Pilunya Kisah Budak Seks ISIS, Ditahan Berhari-hari di Ruang Bawah Tanah Hingga Memakan Bayinya

Ahad, 16 Februari 2020

Riauaktual.com - Seorang remaja berusia 18 tahun, pada tahun 2017 lalu sempat mengungkapkan kisahnya saat ia menjadi budak seks Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Bahkan remaja perempuan tersebut juga mengatakan jika dirinya tak sengaja memakan daging bayinya sendiri.

Remaja yang diketahui bernama Lamiya Haji Bashar ini pun kemudian mengungkapkan apa yang dialaminya itu pada seorang anggota parlemen Irak, Vian Dakhill. Menurut perempuan Yazidi tersebut, bayinya itu dibunuh oleh mereka lalu dimasak sebelum akhirnya dihidangkan kepadanya bersama sepiring nasi.

 

Bocah 10 tahun meninggal dunia

Vian juga menuturkan selain Lamiya ada korban lagi yang merupakan seorang gadis berusia 10 tahun.

Gadis itu dipaksa untuk melakukan hubungan seksual di depan saudara perempuannya dan ayahnya. Gadis malang itupun akhirnya meninggal dunia. 
 

Ditahan di ruang bawah tanah dan tak diberi makan

Vian mengatakan bahwa ada salah seorang perempuan yang berhasil dibebaskan mengaku bahwa mereka ditahan di sebuah ruang bawah tanah. Mereka ditahan selama 3 hari dan tak diberi makan ataupun minum. 

“Salah satu perempuan yang berhasil kami bebaskan dari ISIS mengatakan bahwa dia ditahan di ruang bawah tanah selama tiga hari tanpa makan dan air,” ujar Vian.
 

Diberi makan

Setelah itu, lanjut Vian, para anggota ISIS tersebut kemudian membawa sepiring nasi dan lauk. Karena merasa kelaparan, perempuan yang ditahan itupun kemudian memakannya. 

"Perempuan itu memakannya karena sangat kelaparan," ujar Vian. 
 

Memakan bayinya

Vian mengatakan bahwa setelah perempuan itu memakan makanan yang diberikan oleh mereka tersebut, para anggota ISIS itu lantas memberitahunya bahwa daging yang dimakannya itu adalah bayinya yang berumur 1 tahun. 

“Kami memasak anak laki-lakimu yang berumur satu tahun yang kami ambil darimu, dan kamu baru saja memakannya," kata Vian. 

 

Disandera dan dijadikan budak seks

Seperti disebut di awal, perempuan itu berasal dari Etnis Yazidi. ISIS sendiri berada di balik insiden matinya ribuan orang Yazidi. ISIS juga menyandera perempuan dan anak-anak Yazidi. Bukan hanya disandera, mereka juga dijadikan budak seks. 

Vian pun menceritakan bahwa ada seorang perempuan yang dibawa oleh ISIS bersama dengan saudari-saudarinya. Ada perempuan yang berusia 10 tahun. Gadis kecil itu kemudian diperkosa hingga tewas. 

“Salah seorang perempuan bilang, mereka membawa enam saudari perempuannya. Saudara perempuan termudanya, masih 10 tahun, diperkosa hingga mati di depan ayah dan saudarinya. Dia berumur sepuluh tahun. Pertanyaannya—untuk diri kita sendiri: Mengapa? Mengapa orang-orang biadab ini melakukannya kepada kita?,” ujar Vian. 

 

Lamiya melarikan diri

Pada awal 2017, Lamiya pernah diperkosa oleh sekelompok pria yang terdiri atas 40 orang. Ia pun mengaku bahwa dirinya dihajar menggunakan kabel ketika mencoba untuk melarikan diri dari ISIS.

Lamiya pun akhirnya meminta keadilan di depan pengadilan Syariah yang memimpin pelariannya bersama beberapa perempuan lainnya. Vian menuturkan bahwa Lamiya sempat mengucap bahwa untuk menghentikannya, para anggota ISIS itu harus membunuhnya.

“Ia bilang, mereka harus membunuhku atau memotong kakiku untuk menghentikanku melarikan diri,” tambah Vian.
 

Diperlakukan seperti binatang

Dan akhirnya, pada satu titik, beberapa perempuan yang dijadikan budak seks tersebut berhasil melarikan diri dari ISIS. Selama 2 tahun lamanya mereka menjadi korban sanderaan ISIS. Selama itu pula mereka diperlakukan selayaknya binatang. Mereka disandera di Mosul, Irak bagian Utara. 

Salah satunya adalah Farida. Farida mengaku bahwa dirinya disandera dan dijadikan budak seks oleh salah seorang anggota ISIS. Anggota itu ternyata sudah memiliki istri dan keluarga. Selama disandera, Farida mengaku bahwa dirinya diperlakukan seperti seekor binatang. 
 

Diam-diam melarikan diri

Dilansir dari Mirror.uk pada 28 Maret 2017 lalu, dilaporkan bahwa Farida diculik pada tahun 2015 lalu, tepatnya ketika Farida berusia 25 tahun. Farida bisa melarikan diri setelah militer Irak semakin kuat menekan para pemberontak tersebut. Hal itu kemudian dimanfaatkan oleh Farida untuk melarikan diri ke arah tentara Irak. 

Secara diam-diam Farida mengendap keluar dari mobil penyanderanya ketika para tentara Irak melancarkan serangan udara di Mosul barat. Menurut Farida, istri dari militan ISIS itu “juga ingin melarikan diri” sehingga mereka bersama-sama bersekongkol dengan tentara Irak untuk membunuh militan ISIS tersebut.
 

Bersembunyi berhari-hari

Menurut dua wanita itu, mereka berhasil berkomunikasi dengan tentara Irak dan menggambarkan posisi yang tepat tentang posisi mobil militan ISIS itu. Serangan udara pun dilakukan dan menyasar mobil yang ditumpangi oleh kedua wanita tersebut. Dan setelah itu mereka mencoba melarikan diri ke arah tentara Irak. 

“Kami bersembunyi selama delapan hari, sehingga orang-orang berpikir kami telah tewas di dalam mobil itu. Kemudian kami melarikan diri," kenang Farida. 
 

Mengalami trauma

Farida mengaku mengalami luka batin dan beban psikologis setelah mengalami apa yang dia lalui dalam situasi yang ia sendiri sebut “seperti binatang” itu. Ia pun mengaku bahwa dalam keadaan tertekan dirinya tetap berusaha untuk menjaga kehormatannya. Selain mengalami pelecehan, ia juga mengalami kekerasan lainnya. 

“Saya mencoba untuk menjaga kehormatan saya, tapi saya tidak berhasil. Mereka melecehkan dan memukul saya, memperlakukan saya seperti binatang," katanya.

 

Tak bisa digambarkan dengan kata-kata

Farida pun mengaku bahwa dirinya tak memiliki kata-kata untuk menggambarkan situasi yang ia alami saat itu. 

"Saya hampir tidak memiliki kata-kata untuk menggambarkan apa yang terjadi pada saya," ujarnya. 

Setelah bebas dari ISIS, Farida kemudian tinggal di sebuah kamp pengungsi dekat Erbil, Irak utara. Dan ternyata di sana ia bertemu dengan sang suami yang tengah bertugas sebagai polisi. Farida merupak satu dari dua budak seks ISIS yang berhasil melarikan diri. 

Disiksa dan anaknya dijadikan calon pengebom

Selain Farida, ada pula perempuan lainnya yang bernama Waheda Musa. Waheda  juga disandera di Mosul, di mana pasukan Irak sekarang membuat kemajuan besar dengan merebut kembali kota itu dari ISIS.

Waheda dan putranya, Matu, akhirnya berhasil kembali berkumpul bersama keluarga untuk pertama kalinya dalam 2,5 tahun dalam penyanderaan ISIS. Mereka berhasil melarikan diri ke kota asalnya. Namun, sang putra mengalami trauma berat karena saat diculik dan disandera, dirinya hendak dijadikan calon pengebom bunuh diri. Selama disandera, bocah tersebut juga mengikuti latihan untuk hal itu. 

“Mereka menyiksa anak saya, melatihnya untuk menggunakan senjata dan sebagai hukumannya, ia disekap di kadang,” cerita Waheda.

foto: int

Perempuan muda dijadikan budak seks

Mereka berdua adalah warga Yazidi, sebuah komunitas agama di kalangan etnis Kurdi, yang menggabungkan aspek keyakinan Islam, Kristen, Yahudi, dan Zoroastrianisme. Karena itu, mereka dilihat sebagai bidaah di mata pejuang radikal ISIS, yang merasa layak untuk membunuh, menangkap, dan memperbudak kaum Yazidi.

Waheda tinggal di sebuah kota dekat Sinjar, Ninive, Irak utara ketika ia ditangkap dengan anaknya pada tahun 2014 lalu. Di kota tersebut, semua pria dibunuh oleh ISIS. Sedangkan para perempuan dan anak-anak disandera.

Para perempuan muda dan memiliki paras yang cantik dijadikan budak seks oleh mereka. Untuk para perempuan yang sudah tua dibunuh. Sementara itu, anak laki-laki mereka jadikan tameng saat perang dan dijadikan pengebom bunuh diri. 

Waheda dijual

Menurut Waheda, dia sempat dijual kepada banyak orang dengan cara memamerkan dirinya di pasar, seperti di pasar ternak.

“Orang pertama yang membeli saya adalah laki-laki dari Arab Saudi, kemudian pejuang Jordania,” kata Waheda.

Waheda ternyata berhasil menarik perhatian dari tetangganya, seorang pejuang perempuan Tunisia yang datang secara sukarela ke Irak. Ia pun lantas bercerita pada perempuan tersebut tentang apa yang dialaminya. 

“Aku bercerita kepadanya dan ia telah melakukan segalanya untuk saya, ia membayar untuk lalu lintas saya keluar dari daerah tersebut. Saya hampir tak percaya, bahwa anak saya dan saya benar-benar masih hidup,” ujarnya. 

 

 

 

Sumber: planet.merdeka.com