Di Negara Ini, Orang yang Beli Mobil Justru Dianggap 'Kampungan'

Senin, 17 Februari 2020

Ilustrasi (net)

Riauaktual.com - Di Indonesia, orang yang beli mobil pasti dianggap keren, terutama yang bisa membli mobil menengah ke atas. Pasti di kaya raya sampai bisa membeli mobil yang harganya rata-rata ratusan juta.

Tapi lain lagi dengan di negara ini, orang yang beli mobil malah dianggap ‘kampungan’. Loh kok bisa, bukannya memiliki mobil menunjukkan kalau dia adalah orang yang mampu, tapi ini malah disebut kampungan?

Ya memang dikebanyakan negara orang yang mampu membeli mobil dianggap sukses. Tapi di Jepang, orang yang beli mobil malah dianggap kampungan. Kenapa?

Mobil Dianggap Bisa Memadati Perkotaan Dan Menyebabkan Kemacetan Parah.

Seperti dilansir Wow Menariknya dari Hello Pet, hal itu disebabkan oleh padatnya aktivitas warga Jepang, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Kalaupun ada mobil yang melewat, besar kemungkinan pengendaranya berasal dari kampung.

Selain itu, mahalnya tarif parkir di Negeri Sakura itu membuat orang-orang berpikir dua kali untuk menggunakan mobil jika mau beraktivitas sehingga lebih memilih menggunakan sepeda atau jalan kaki saja.

Ya, jalan kaki dan sepeda sudah menjadi kendaraan orang kota di Jepang. Mereka jarang sekali menggunakan mobil jika mau pergi ke tempat yang masih terbilang dekat, kecuali untuk keluar kota.

Warga Jepang Lebih Memilih Menggunakan Kendaraan Umum.

Tak hanya itu yang membuat warga Jepang ogah menggunakan kendaraan pribadi. Pasalnya di Jepang, jaringan kereta api menjangkau setiap sudut kota, jadi warga Jepang lebih memilih menggunakan kereta api saja.

Sementara bagi mereka yang tinggal di daerah perkampungan, tentu saja membutuhkan kendaraan roda empat. Misalnya saja petani yang membutuhkan mobil untuk mengangkut hasil tanam mereka ke perkotaan untuk dijual.

Berbeda dengan di Indonesia, pergi ke daerah yang terbilang cukup dekat saja lebih memilih menggunakan mobil. Alhasil, macet parah terjadi di sepanjang jalan, contohnya saja Jakarta.

 

 

 

Sumber: rakyatku