Dahlia Tak Menduga Terpapar Covid-19, Pelajaran Untuk Patuh Prokes

Kamis, 29 Oktober 2020

Riauaktual.com - Dahlia (32) menatap jam di dinding rumahnya, benda berbentuk bulat bermerek Seiko dengan tiga buah jarum yang mengarah ke angka angka yang tak sama, jarum yang paling pendek menunjukkan ke angka 5, jarum yang lebih panjang menunjukkan angka 3, dan jarum satu lagi adalah jarum yang lebih halus berwarna merah bergerak lebih kencang dengan bunyi bunyi tik tik. 

Di bibir nya yang tipis terucap kata, yang menyiratkan hari sudah sore, namun suami tercinta belum juga menampakkan muka, bekerja seharian mencari nafkah untuk keluarganya kecilnya, untuknya dan si buah hati yang baru berusia 5 tahun.

"Sudah sore, sudah pukul lima lewat lima belas, kok belum juga pulang papa nya nak," kata Dahlia lirih sambil memandangi putra sematawayangnya

Bukan tanpa alasan, Dahlia sore itu menanti nanti suaminya pulang, sesekali di teguknya air putih panas di dalam gelas besar Tupperware dari plastik yang tahan banting itu, sambil terus menekan kuas perut bagian atas yang terasa sakit.

Sedari siang, Dahlia sudah merasakan kembung dan sesak di bagian hulu hatinya, obat promaag yang di belinya di warung tetangga susah dua butir di tekannya, sakit tak juga mereda. Malah bertambah kumat menjelang sore berganti

Tak sabar menunggu kekasih hati pulang sendiri, di ambilnya hp androidnya yang tergeletak di meja, di cari tulisan papa di nomor kontak. Bergegas di pencetnya.

Di ujung telepon, suara yang dinanti menjawab dengan penuh kesejukan, Dahlia tak mau berbasa basi tersebab perut yang tak bersahabat lagi.

"Papa dimana, cepat pulang, mama sakit maag, dah ngga tahan nih pa," kata Dahlia.

Sembari mengangguk, Dahlia menutup hapenya, ia langsung masuk ke kamar diikuti anak nya yang sejak tadi mengamati gerak gerak kegelisahan mama nya

Tak lama berselang, Arman suami Dahlia pulang, motor yang di tungganginya di parkirnya di teras rumah, bergegas ia masuk ke rumah menemui istri tercinta yang sudah siap untuk pergi.

"Yuk ma, papa antar ke praktek dokter," kata Arman

Motor matic tanjap gas dari kediaman Arman di jalan Pepaya Pangkalan Kerinci, meluncur kencang menuju sebuah praktek dokter di jalan lintas Timur, dokter yang hendak didatangi itu kebetulan sudah kenal dekat dengan Arman, bisa berkonsultasi banyak hal.

Sesampai di tempat dokter praktek, Arman sudah disambut oleh sang dokter yang sebelumnya sudah di telponnya perihal keadaan kesehatan istrinya.

"Yuk masuk kita cek," kata sang dokter ramah

Sesudah stetoskop di tempelkan ke perut dan hulu hati Dahlia, sang dokter lalu meramu obat untuk diminum di rumah.

"Ya, maag kambuh, rajin minum obat ya, jangan banyak pikiran," saran dokter

Mendengar kata dokter tak apa apa, hanya maag saja, membuat pasangan ini lega, mereka pulang ke rumah sambil menenteng obat dengan asa akan mereda.

Sesampai di rumah, Arman tak membawa istrinya ke kamar, dan meminta ke kasih hati untuk istirahat, urusan makan malam biar lah ia yang urus, paling beli pecel lele di warung depan milik mas Sugiono langganannya. 

"Minum obatnya dulu, terus istirahat ya ma," kata Arman membelai sayang rambut istrinya

Malam berganti, suara azdan berkumandang di masjid membangun Arman, ketik terjaga, ia tak melihat Dahlia di samping, ia pun bergegas keluar kamar memeriksa apa gerangan yang terjadi. 

Dahlia tengah duduk sendiri di kursi ruang makan, sesering pula ia meneguk air putih hangat yang di peganginya di atas meja, tangan kiri mencekeram kuat perutnya, ia merasa obat yang diminum semalam belum pula bekhasiat.

"Masih sakit perut mama pa, kata Dahlia lirih ketika menatap wajah sang suami menghampirinya

Arman berusaha menguatkan Dahlia, dielus lembut punggung istrinya, dengan lembut ia berusaha menenangkan, bahwa obat masih bekerja, istrinya diminta bersabar.

"Obat masih bekerja, sabar ya sayang ya," kata Arman lembut sambil mengecup kening istrinya.

"Kita ke puskesmas aja ya pa, pagi ni," pinta Dahlia penuh harap.

Arman pun mengangguk, mengamini yang diminta istri.

"Ya, kita ke puskesmas," kata Arman

Pagi itu, cuaca agak mendung, matahari seakan enggan menampakkan senyumannya, Arman memandang langit, memastikan keadaan cuaca pagi itu, apakah akan bujang atau hanya sebatas gelap saja. 

Pukul 08.15 WIB Arman sudah menyelesaikan sarapan lontong sayurnya yang di beli dari warung bude Narsih, sarapannya ditemani si buah hati, Dahlia Tak memiliki nafsu makan, ia hanya berusaha menghabiskan sepotong roti untuk mengganjal perutnya di temani teh panas.

Pagi itu, Arman memutuskan libur kerja, jadwal pagi nya mengantar istri ke puskesmas terdekat, seterusnya pulang ke rumah, menemani istri dan menjaga putra semata wayang bermain bersama.

"Ayo kita berangkat ke puskesmas, biar dapat antrian paling dulu," kata Arman ke istri nya yang memang sudah tak sabar lagi.

Mereka meluncur membelah cuaca mendung pagi. Jarak dari rumah ke puskesmas memang tak jauh, paling hanya memakan waktu 10 menit perjalanan.

Sesampai di puskesmas, Dahlia disambut oleh perawat yang jaga, menanyakan keluhannya, sambil mencatat di sebuah kertas bergaris di atas meja.

Dahlia bercerita tentang riwayat sakitnya, ia meminta obat yang lebih paten dari obat yang di kasih dokter sore kemarin. Ia tak sabar untuk sembuh, tak kuat lagi menahan kembung di perut sesak di dada.

Tak berselang lama, Dahlia dipanggil dokter ke kamar periksa, ia menuruti sambil berbaring diatas ranjang untuk dilakukan pemeriksaan oleh dokter jaga. Tak lama sang dokter memberikan diagnosanya.

Dahlia di rujuk ke RSUD Selasih untuk penanganan lebih lanjut, kata Arman istri nya harus di rontgent di RS, istri nya mulai cemas, Arman tetap berusaha menenangkan.

"Ngga apa apa ma, yang penting mama sehat," kata Arman menguatkan

Hanya memakan waktu 20 menit perjalanan dari Puskesmas ke RSUD Selasih, setelah memarkir motor matic nya, Arman bersama Dahlia langsung menuju ruang UGD, menunjukkan surat rujukan ke petugas piket.

"Dari Puskesmas Pangkalan Kerinci I, katanya harus di rontgen, " kata Arman menjelaskan

Perawat yang berjaga di ruang UGD mengenakan APD lengkap, pakai hazmat bak astronot lengkap dengan sarung tangan berlapis, masker dan faceshield menambah kecemasan Dahlia, apa yang akan berlaku kepadanya.

Dahlia pun di rontgen, Arman menunggu dalam hati yang tak henti berdoa, meminta kepada sang pencipta menyehatkan istrinya, menghindarkannya dari penyakit.

Tak terasa lama menunggu, jam sudah menunjukkan pukul 11.00 WIB, dokter jaga memanggil Arman dan memberitahukannya hasil Rontgen istrinya. Ada cairan yang menutupi paru paru Dahlia, ia harus di Swab, sambil menunggu hasil swab dari laboratorium Pekanbaru, Dahlia harus di isolasi di ruang khusus di RSUD Selasih.

Dunia seakan mau runtuh, Arman panik tak tau harus berbuat apa, iabtak diperkenankan bersua istri tercinta, Dahlia langsung di bawa ke ruang isolasi tanpa pamit kepadanya. Hati Arman gundah. Hanya kepada Tuhan ia bisa berpasrah.

"Kata dokter, jika hasil nya positif nanti, istri saya harus diisolasi 14 hari, saya dan anak saya akan di Swab juga, tapi kalau negatif, istri saya boleh pulang." kata Arman

Tanpa pelukan sayang, Arman dan sang putra meninggalkan RS hanya dengan pamitan lewat video call, istri nya menghapus air mata tak tahan melihat putra tersayang malam ini tidur tanpa pelukan mama.

"Nanti malam kita video call, kami menemani mama semalaman dengan vedio call ya mama, nanti papa antar kebutuhan mama, kata dokter, papa tak diizinkan menemui mama langsubh, hanya boleh dititip, mama yang kuat ya, doa kami untuk mama," Arman berusaha tegar menguatkan istrinya yang harus di karantina.

Dua hari berlalu, hasil swab dari lab di Pekanbaru pun tiba, Arman berharap istrinya negatif dan segera berkumpul kembali di rumah, malam nanti ia berencana membawa istrinya makan di luar, di Rumah Makan Sederhana, masakan Minang kesukaan sang istri.

Walau berbagai kejutan dipersiapkan menyambut kepulangan kekasih hati, namun tak dapat menyembunyikan kegalauan hatinya, ketakutannya jika nanti hasil swab nya positif, Arman mempersiapkan mental, jika kemungkinan terburuk harus ia hadapi.

Ketika hasil swab istri di sampaikan, Arman tak mampu membendung sedih, hati rerguncang, nama Dahlia terkonfirmasi positif, ia akan melanjutkan isolasi sampai 12 hari kedepan.

Cobaan tak pula selesai sampai disitu, Arman dan sang putra hasil bersedia di Swab, karena kontak terdekat dari pasien positif Covid atas nama Dahlia.

"Hasil swab nya positif, ditambah 12 hari lagi isolasi, kami pun hasil swab pula" akunya

Arman beruntung, iandan putra nya negatif setelah hasil swab keluar dua hari setelah itu.

"Alhamdulillah, kami negatif berdua, tinggal fokus kepada istri saja, semoga cepat berlalu." Kata Arman

Sehari jelang peringatan sumpah pemuda, tepatnya tgl 26 Oktober 2020, Dahlia genap dua pekan sudah menjalani karantina di RSUD Selasih, ia akan segera pulang, membayar hari hari yang bersama keluarga kecilnya. 

"Ini mau jemput istri di RSUD Selasih," kata Arman, Selasa ,(27/10/2020)

Setelah apa yang terjadi padanya, Arman berharap hal itu tidak dialami oleh keluarga lain, tentu harus mematuhi protokol kesehatan, taat 3M, memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

"Sampai sekarang saya masih bingung, dimana istri saya terjangkit Covid 19, memang harus selalu waspada," harap Arman.

Sementara itu, Dirut Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Selasih, dr Khairul Hamdy M.Kes menyebutkan bahwa tanpa kita sadari Covid 19 menjangkiti, tau tau gejala muncul dengan cara tak diduga, malah banyak orang tanpa gejala.

Saat ini, di RSUD Selasih ruang isolasi untuk pasien Covid 19 tidak pernah kosong, selalu saja ada yang datang ketika yang lama sembuh dan pulang.

Apalagi, jika melihat angka jumlah orang yang terkonfirmasi positif Covid 19 masih menunjukkan angka yang mengkwatirkan.

"Kalau saat ini, ruang isolasi kita selalu berisi, baru saja orang habis di rawat, pasien lain sudah masuk, intinya, jumlah orang yang isolasi itu masih masih banyak," kata dr Khairul, Rabu (28/10/2020).

Lanjutnya, belum lagi Orang Tanpa Gejala (OTG) yang merupakan hasil tracking dari pasien positif sebelumnya, jumlah OTG ini yang sangat banyak dan menjalani isolasi mandiri di rumah.

"Kalau kita (RSUD red) cuma menerima pasien rujukan dari puskesmas, pasien yang memiliki gejala permulaan, sampai di rumah sakit, harus di isolasi sampai hasil swab keluar, kalau positif, maka akan menjalani isolasi sampai 14 hari," terangnya

Perjuangan melawan pendemi telah berlangsung hampir sepanjang tahun 2020 ini, pemerintah dan orang orang yang berjuang di garis depan melawan Corona membutuhkan dukungan masib dari seluruh masyarakat.

Kewaspadaan dalam mencegah penyebaran Covid 19 ini hanya dapat dilakukan dengan kedisplinan menerapkan protokol kesehatan.

"Bantu kami, melawan Covid 19 bersama sama, caranya dengan 3 M, memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, bisa di tambah dengan menghindari kerumunan," harap dr Khairul

Menurut dr Khairul, Disiplin 3M, suatu cara agar penyebaran Covid 19 dapat menurun.

"Kita lawan bersama Covid 19, tentu dengan kedisiplinan kita bersama dalam menerapkan pola hidup 3 M," ajaknya. (Erik)