology PA/Wire

Riauaktual.com - Selama pandemi virus corona, pejabat kesehatan telah menetapkan gejala utama infeksi virus ini adalah demam tinggi, batuk, sesak napas, dan kehilangan indera penciuman dan perasa.

Tapi sekarang para ilmuwan meyakini ada efek samping baru yang dikaitkan dengan virus tersebut, yaitu "jari kaki Covid".

Para ilmuwan mengatakan “jari kaki Covid” berpotensi sebagai gejala virus corona. Hal tersebut dapat menyebabkan peradangan seperti luka kulit atau benjolan pada jari-jari kaki.

Penelitian oleh International League of Dermatological Societies dan American Academy of Dermatology menemukan, beberapa pasien virus corona menderita peradangan seperti luka kulit atau benjolan di kaki mereka yang terkadang berlangsung selama berbulan-bulan.

Dr Esther Freeman peneliti utama dari International Covid-19 Dermatology Registry, kolaborasi antara dua badan penelitian mengatakan "tampaknya ada sub-kelompok pasien tertentu yang ketika mereka tertular Covid, mereka mengalami peradangan di jari-jari kaki mereka yang mengubahnya menjadi merah dan bengkak, kemudian berubah menjadi warna ungu."

"Dalam banyak kasus itu sembuh sendiri dan hilang, ini relatif ringan dan berlangsung rata-rata sekitar 15 hari, tapi kami telah melihat pasien yang bertahan satu atau dua bulan, yang sangat mengejutkan adalah ketika Anda melampaui batas 60 hari itu karena tidak seperti pasien sembuh pada hari ke-70," jelasnya seperti dikutip dari Independent, Jumat (30/10).

"Ini adalah fakta bahwa beberapa pasien kami berada di atas 150 hari sekarang, ini adalah pasien dengan jari kaki merah atau ungu atau bengkak selama berbulan-bulan," sambungnya.

Dia juga mengatakan, identifikasi orang dengan gejala jari kaki Covid termasuk beberapa di Inggris, membantu para ilmuwan memahami lebih lanjut tentang gejala terkait virus corona di organ tubuh lain.

"Kami mulai melihat Covid-19 lama di sistem organ lain, ini pertama kalinya kami menyadari hal ini bisa terjadi di kulit juga. Saya pikir hal itu menimbulkan banyak pertanyaan tentang jenis peradangan yang sedang terjadi, apakah ada peradangan di tempat lain di tubuh? Kami belum benar-benar tahu jawabannya, kulit dapat dilihat sebagai jendela ke seluruh tubuh karena peradangan yang dapat Anda lihat, dan dapat menjadi indikasi peradangan di tempat lain,” tambahnya.

Data menunjukkan, sekitar setengah dari pasien dalam daftar dilaporkan memiliki jari kaki Covid dan sekitar 16 persen dari mereka harus dirawat di rumah sakit.

Angka itu disampaikan oleh dokter yang merawat pasien dengan masalah kulit di banyak negara di seluruh dunia, yang berarti ada banyak orang dengan jari kaki Covid yang berpotensi belum mencari bantuan medis.

Dr Freeman mengatakan bahwa apa yang dilaporkan timnya adalah “mungkin hanya puncak gunung es”.

“Ini mungkin terjadi lebih banyak daripada yang kami laporkan, tetapi saya pikir dengan melaporkannya lebih banyak orang akan mengenalinya,” jelasnya.

Angka-angka tersebut dipresentasikan di Kongres European Academy of Dermatology and Venereology (EADV) di Swiss pekan ini.

 

 

Sumber: Merdeka.com