Tren Aneh Muncul, Pesawat Terbang dan Mendarat di Bandara yang Sama

Jumat, 18 September 2020

Pesawat Qantas terbang di atas Sydney, Australia, 29 Juni 2020. Foto/REUTERS

Riauaktual.com - Qantas Airways Ltd menyatakan tiket penerbangan tujuh jam untuk melihat pemandangan di atas Outback dan Great Barrier Reef, Australia, telah terjual dalam 10 menit.

Maskapai itu mengikuti tren aneh yang sedang muncul di Asia dengan menawarkan “penerbangan kemana-mana” yang lepas landas dan mendarat di bandara yang sama. 

Pembatasan perbatasan yang ketat untuk mencegah pandemi virus corona mengakibatkan penurunan perjalanan internasional di Asia hingga 97,5% menurut Asosiasi Maskapai Asia Pasifik (AAPA).

Banyak pelancong yang rindu berada di pesawat. Berbagai maskapai termasuk EVA Airways Corp asal Taiwan dan ANA Holdings Inc di Jepang kesulitan memperoleh pendapatan dan mempertahankan lisensi para pilotnya. 

Untuk itu, berbagai maskapai menawarkan penerbangan khusus hanya untuk melihat-lihat pemandangan dari dalam pesawat.

Pesawat Boeing 787 yang dioperasikan Qantas biasanya digunakan untuk perjalanan internasional jarak jauh. Namun pesawat itu kini akan terbang rendah di atas Uluru, Great Barrier Reef dan Sydney Harbour sebelum mendarat lagi di Sydney.

“Harga tiket antara USD575 dan USD2.765 tergantung pada kelas kursi dan 134 kursi dengan cepat terjual,” papar juru bicara Qantas.

“Ini mungkin penjualan tiket pesawat tercepat dalam sejarah Qantas. Orang jelas rindu perjalanan dan pengalaman terbang. Jika ada permintaan di sana, kami akan melakukan lebih banyak penerbangan melihat pemandangan ini saat kita semua menunggu perbatasan dibuka,” ungkap Qantas.

EVA menggunakan salah satu pesawat ikonik Hello Kitty untuk penerbangan khusus hari ayah bulan lalu. ANA memakai Airbus A380 yang biasa terbang ke Honolulu untuk penerbangan 90 menit dengan pengalaman Hawaii di kabin.

Tiket seharga USD236 untuk penerbangan Tigerair Taiwan dari Taipei yang terbang berputar di atas Pulau Jeju, Korea Selatan (Korsel), terjual dalam waktu empat menit.

Harga tiket itu termasuk voucher satu tahun untuk tiket perjalanan keliling dari Taiwan ke Korea yang dapat dipakai setelah larangan perjalanan dicabut.

Chen Shu Tze, 44, pegawai dari Taipei membeli tiket penerbangan itu karena tawaran itu menarik dan dia sudah rindu perjalanan, terutama ke Korsel. “Pandemi memiliki dampak buruk pada pariwisata dan maskapai, jadi saya ingin membantu mendorong ekonomi, dan saya rindu terbang,” kata dia. 

Maskapai Thai Airways International bulan ini membuka restoran di dalam pesawat, menawarkan makanan di kursi pesawat pada calon pelancong. 

Meski demikian, tren aneh ini dikritik para pakar lingkungan. “Pertama, ini mendorong perjalanan intensif karbon tanpa alasan bagus. Kedua, ini mengaburkan orang dari kebijakan dan perubahan nilai yang perlu untuk mitigasi krisis iklim,” ungkap grup kesadaran perubahan iklim SG Climate Rally.