Ilustrasi (net)
Riauaktual.com - Hiperseksual atau yang biasa disebut perilaku seksual kompulsif merupakan gangguan kecanduan seksual. Seorang yang menderita penyakit ini akan memiliki hasrat bercinta yang berlebih, fantasi seksual, dan memiliki perilaku seks yang sulit untuk dikendalikan.
Namun, tahu kah kamu, jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan perasaan tertekan, dan berdampak negatif pada kesehatan, pekerjaan, hubungan, dan lain-lain.
Dilansir dari sebuah penelitian, lebih dari 26.000 orang di Amerika, berhubungan seks yang normal adalah 54 kali dalam setahun, atau 1 kali dalam 1 minggu.
Berikut frekuensi bercinta yang memberi dampak bahagia dan sebaliknya bisa kamu lihat di bawah ini:
Memang banyak yang berpendapat jika melakukan seks dalam waktu yang lebih banyak identik dengan rasa bahagia yang lebih besar. Namun, sebenarnya pasangan yang melaporkan telah berhubungan seks seminggu sekali adalah pasangan yang paling bahagia.
Sedangkan, pasangan yang melakukannya lebih dari sekali dalam seminggu tidak lebih bahagia dari mereka yang melakukannya hanya sekali. Meskipun pada dasarnya mereka sama-sama bahagia.
Berbeda dengan mereka yang melakukannya kurang dari satu kali dalam satu minggu. Sebuah studi menyimpulkan, mereka yang berhubungan seks kurang dari satu kali dalam seminggu memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih rendah.
Namun, perlu diingat kembali bahwa, alasan tidak berhubungan seks lebih penting daripada seberapa sering kita melakukannya.
Pasalnya, seks yang baik dan memuaskan meskipun dilakukan hanya sebulan sekali atau kurang dari itu, mungkin lebih berkualitas, dibandingkan dengan mereka yang sering melakukannya namun tidak menimbulkan kenikmatan seksual.
Seorang yang mengidap hiperseksual, jika dibiarkan akan mejadi candu. Seperti kebanyakan kecanduan, mengatasinya selalu dengan tindakan pengobatan yang sesuai. Namun, hal yang pertama harus di lakukan adalah, mengakui jika kamu seorang hiperseksual.
Maka, kenali gejalanya! Jika kamu merasakan gejala di bawah ini, segeralah lakukan tindakan medis untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.
Ketika perilaku seksual menjadi fokus utama dalam hidup kamu, maka penyakit ini akan semakin sulit untuk dikendalikan, dan akan menjadi hal yang membahayakan baik untuk kamu ataupun pasangan.
Meskipun penyebab perilaku seksual kompulsif masih belum jelas, berikut beberapa diantaranya:
Senyawa kimia dalam tubuh (neurotransmitter) seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin berfungsi untuk mengatur suasana hati.
Jika bahan-bahan tersebut ada dalam tingkat paling tinggi, bisa menjadi penyebab terjadinya perilaku seksual kompulsif.
Hiperseksual mungkin merupakan kecanduan yang dengan berjalannya waktu bisa menyebabkan perubahan sirkuit saraf otak. Terutama, pada pusat penguatan otak.
Seperti kecanduan lainnya, stimulasi dan konten seksual yang lebih intensif biasanya diperlukan dari waktu ke waktu untuk akhirnya mendapatkan kepuasan.
Penyakit atau masalah kesehatan tertentu, seperti epilepsi dan demensia dapat menyebabkan kerusakan pada bagian otak yang memengaruhi perilaku seksual.
Selain itu, pengobatan penyakit parkinson dengan beberapa obat agnosis dopamine juga dapat menyebabkan perilaku seksual kompulsif.
Dalam fokus pengobatan kecanduan seksual ada empat aspek. Diantaranya, memisahkan diri dari aktivitas adiktif, mengurangi dan mengelola dorongan seksual, mengidentifikasi pemicu dan masalah yang mendasarinya, juga mengatasi emosi terkait kecanduan seks.
Perawatan di rumah atau rawat inap bisa menjadi alternatif untuk seorang hiperseksual. Hal tersebut bisa meminimalisir gangguan, menyediakan lingkungan yang terkontrol dan terstruktur, dan memberi jeda dari stres dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut pengobatan kecanduan seks juga biasanya melibatkan beberapa cara, seperti:
Proses ini merupakan bagian yang sangat penting dari semua jenis pengobatan dalam hal kecanduan.
Masalah yang mungkin dibahas dalam sesi terapi termasuk mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif dan melihat hubungan antara masalah interpersonal dan kecanduan yang dialami.
Terapi kelompok melibatkan sesi rutin dengan sejumlah kecil pecandu seks lainnya. Sesi ini dipimpin oleh terapis atau konselor kecanduan. Jenis terapi ini bisa sangat bermanfaat. Pasalnya, anggota kelompok bisa saling mendukung dan belajar dari pengalaman satu sama lain.
Hal tersebut juga merupakan cara yang ideal untuk menghadapi alasan, rasionalisasi, dan penyangkalan yang biasanya mengiringi perilaku adiktif.
Perilaku adiktif selalu berdampak pada keluarga dan orang di sekitar kamu. Sesi terapi ini, memberikan kesempatan untuk mengatasi emosi, konflik yang belum terselesaikan, dan perilaku bermasalah.
Tidak hanya itu, sesi ini dapat membantu memperkuat sistem pendukung utama kamu, dengan membantu orang-orang terdekat untuk mendapatkan pemahaman tentang kecanduan seks yang sedang kamu alami.
Mengonsumsi obat sering memainkan peran kunci dalam pengobatan gangguan hiperseksual. Beberapa obat bisa membantu kamu untuk mengurangi perilaku kompulsif dan pikiran obsesif.
Obat lain mungkin bisa menargetkan hormon tertentu yang terkait dengan kecanduan seks, atau mengurangi gejala yang menyertai depresi atau kecemasan.
Sumber: gooddoctor.co.id